Setelah menonton film dan bermain beberapa mainan di salah satu pusat pembelanjaan yang sama dengan bioskop yang mereka singgahi, kini Vincent dan Vallery tengah berada di sebuah restoran. Suasananya cukup menenangkan untuk Vallery rasakan, karena tempatnya berada di rooftop gedung, sebuah tempat yang diperuntukkan untuk orang-orang yang berani membayar mahal.
Sebenarnya Vallery cukup bingung, kenapa Vincent mengajaknya ke tempat seperti itu, karena di sana hanya ada dirinya dan Vincent. Suasana di sana cukup sepi, terlebih lagi angin yang sejuk menerpa tubuh mereka, menambah kesan keromantisan yang sudah melengkapi pernak-pernik yang seolah sengaja disiapkan entah sejak kapan.
"Vallery," panggil Vincent ke arah Vallery yang sedari tadi menoleh ke kanan dan kirinya, merasa ada yang aneh dengan tempat makannya dengan Vincent yang cukup berlebihan menurutnya.
"Iya, kenapa?" Vincent tersenyum manis lalu menyentuh tangan Vallery yang berada di atas meja dan merengkuhnya erat.
"Kamu yang kenapa? Apa kamu tidak nyaman berada di sini? Atau kamu kedinginan di sini?" Vincent bertanya khawatir sembari membelai pelan tangan Vallery yang sempat kaku karena sentuhannya.
"Tidak kok. Aku hanya bingung, kenapa kita makan malamnya di tempat berlebihan seperti ini?" Vallery menyunggingkan senyum canggungnya dengan sesekali menatap sekelilingnya.
"Apanya yang berlebihan? Bagiku, semua ini pantas untuk wanita istimewa yang sangat aku cintai, yaitu kamu." Vincent menatap tulus ke arah Vallery yang tersenyum malu, merasa sangat tersanjung dengan apa yang baru Vincent katakan.
"Aku sudah menyuruh orang-orangku untuk menyiapkan semua ini saat kita masih berada di bioskop. Aku sengaja menyiapkan makan malam kita ini khusus untuk kamu, karena aku juga ingin memberikan yang terbaik untuk kamu. Bagiku, kamu adalah wanita istimewa yang sangat aku cintai. Aku harap, kamu bisa melihat ketulusanku dan kamu mau menerimaku," ujar Vincent tulus lalu mengecup pelan punggung tangan Vallery yang kaku karena perlakuannya.
"Eh, aku belum ...." Ucapan Vallery terpotong oleh Vincent yang terlihat sendu dengan jawaban Vallery yang terdengar ragu.
"Aku tahu, bila kamu tidak mungkin menerimaku apalagi mencintaiku. Tapi aku hanya ingin kamu tahu, bila apa yang aku lakukan sekarang itu karena aku ingin berusaha mengambil hati dan cintamu. Jadi, aku mohon ke kamu agar jangan menghentikan aku." Vincent menatap sendu ke arah Vallery yang terlihat gelisah, merasa bingung harus menjawab apa sekarang.
"Aku bukan tidak ingin menerimamu, aku hanya merasa bingung." Vallery menjawab jujur karena memang itu yang saat ini ia rasakan sekarang.
"Apa yang kamu bingungkan?" Vincent merengkuh kedua tangan Vallery, mencoba meminta penjelasan ke pada wanita itu.
"Aku pikir, bila kamu menyatakan cinta itu terlalu cepat untuk kita yang bahkan baru kenal beberapa hari. Aku jadi ragu, apa kamu itu serius dan tulus mau menjadi kekasihku? Bagiku, apa yang kamu lakukan itu tidak masuk akal. Maaf," ujar Vallery takut-takut yang diangguki mengerti oleh Vincent.
"Sebenarnya, aku sudah tahu kamu sejak lama." Vincent menundukkan wajahnya, yang justru membuat Vallery bingung dengan pengakuannya.
"Maksud kamu apa?"
"Sudah sejak lama, aku diam-diam memperhatikanmu. Tapi tidak pernah sekalipun aku berani menyapamu, aku hanya bisa melihatmu dari kejauhan. Itu lah kenapa, aku membeli apartemen yang dekat dengan kantormu, karena aku ingin bisa lebih dekat denganmu. Tapi keberuntungan seolah berpihak padaku, karena waktu itu aku bertabrakan denganmu, padahal aku baru saja membeli bunga untuk ulang tahun kakakku. Karena ukurannya yang kebesaran, jadi aku tidak bisa melihat jalan dengan jelas, tapi aku malah dipertemukan dengan kamu. Jujur, aku merasa sangat bersyukur waktu itu dan mulai berani dekat denganmu." Vincent menatap tulus ke arah Vallery yang sedari tadi memperhatikannya, mendengar setiap kalimat demi kalimat yang keluar dari bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sleeping With My Friend 21+ (TAMAT)
RomanceVallery dan Alnord adalah sahabat sejak kecil, hubungan mereka sempat merenggang karena Vallery memiliki kekasih dan akan bertunangan. Namun semua itu tak lama, karena dengan mata kepalanya sendiri, Vallery melihat tunangannya itu bercinta dengan ad...