Part 11

4.1K 56 1
                                    

Vallery merapatkan bibirnya, kala Vincent terdiam seperti saat akan menciumnya. Bahkan Vallery bisa mendengar bagaimana detak jantung lelaki itu berdebar di dalam dadanya, begitupun dengan nafasnya yang mulai memburuh. Di saat seperti ini tidak banyak yang bisa Vallery lakukan, selain dengan memundurkan tubuhnya dengan sedikit demi sedikit. Namun jari-jari Vincent berhasil menyentuh pundaknya sebelum Vallery benar-benar bisa pergi dari sana.

"Vincent. Kamu mau apa?" Vallery bertanya tak tenang, matanya terlihat begitu waspada kala melihat jari-jari Vincent mulai naik ke lehernya dan membelainya secara perlahan, membuat Vallery merinding karena ulahnya.

"Tidak ada." Vincent menyunggingkan senyum manisnya dengan matanya yang begitu nakal kala menatap Vallery.

"Kamu jangan bohong, Vincent. Kamu sudah berjanji tidak akan berbuat apapun denganku." Vallery menarik paksa tangan Vincent dari lehernya. Sedangkan Vincent hanya tertunduk gelisah di hadapannya, merasa frustrasi dengan apa yang ada di pikirannya, yang seolah bertolak belakang dengan keinginannya.

"Maafkan aku, Vallery. Aku hanya tidak bisa menahannya, kamu terlalu cantik dan seksi di mataku." Vincent menjawab jujur, yang seketika digelengi kepala oleh Vallery yang merasa tidak terima dengan ucapannya.

"Kalau begitu, aku akan pulang." Vallery mendirikan tubuhnya, yang langsung dicegah oleh Vincent yang begitu cepat menarik lengannya.

"Tunggu, Vallery!" Vallery kembali mendudukkan tubuhnya, kala tangan Vincent begitu kuat menariknya untuk tetap tinggal.

"Aku minta maaf, Vallery. Sebagai seorang lelaki, bukankah ini normal? Aku hanya merasa tergoda denganmu, wanita yang aku cintai, yang sangat ingin aku miliki. Apa itu salah?"

"Aku paham dengan keinginan kamu, tapi kita ini belum menikah, Vincent! Sudahlah, aku mau pulang." Vallery kembali mendirikan tubuhnya, yang lagi-lagi berhasil Vincent cegah.

"Sekali ini saja, Vallery." Vincent meremas lembut tangan Vallery, berharap wanita itu mengerti dengan keinginannya.

"Kamu gila ya? Aku tidak mau." Vallery menepis tangan Vincent dengan kasar, merasa geram dengan lelaki itu.

"Sayang. Kita kan akan menikah, lalu apa yang salah dengan melakukan hal itu sekarang? Toh, kita juga akan melakukannya nanti kan?" Vallery menggelengkan kepalanya, merasa tidak percaya dengan apa yang baru Vincent katakan. Lelaki itu begitu menyepelekan hal besar, suatu hal yang tidak bisa diremehkan begitu saja.

"Vincent. Aku wanita yang sudah terbiasa dilindungi, aku juga wanita yang selalu menjaga harga diriku, itu semua karena Alnord yang melakukannya, mengusahakan semuanya untuk menjagaku. Lalu bagaimana kalau dia tahu, bila usahanya hancur hanya karena aku terlalu menuruti keinginan orang yang aku cintai?" Vallery menunjuk ke arah dadanya, seolah kemarahannya tidak pernah dibuat-buat. Membuat Vincent terdiam, seolah menyesali perbuatannya itu, namun di dalam hatinya ia merasa geram dengan siapa yang baru saja Vallery sebut. Alnord, ya lelaki itu lah yang membuat Vallery tidak mau melakukannya dengannya, padahal Vincent begitu sangat menginginkannya.

"Maafkan aku, Sayang. Aku sangat menyesal. Kamu benar, tidak seharusnya aku melakukan hal ini. Aku benar-benar minta maaf. Kamu mau kan memaafkan aku?" ujar Vincent sembari menatap sendu ke arah Vallery yang mulai melunak kali ini.

"Baiklah. Tapi aku tidak mau menginap di sini, aku mau pulang ke rumah saja." Vallery menjawab tegas yang langsung diangguki oleh Vincent.

"Iya, kamu akan pulang! Tapi aku harus mengantarkan kamu sampai di depan rumah, karena kamu tidak boleh pulang sendiri. Aku takut terjadi sesuatu denganmu, karena aku sangat mencintaimu, Vallery." Vincent berujar tulus seolah sangat menyesal dengan apa yang dilakukannya tadi. Dan itu berhasil membuat Vallery kembali luluh, merasa bahagia karena Vincent mau mengerti keinginannya.

Sleeping With My Friend 21+ (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang