Part 10

4.3K 52 2
                                    

Setelah pulang dari kantor, Vallery justru dibuat bingung setelah menyadari bila Vincent menyetir mobilnya ke arah jalan lain, tidak ke arah jalan menuju rumahnya. Vallery yang sempat merasa bingung itu menoleh ke arah belakangnya dan sisi kanan kirinya, setelah menyadari bila ada yang aneh, Vallery seketika menatap ke arah Vincent dengan sorot mata memicingnya.

"Kita mau ke mana?" tanyanya curiga.

"Ke rumahku, malam ini aku ingin memperkenalkan kamu ke keluargaku." Vincent menjawab santai sembari fokus menyetir mobilnya.

"Kenapa sebelumnya kamu tidak bilang? Aku kan bisa menyiapkan penampilanku menjadi sedikit lebih baik, kita ini baru pulang kerja." Vallery menjawab tak terima, karena sebelumnya Vincent memang tidak pernah membicarakan hal ini.

"Apanya yang perlu disiapkan? Kamu sudah cukup cantik di mataku, begitupun di mata keluargaku." Vincent menjawab santai seperti biasa, namun Vallery justru menggeleng pelan, merasa tidak suka dengan cara lelaki itu yang begitu tiba-tiba memutuskan sesuatu hal tanpa mau berbicara lebih dulu dengannya.

"Aku belum siap, Sayang. Andai tadi kamu membicarakan ini lebih awal, aku mungkin akan menyiapkan mentalku untuk bertemu dengan keluargamu. Tapi untuk sekarang, maaf aku tidak bisa, aku belum siap." Vallery menjawab bersalah, merasa tidak bisa melakukannya terlebih lagi hal itu adalah pertama kalinya ia akan diperkenalkan ke keluarga dari lelaki yang dicintainya, tentu saja ia merasa tidak percaya diri.

"Lalu kapan kita akan ke sana?" Vincent menatap kecewa ke arah Vallery yang terdiam, merasa bingung dengan apa yang harus ia jawab sekarang.

"Bagaimana kalau lusa? Aku janji, aku akan siap menemui orang tuamu." Vallery menjawab mantap sembari tersenyum hangat, tapi Vincent justru terlihat masih kecewa dari wajahnya.

"Baiklah. Terserah kamu saja."

"Kamu marah?"

"Tidak." Vincent mengelak cepat tanpa mau menatap ke arah Vallery yang merasa sangat bersalah sekarang.

"Aku minta maaf, Sayang. Aku benar-benar tidak bisa bila bertemu dengan orang tuamu sekarang. Bagaimana kalau sebagai gantinya, kamu boleh meminta apapun dariku." Vallery menyentuh pundak Vincent, yang saat ini empunya tengah terdiam, memikirkan sesuatu yang baru Vallery tawarkan.

"Kalau begitu, menginap lah di apartemenku untuk semalam saja. Aku ingin tidur bersamamu, temani aku malam ini saja ya?" pintanya memohon sembari merengkuh tangan Vallery yang berada di pundaknya.

"Tapi ...." Vallery menjawab ragu, merasa tidak yakin dengan permintaan kekasihnya itu.

"Tapi kenapa lagi?"

"Kita kan belum menikah?"

"Aku tidak akan menyentuhmu, aku janji. Aku hanya ingin kamu tidur di sampingku untuk semalam saja ya? Tolong ya, aku mohon." Vincent menatap memelas ke arah Vallery yang masih ragu dengan keputusannya, meski pada akhirnya ia justru mengangguk setuju yang seketika membuat Vincent bahagia melihatnya.

"Terima kasih." Vallery hanya bisa tersenyum kaku, merasa ragu dengan janji kekasihnya yang tidak akan menyentuhnya. Namun semua juga akan percuma bila dibatalkan, karena Vallery sendiri yang menawarkan ke Vincent untuk meminta apapun yang lelaki itu mau.

Entah kenapa, di saat seperti ini, Vallery merasa sangat menyesal dan takut di waktu yang sama. Namun sebisanya Vallery mencoba percaya dengan apa yang Vincent janjikan. Sampai saat mobil yang mereka tumpangi berhenti di depan sebuah apartemen, di mana tempat itu sangat berdekatan dengan kantornya dulu, tepatnya kantor milik sahabatnya.

"Ayo turun!" ujar Vincent setelah mematikan mesin mobilnya, sedangkan Vallery hanya mengangguk setelah matanya sempat menoleh ke arah bangunan yang menjulang tinggi di samping gedung sana.

Sleeping With My Friend 21+ (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang