Part 16

3.6K 55 0
                                    

Pria tua itu terus saja menatap heran ke arah putranya yang masih saja tertawa, menertawakan sesuatu hal yang sebenarnya belum ia mengerti. Padahal setahunya, putranya dan Alexa itu tengah berpacaran, namun Albert mencintai Alexa, sedangkan Mama mereka bingung menentukan kebahagiaan dari keduanya. Tapi kenapa, Alnord justru menertawakan sesuatu hal yang seharusnya sangat sulit putranya itu terima. Pria tua itu pikir, ada yang aneh dengan putra ke duanya itu.

"Alnord. Tidak sadar kah apa yang sedang kamu tertawaan itu? Kekasihmu itu adalah wanita yang Kakakmu cintai, dan sekarang dia juga akan menikah denganmu. Bagaimana perasaan Albert sekarang? Dia pasti merasa frustrasi dan ingin pergi lagi," ujar pria tua itu tak habis pikir yang hanya diangguki mengerti oleh Alnord yang mulai sedikit tenang, meski rasanya perutnya terasa digelitiki hal tak kasat mata, sangking lucunya masalah yang menimpanya dengan saudaranya tersebut.

"Iya, Pa. Aku tahu maksud Papa, aku hanya merasa kasihan saja dengan nasib Albert yang menyedihkan." Alnord menjawab santai tapi tidak dengan papanya yang merasa kian aneh dengan putranya itu.

"Jadi menurutmu, nasib saudaramu itu lucu sampai kamu tertawa sebegitu bahagianya?" Alnord seketika menggeleng tak setuju, karena bukan itu maksudnya.

"Ini cuma salah paham saja kok, Pa. Tapi aku malah tidak bisa menahannya untuk tidak tertawa, Albert itu lucu sekali." Alnord justru tertawa kembali, sesuatu hal yang jarang lelaki itu lakukan, membuat papanya terheran-heran melihat tingkah lakunya yang aneh.

"Apanya yang lucu?"

"Akan aku tunjukkan, Pa." Alnord tersenyum penuh arti, yang justru ditatap tak mengerikan oleh papanya yang tidak tahu apa-apa dengan apa yang sedang dipikirkan putranya.

***

Di dalam kamarnya, Albert duduk di tepi ranjang setelah menutup pintu kamarnya. Hatinya yang merasa kecewa itu kian bergejolak panas, merasa tidak bisa berpikir kenapa orang tuanya bisa menjodohkan Alnord dengan Alexa, gadis yang ia sukai sejak lama.

"Bisa-bisanya Mama mau menjodohkan Alnord dengan Alexa? Tidak bisa dipercaya. Dan Alexa juga kenapa dia mau dijodohkan dengan adikku? Apa selama ini dia tidak menungguku?" Albert menggeram marah sembari kembali mendirikan tubuhnya, merasa tidak tenang hatinya dengan kabar yang baru diterimanya.

"Apa Alexa berpikir bila aku tidak serius saat mengatakan akan menikahinya, lalu kenapa Alexa dengan mudahnya mau menerima perjodohannya dengan Alnord?" Lagi-lagi Albert merasa tidak tenang, merasa tidak habis pikir dengan Alexa yang begitu mudahnya menerima perjodohan itu terjadi. Sedangkan Alnord, adik kembarnya yang Albert yakini tidak mungkin mau menerima perjodohan itu terjadi. Tapi tetap saja, Albert merasa sakit saat tahu Alexa tidak mempermasalahkan perjodohan itu ada di antara mereka.

"Tapi ... memangnya siapa wanita yang mau menunggu lelaki yang sudah pergi selama lima tahun tanpa pamit apalagi menghubunginya? Tidak ada. Aku yang keterlaluan di sini, karena pergi tanpa memberikan kepastian yang cukup untuk Alexa. Selama ini mungkin dia sudah lelah menungguku, atau malah tidak pernah mengangggap janjiku ada." Albert berujar lesu, merasa sangat menyesali semua kebodohannya itu. Sampai saat tubuhnya kembali duduk di tepi ranjangnya, mencoba untuk menenangkan perasaannya yang terlalu kacau.

Albert masih mengingat jelas, bagaimana pertemuannya dengan Alexa kala itu. Sebuah pertemuan tak terduga, yang mampu mengubah cara pikir dan pandangnya akan arti sebuah cinta. Sampai saat ini, Albert bahkan tak menyangka bila kejadiannya itu benar-benar mampu mengubahnya selama beberapa tahun terakhir. Tepatnya setelah lima tahun yang lalu, di sebuah rumah tua yang Albert tempati bersama dengan kedua teman-temannya.

Flashback on.

Di teras sebuah rumah tua, Albert duduk dengan kaki kiri di atas paha kanannya. Matanya begitu tenang kala menatap suasana sejuk di sana, suatu suasana yang selalu Albert sukai. Itu lah kenapa Albert memutuskan untuk membeli rumah tua itu beberapa bulan yang lalu, selain karena suasananya yang masih asri dan sejuk, tempat itu juga jauh dari jalan raya dan kebetulannya lagi berada di belakang kampusnya. Jadi cukup membuatnya nyaman kalau-kalau ingin menginap bersama dengan teman-temannya, Albert tak akan merasa khawatir telat saat berangkat kuliah.

Sleeping With My Friend 21+ (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang