Perasaan Terselebung

170 40 2
                                    

Sepi amat, komen dong gais :")




Rasha berbaring di tempat tidurnya. Acara menonton filmnya gagal karena Rasha terus berada di lapangan, menunggu Minhee bermain sampai terkantuk-kantuk. Wajahnya sudah ditekuk daritadi ingin pulang namun apadaya Rasha selalu ditahan oleh Hangyul untuk tetap disana menemani mereka bermain.

Rasha heran, kenapa Hangyul itu selalu saja menahan Rasha agar tidak beranjak dari lapangan hingga semua bubar. Saat sudah bubar pun, lelaki itu masih saja menggodanya dengan gombalan yang lebay itu. Minhee pun malah tertawa menimpali Hangyul, tidak tahu saja dia bahwa Rasha sidah menahan rasa agar tidak mencaci Hangyul dihadapannya.

Perasaan Rasha campur aduk. Sepertinya Rasha tengah terpesona dengan seseorang yang barusan ia temui tadi. Pertama kalinya Rasha melihat seseorang itu penuh dengan pesona tanpa wibawa tegasnya. Siapa lagi jika bukan Sihun. Rasha menyukai orang itu.

Rasha terpesona saat Sihun bermain basket di lapangan tadi. Rasanya Rasha lupa jika lelaki itu pernah sangat menyebalkan dengan embel-embel ketua komdis di sekolahnya. Karena orang itupun Rasha harus selalu diberi poin olehnya. Mungkin jika di total, poin Rasha sudah mencapai 30 poin ditambah 20 karena ia terlambat kemarin.

Rasha mengingat bagaimana Sihun mengikatkan jaketnya saat tamu bulanannya datang, memberi obat dan memberi perhatian saat Rasha di uks. Rasha tersenyum mengingat itu.

Rasha ingat, jaket milik Sihun belum sempat ia kembalikan kepada pemiliknya. Rasha beranjak dari kasurnya kemudian membuka lemari mencari jaket navy milik Sihun. Dan pas, Rasha menemukannya kemudian mencium aroma jaket yang baru saja dicucinya yang Rasha pikir tidak perlu ia menyemprotkan parfum miliknya.

"Kenapa lo? Kayak seneng banget?"

Rasha menoleh ke arah pintu yang terbuka. Terlihat Minhee yang sedang bersandar dengan kaos putih polos juga celana piyamanya.

"Sejak kapan lo disitu?"

"Sejak lo nyiumin jaket itu terus senyum-senyum sendiri kayak orang gila. Eh tapi kan lo emang gila."

Rasha berdecak, "Ketok dulu kek kalo masuk kamar orang, untung ngga pas gue ganti baju."

"Yaudah sih, syukur aja kalo pas lo ganti baju."

Rasha melempari Minhee dengan gulingnya saat lelaki itu berbicara sembarangan itu.

"Cepet tidur gih, besok gue ada piket. Gue nggak mau ya telat lagi."

"Ngomong ke diri lo sendiri aja."

"Jaketnya bang Sihun tuh juga kembaliin, dicium cium kayak orang mesum aja."

Rasha mengerutka kening, "Lo kali yang mesum, woi Minhee!!"

Minhee malah menutup pintu kamar Rasha kabur dari amukan gadis itu.

▪️▪️▪️

"Nanti gue ada ekskul, lo pulang duluan atau nungguin?"

Rasha melepas helmnya kemudian merapikan rambutnya yangvsedikit berantakan sebelum menjawab pertanyaan Minhee.

"Sampe sore?"

Minhee mengangguk memberi jawaban.

"Yaudah sih gampang gue pulangnya asal ntar kalo lo sampe rumah bawain martabak."

"Hah apaan?"

"Itung-itung gantiin ongkos gue buat pulang. Setuju? Oke lo udah setuju."

"Woi apaan, dasar tukang palak lo."

Rasha berjalan mendahului Minhee yang masih duduk di motornya. Entah kenapa rasanya bahagia bagi Rasha di hari Senin ini. Rencananya Rasha akan mengembalikan jaket milik Sihun saat lelaki itu berjaga. Tapi, Rasha tidak melihat Sihun yang biasanya akan memarahi siswa dengan atribut tidak lengkap.

Malah Rasha hanya melihat Dongpyo sedang berdiri sambil melihat siswa yang baru saja masuk layaknya satpam sedang berjaga. Rasha mendekati Dongpyo.

"Pyo, ngga liat kak Sihun?"

"Kelas 12 udah nggak jaga, minggu kemaren terakhir, kenapa?"

Rasha menggeleng kemudian akan melengos pergi ke kelas.

"Eh Sha, ntar kalo matematika minat jadi ulhar, telpon gue ya."

"Sip, gampang."

Rasha mengacungkan ibu jarinya kemudian melanjutkan jalan menuju kelas yang berada di lantai tiga gedung sekolah ini.

Omong-omong setiap pagi sebelum masuk kelas, Rasha akan selalu membawa roti di tasnya dan memakan roti itu sambil berjalan menuju kelas. Di lorong yang ramai pun, dengan santainya Rasha malah memakan roti itu tanpa peduli siapa yang melihatnya.

"Makan tuh duduk, kayak sapi aja."

Rasha mengerutkan keningnya saat seseorang baru saja mengomentarinya. Orang itu berjalan melewati Rasha yang menghentikan langkahnya.

"Tuh ada kursi kosong, jangan dibiasain makan sambil berdiri."

Rasha masih diam di tempat tak menuruti perkataan orang itu. Ah benar, orang itu Sihun yang tiap pagi akan selalu Rasha temui disengaja ataupun tidak disengaja.

"Kenapa kak Sihun suka gangguin terus?"

Sihun mengeluarkan smirknya kemudian berjalan mendekati Rasha.

"Gangguin? Bukannya lo tadi cari gue?"

"Hah?"

Sudah pasti ini karena Dongpyo yang mengatakannya kepada Sihun. Wajah Rasha merah padam membuat ia harus menunduk menutupinya.

"I-itu, cuma mau kembaliin jaket."

Rasha membuka resleting ranselnya kemudian memberikan jaket kepada sang pemilik.

"Itu, udah dicuci kok tenang aja nggak bakal ada bekas yang menodai. Terima kasih!" sarkas Rasha yang kemudian berjalan melewati Sihun dengan langkah cepatnya.

Sihun diam di tempat memandang gadis yang seolah salah tingkah itu. Dia tertawa kecil.

"Lucu."


















A/n:
Gabayangin Sihun jadi cold guy kek gini, huhu

Komdis➖Kim SihunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang