Part 05

6.1K 63 1
                                    

Di balik bungkamannya, diam-diam Vallery tersenyum malu, merasa bahagia entah karena apa. Jujur saja, Vallery merasa nyaman dekat dengan Vincent. Dia lelaki yang sangat pengertian dan tentunya juga sangat menyenangkan. Banyak sifat Vincent yang Vallery sukai, seperti selalu tersenyum hangat, selalu mengertinya, selalu mendengarkan kisahnya, dan masih banyak lagi sifat-sifat Vincent yang Vallery butuhkan.

Namun dari pertimbangan semua itu, Vallery merasa tidak yakin dengan hubungan mereka kedepannya, terlebih lagi menjalinnya dalam jangka waktu sesingkat ini. Rasanya terlalu terburu-buru, membuat Vallery ragu untuk menerima Vincent secepat itu.

"Maaf, tapi ini terlalu cepat ...." Vallery menarik tangannya dari jari-jari Vincent yang merengkuhnya.

"Aku tidak memaksamu untuk menjawabnya sekarang. Aku hanya ingin kamu tahu, bila aku sangat mencintaimu dan aku serius ingin menjalin hubungan denganmu." Vincent menatap lamat-lamat ke arah Vallery yang masih bingung dengan apa yang harus dilakukannya sekarang.

"Apa aku boleh menjawabnya besok ...?" Vallery menggigit bibir bawahnya, merasa ragu bila harus menjawabnya sekarang, setidaknya ia harus memikirkan semua itu apalagi itu sebuah hubungan antara dua orang.

"Tentu saja boleh, aku akan menunggumu siap menerimaku." Vincent menjawab tulus sembari tersenyum manis ke arah Vallery yang terdiam, merasa tersentuh dengan segala sikap manis yang Vincent lakukan untuknya.

"Oke. Tapi sepertinya aku harus segera kembali, aku tidak mau Alnord memarahiku hanya karena telat datang bekerja." Vallery mendirikan tubuhnya dengan terburu-buru, begitu pun dengan Vincent yang juga mendirikan tubuhnya.

"Aku akan mengantarmu sampai di depan kantor ya?" tawar Vincent yang langsung digelengi kepala oleh Vallery.

"Tidak perlu. Tapi terima kasih untuk tawarannya ya, aku pergi dulu." Vallery tersenyum tulus sebelum pada akhirnya pergi menjauh, meninggalkan Vincent yang tersenyum puas melihat usahanya yang hampir berhasil.

"Kamu benar-benar akan menjadi milikku, Vallery." Vincent kembali mendudukkan tubuhnya ditemani senyum penuh arti di bibirnya.

Di sisi lainnya, Vallery masih berlarian ke arah ruangannya, di mana saat ini Alnord sudah kembali disibukkan oleh semua pekerjaannya. Sampai saat berada di dalamnya, Vallery hanya bisa menunduk sopan sembari memberikan sapaan dan kata maaf atas keterlambatannya.

"Permisi, Pak. Maaf, saya telat." Alnord seketika mendongak lalu menatap dingin ke arahnya sembari meletakkan kertas-kertasnya di atas mejanya.

"Sepertinya kamu mulai tidak profesional, Vallery." Alnord menyilangkan kedua lengannya di depan dadanya.

"Maaf, Pak. Saya ...."

"Lupakan hubungan bos dan asisten di antara kita, Vallery. Kenapa sekarang kamu lebih menyepelekan aku sebagai bosmu? Apa karena aku ini temanmu sejak kecil, jadi kamu berpikir bisa terlambat sekali-kali, begitu?" Vallery menggelengkan kepalanya lalu melangkahkan kakinya ke arah Alnord dengan tatapan bersalahnya.

"Maafkan aku, Al. Aku tadi sudah mau langsung kembali, tapi Vincent tiba-tiba mengatakan sesuatu hal yang sempat membuat aku lupa beberapa saat. Tapi setelah itu, aku langsung ke sini tapi jam sudah menunjukkan waktu bekerja." Vallery menjawab menyesal, namun justru ditatap serius oleh Alnord yang merasa curiga dengan apa yang sebenarnya Vincent katakan itu.

"Apa yang Alnord katakan?"

"Eh, bukan apa-apa." Vallery menjawab cepat dan ragu, merasa bingung harus mengatakannya atau tidak ke Alnord.

"Apa Vincent menyatakan cinta ke padamu?" tebak Alnord tenang, tapi tidak dengan Vallery yang seketika melototkan matanya tanda tak percaya bila Alnord bisa mengetahuinya.

Sleeping With My Friend 21+ (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang