Part 09

3.8K 55 0
                                    

Tak terasa, sudah seminggu lebih Vallery maupun Alnord tak saling menghubungi apalagi saling berjumpa. Keduanya begitu kuat mempertahankan rasa egois di hati masing-masing, membuat hubungan persahabatan di antara mereka saling merengat satu sama lain.

Seperti Vallery saat ini, meskipun begitu egois mempertahankan amarahnya terhadap Alnord, namun di balik semua itu Vallery merasa sangat merindukan lelaki itu. Sosok Alnord yang terkadang menyebalkan dan Vallery akan bersikap manja untuk membuat sahabatnya itu luluh, namun anehnya Vallery seolah dibuat merindukan hal-hal kecil itu.

Begitupun dengan ruangan kerjanya dulu saat masih di perusahaan milik sahabatnya itu, Vallery seolah dibuat merindukan tempat yang dulu sempat membuatnya bosan. Berbeda dengan tempat kerja yang saat ini ia tempati, di mana Vincent selalu mengajaknya pergi saat makan siang, dan suasana di ruangannya itu juga cukup menyenangkan, jadi tak akan membuat Vallery bosan seperti saat masih bekerja dengan sahabatnya itu. Mungkin dulu Vallery merasa bosan karena sahabatnya itu memiliki selera buruk dalam menata ruangan, apalagi setiap makan siang, sahabatnya itu memesankan makanan katering, jadi itu cukup membuat Vallery merasa sempat tidak betah. Namun sekarang, hatinya merasa merindukan saat-saat itu, saat di mana ia masih bekerja dengan sahabatnya. Hampir dua tahun bekerja di sana, membuat Vallery begitu merindukan tempat itu padahal baru seminggu meninggalkannya. Atau justru hal lain? Iya. Vallery pikir, rasa rindunya juga tertatih pada sosok sahabatnya yang menyebalkan.

Terus-terusan memikirkan sahabatnya itu cukup membuat Vallery frustrasi, merasa tidak habis pikir dengan pikirannya yang begitu merindukan sosok sahabatnya. Padahal, Alnord adalah sosok sahabat yang kurang baik, sikapnya terlalu menyebalkan meskipun sering melindunginya di keadaan apapun. Tapi tetap saja, Vallery merasa tidak habis pikir dengan perasaannya yang mulai kacau hanya karena jauh dari sosok sahabatnya.

"Aduh, aku kenapa sih?" gerutunya kesal dengan menggelengkan kepalanya, berharap bisa menghilangkan wajah Alnord dari pikirannya.

"Sayang, kamu kenapa?" Vincent yang tadi sempat fokus bekerja itu mengalihkan tatapannya kala menyadari sikap Vallery yang sedikit berbeda hari ini.

"Ah, aku tidak apa-apa kok, Sayang." Vallery menjawab cepat setelah tahu bila Vincent mungkin menyadari sikapnya yang aneh.

"Kamu sakit ya?" tanyanya yang langsung digelengi kepala oleh Vallery.

"Tidak kok. Aku baik-baik saja." Vallery menjawab tenang sembari tersenyum manis, mencoba untuk memperlihatkan bila dirinya sedang baik-baik saja sekarang.

"Kalau begitu, kemarilah!" Tanpa berpikir panjang, Vallery langsung mendirikan tubuhnya lalu berjalan ke arah Vincent. Setelah sampai di depannya, Vincent dengan sengaja menarik lengan Vallery hingga empunya terjatuh di pangkuannya.

"Sayang. Kamu apa-apaan sih?" keluh Vallery kesal dengan berusaha membangunkan tubuhnya dari tangan-tangan Vincent yang begitu kuat merengkuh tubuhnya, agar tidak pergi ke manapun dan akan tetap berada di atas pahanya.

"Aku kan cuma ingin dekat dengan kamu? Memangnya salah?" Vincent bertanya jenaka sembari menatap ke arah Vallery dengan sorot mata tak bersalah.

"Tentu saja salah. Karena ini ruangan kamu, para karyawan bisa saja masuk ke sini." Vallery menjawab kesal dengan memanyunkan bibirnya, yang justru ditatap lucu oleh Vincent yang kian gemas dengan tingkah lakunya.

"Kamu ini lucu banget sih?" ujarnya sembari menjewer pelan pipi Vallery, yang empunya masih terlihat cemberut dengan menatap sebal ke arahnya. Namun ekspresi Vallery seketika berubah, kala matanya justru melihat sosok Alnord di wajah Vincent yang terus menggoda. Membuat Vallery tak percaya dengan penglihatannya sendiri, merasa tidak mungkin bila ia sedang melihat sahabatnya itu tengah tersenyum ke arahnya begitu manis, bahkan wajahnya itu kini kian mendekatinya, membuat Vallery kian lemah tak berdaya di atas pangkuannya.

Sleeping With My Friend 21+ (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang