Part 04

6.6K 75 0
                                    

Sesampainya di rumah, tepatnya di atas balkon kamarnya, Alnord bisa melihat Vallery yang tersenyum sumringah setelah turun dari mobil Vincent. Keduanya sempat berbincang akrab, sampai saat Vallery melambaikan tangannya ke arah Vincent yang sudah masuk ke dalam mobilnya.

Di balik wajah tenangnya, Alnord masih saja mengkhawatirkan Vallery, padahal wanita itu sudah berada di dalam rumahnya. Entah apa yang sebenarnya terjadi, Alnord pikir bila perasaannya memiliki firasat buruk tentang Vallery dan Vincent. Alnord sendiri tidak tahu itu apa, tapi yang pasti Alnord akan berusaha menjaga Vallery meski wanita itu terus menentangnya.

Alnord masih terdiam beberapa menit, sampai saat embusan angin malam menerpa tubuhnya yang sudah cukup kelelahan. Alnord langsung memutuskan untuk kembali ke kamarnya, namun sebelum sampai di sana, suara ponsel yang berada di tangannya itu terdengar, membuat Alnord terdiam lalu menatap ke arah layar ponsel untuk mengetahui siapa yang sedang menghubunginya.

Albert, nama yang saat ini terterah di layar ponsel miliknya. Nama seseorang yang tadi sempat Alnord hubungi untuk mencari tahu siapa Vincent itu. Ya, Alnord memang meminta bantuan dari lelaki yang bernama Albert, yang tak lain adalah kakak kembarnya sendiri, yang bekerja di perusahaan asing sebagai pencari informasi ataupun hacker tingkat tinggi.

"Albert," gumam Alnord yang langsung diterima panggilannya.

"Hallo, Alnord. Astaga, kamu menghubungiku hanya untuk menyuruhku mencari tahu lelaki yang fotonya kamu kirim ke email-ku. Astaga, kamu jahat sekali. Tidak kah kamu merasa merindukan aku yang keberadaannya cukup jauh dari jangkauanmu?" Seperti biasa, Albert selalu saja bersikap santai, tidak seperti Alnord yang terlalu serius. Sikap dan kepribadian mereka cukup berbeda, meskipun mereka memiliki wajah serupa.

"Aku sedang tidak merindukan kamu, Albert. Dan tidak akan pernah. Cepat, katakan saja siapa lelaki yang berada di dalam foto itu?" Alnord berujar serius, seolah sudah sangat yakin dengan kemampuan kakaknya yang memang bisa diandalkan. Jadi tidak akan mengejutkan, bila Albert pasti sudah tahu informasi yang ia butuhkan.

"Sebelum aku mengatakannya, aku ingin memberi tahukan ke kamu, bila beberapa hari lagi aku akan pulang." Mendengar itu, alis Alnord seketika menyatu, merasa tak habis pikir dengan keinginan kakaknya yang ingin kembali, padahal lelaki itu sendiri yang bilang bila dia sudah cukup betah berada di sana.

"Untuk apa kamu pulang?"

"Astaga, aku pikir, aku akan mendapatkan tangisan haru dari adikku yang ketampanannya jauh di bawahku ini." Albert menggerutu sebal, yang cukup membuat Alnord jijik karena ucapannya.

"Aku tidak akan menangis untuk Kakak sepertimu. Cepat katakan, kenapa kamu ingin pulang? Ada apa? Apa Mama menginginkan kamu pulang? Kalaupun iya, jangan didengarkan. Hidupku akan semakin kacau bila kamu berada di rumah." Alnord menjawab ketus, yang justru ditanggapi tawa oleh Albert dari seberang sana.

"Tentu saja, Mama yang menyuruhku pulang. Tapi dari semua itu, aku pulang untuk melamar Vallery menjadi istriku. Dan aku akan melihat hidup Adikku semakin kacau," ujarnya dengan tawa yang kian meledak.

"Lucu," jawab Alnord malas, merasa sudah cukup lelah dengan kelakuan kakaknya yang selalu saja menggodanya dengan cara menggunakan Vallery.

"Oh ayolah, Alnord. Apa kamu sudah melamar Vallery menjadi istrimu, hm? Kalau belum, dengan senang hati aku yang akan melakukannya, bagaimana?" tawanya kian meledak dengan candaan yang dibuatnya sendiri, namun semua itu justru tak membuat Alnord merasa marah ataupun ketawa. Lelaki itu masih saja terlihat datar, hanya merasa tak percaya bila kakaknya itu semakin gila.

"Aku menyesal telah menanyakan alasan dari kepulanganmu yang tidak berfaedah itu." Alnord berujar datar, yang justru semakin membuat Albert tertawa di sana.

Sleeping With My Friend 21+ (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang