Part 13

3.6K 42 0
                                    

Di pagi harinya, Vincent dibuat tak percaya dengan penampilan Vallery yang begitu seksi. Kemeja ketat dan rok pendeknya, membuat wanita itu bak lain dari hari biasanya. Apalagi Vallery tersenyum begitu manis ke arah Vincent, membuat lelaki itu ingin pingsan di tempatnya, sangking terpesonanya ia dengan penampilan calon istrinya.

"Wow. Kamu cantik sekali, Sayang." Vincent terus saja menatap takjub ke arah tubuh Vallery yang terbiasa berpenampilan rapi, namun kali ini justru terlihat sangat seksi.

"Tentu saja. Aku juga ingin terlihat cantik di depan lelaki yang sangat aku cintai," jawab Vallery penuh percaya diri. Di dalam hati, Vallery sangat ingin membuat Vincent tergoda dengan tubuhnya, namun kali ini Vallery tidak akan mudah disentuh oleh lelaki bajingan itu.

Ya, Vallery benar-benar ingin membuat Vincent merasa kapok karena sudah mempermainkannya. Apapun akan Vallery lakukan, agar Vincent begitu tergila-gila padanya tanpa bisa menyentuhnya. Setelah semua itu, Vallery akan meninggalkan Vincent begitu saja, tanpa ampun, ataupun belas kasih. Sama seperti saat keluarga Vincent menghancurkan seluruh usaha orang tuanya yang sudah dirintis sejak lama, namun harus hancur hanya karena cara licik yang keluarga Vincent lakukan.

"Kalau kamu seperti ini, aku tidak yakin akan bisa menahannya." Vincent menjawab lesu, yang justru membuat Vallery diam-diam tersenyum sinis ke arahnya.

"Sayang, bukankah kamu sudah berjanji akan menahannya sampai saat kita menikah?" Vallery merengkuh tangan Vincent dengan sesekali membelai lembut punggung tangannya, membuat pemiliknya merasa merinding karena ulahnya.

"Iya, aku harap begitu." Vincent menjawab tak semangat dengan berusaha tersenyum walau terlihat sangat terpaksa.

"Kalau begitu, tunggu apalagi? Kita berangkat sekarang!" Tanpa mau menunggu lebih lama lagi, Vallery langsung melangkahkan kakinya ke arah mobil Vincent, meninggalkan lelaki itu dengan gejolak panas yang menyiksa tubuhnya. Meski pada akhirnya yang Vincent lakukan hanya pasrah, lalu melangkah ke arah mobilnya dan masuk ke dalamnya. Setelah berada di sana, Vincent segera menghidupkan mesin mobil lalu berangkat ke kantornya seperti biasa.

Selama di perjalanan, Vincent tak terlalu fokus menyetir, matanya sesekali mencuri-curi pandang ke arah paha Vallery yang putih di sampingnya. Kebetulan Vallery duduk dengan posisi menyilangkan kedua kakinya, memperlihatkan pahanya yang mulus tanpa tertutup kain sangking pendeknya rok yang Vallery pakai saat ini.

"Sayang," panggil Vincent terdengar mulai gelisah, sedangkan Vallery justru masih santai dengan ponselnya sedari tadi.

"Apa, Sayang?" jawabnya tanpa mau menatap ke arah Vincent yang terlihat tak nyaman di tempatnya.

"Kenapa kamu pakai rok sependek ini?"

"Memangnya kenapa? Bukankah, para karyawanmu banyak yang memakai rok sependek ini? Apa aku tidak boleh melakukan hal sama?" Vallery menjawab santai tanpa mau mengubah posisi kakinya yang cukup menggairahkan di mata Vincent.

"Bukan begitu," elak Vincent panas dingin sembari masih berusaha fokus menyetir.

"Lalu kenapa?"

"Bukankah kamu sendiri yang bilang tadi malam, bila kita tidak boleh melakukannya sebelum kita menikah. Kalau kamu berpakaian seperti ini, aku bisa saja melakukannya sekarang. Kamu itu terlalu mudah menggodaku, Vallery. Seharusnya kamu jangan berpakaian seperti ini, kalau kamu tidak mau melakukannya sebelum menikah." Vincent berujar kesal, tepatnya merasa frustrasi menahan hasrat panas di tubuhnya.

"Kamu berbicara apa sih, Sayang? Lebih baik kamu fokus saja menyetir, sebentar lagi kita akan sampai di kantor kan?" Vallery menjawab santai dengan tersenyum penuh arti, meski di dalam hati ia masih ingin membuat Vincent frustrasi lebih jauh lagi.

Sleeping With My Friend 21+ (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang