Kedua saudara itu terdiam, mereka bergulat dengan pemikiran masing-masing. Seperti Albert dengan pemikirannya tentang wanita yang sudah sangat dirindukannya, dan Alnord dengan pemikirannya tentang Vallery yang juga dirindukannya. Mereka tidak akan menyadari, bila percakapan mereka sedari tadi didengar dan diperhatikan oleh mama, wanita yang mereka sayangi.
Tepatnya di belakang dinding ruang keluarga tersebut, seorang wanita begitu bahagia melihat putra-putranya sekarang bisa bersama. Meskipun banyak acara bertengkarnya, namun wanita itu sangat yakin bila Alnord maupun Albert pasti merindukan satu sama lain.
Sudah cukup lama, hampir lima tahun, putra pertamanya itu pergi dari rumah hanya karena dilarang menikahi gadis belia yang bahkan masih SMA kala itu. Namun sekarang wanita itu merasa lega, karena Albert sudah kembali seperti pada janjinya. Dan sekarang ia juga akan berjanji untuk menuruti semua keinginan putranya itu, agar anak-anaknya bisa bersamanya hingga tua.
"Alnord." Wanita itu melangkah ke arah putra-putranya dan memanggil nama putra keduanya, membuat mereka menoleh secara bersamaan. Wajah mereka begitu mirip, hingga ia tidak akan mengenali andai saja putra-putranya memiliki selera berpakaian yang sama. Namun untungnya, Alnord dan Albert memiliki selera yang cukup berbeda. Alnord tipe lelaki yang begitu rapi, ciri khas pakaiannya adalah kemeja atau setelan jasnya. Berbeda dengan Albert yang lebih suka berpakaian kasual, semacam kaos dan celana pendek.
"Iya, Ma."
"Kamu baru pulang ya?" tanyanya sembari mendudukkan tubuhnya di sofa yang sama dengan putra-putranya. Sedangkan Alnord hanya tersenyum lalu mengangguk, berbeda dengan Albert yang masih cemberut di sampingnya.
"Ma, masa tadi Alnord memukul kepalaku, Ma? Kan sakit," keluh Albert yang seketika ditatap tak percaya oleh Alnord.
"He, kamu itu sudah tua. Masih saja suka ngadu ke Mama. Sebenarnya yang Kakak di sini itu siapa?" sungut Alnord kesal.
"Ya tentu saja aku. Mau sampai kapanpun, kamu akan tetap di bawahku." Albert menyahut genit dengan sesekali mengibas-ngibaskan tangannya, membuat Alnord menggeram sebal kala menatapnya.
"Menjijikkan. Kamu itu lelaki apa perempuan? Apa selama di sana milikmu sudah bengkok ke kanan?" Alnord menatap tak percaya ke arah Albert, yang mulai tersulut kembali emosinya.
"He, adik durhaka. Bisa-bisanya kamu memfitnahku lagi," sahut Albert geram dengan berusaha mendorong pundak adiknya, yang dibalas sama oleh Alnord.
"Stop! Kalian ini sudah dewasa, tapi tidak pernah akur saat bersama. Mau sampai kapan kalian seperti ini? Mau sampai punya istri? Punya anak? Atau sampai kalian jadi Kakek-kakek?" sentak sang Mama geram, yang berhasil membuat mereka terdiam bungkam di tempatnya.
"Makanya Ma, jangan suruh dia pulang. Sudah bagus dia pergi jauh, malah Mama minta Albert pulang ke rumah." Alnord menyahut malas.
"Meskipun Mama tidak memintaku pulang, aku akan tetap pulang, kamu tahu kenapa?" ujar Albert angkuh, dan itu cukup berhasil membuat Alnord merasa penasaran.
"Memangnya kenapa?"
"Dulu, saat kita masih umur dua puluh dua tahun, aku pernah bilang ke Mama akan menikahi seorang gadis. Tapi Mama tidak mau merestuiku, jadi aku berpikir untuk pergi saja sementara waktu." Albert menjawab lesu.
"Tentu saja Mama tidak akan mau merestuimu, umurmu itu terlalu muda untuk menikah. Apalagi kamu itu playboy, akan bagaimana nanti anak orang bila menikah dengan lelaki sepertimu." Alnord menjawab sinis, membuat Albert tidak terima dengan ucapannya, berbeda dengan mama mereka yang justru masih terdiam, merasa sudah cukup malas sebenarnya bila terus-terusan melihat putra-putranya saling bertengkar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sleeping With My Friend 21+ (TAMAT)
RomanceVallery dan Alnord adalah sahabat sejak kecil, hubungan mereka sempat merenggang karena Vallery memiliki kekasih dan akan bertunangan. Namun semua itu tak lama, karena dengan mata kepalanya sendiri, Vallery melihat tunangannya itu bercinta dengan ad...