Hari Pertama

277 46 2
                                    

Rasha memakan sarapannya bersama dengan Minhee juga tante Lia di meja makan. Sarapan kali ini tidak hening seperti biasa Minhee dan tante Lia sarapan, suara Rasha yang emosi juga Minhee yang selalu menggodanya membuat tante Lia menggelengkan kepalanya.

"Ntar disana jadi anak asing lo, seragam beda sendiri lagi," ucap Minhee sambil menggigit rotinya.

"Ya lo pikir gue enak sd yang bakalan takut lo bilangin kayak gitu."

"Jangan sampe gue sekelas sama lo, Sha"

"Dih, siapa yang mau sekelas sama lo."

Baru saja Rasha menggigit rotinya, Minhee sudah berdiri duluan dan mengajaknya untuk segera berangkat ke sekolah.

"Lah, gue baru makan."

"Yaudah naik bis aja sana."

Rasha menggigit rotinya dengan buru-buru, kemudian meminum susunya. Setelah itu dengan gerak cepat, dia menyalami tantenya dan menyusul Minhee yang tengah jalan ke pintu depan.

Entah ini memamg rencana Minhee atau bukan, dia melajukan motornya sangat kencang layaknya seperti pembalap yang mengejar peringkat satu. Rasha yabg dibonceng hanya mengumpat dalam hati sambil mencengkram jaket Minhee kuat-kuat. Jika ada lampu lalu lintas, Rasha gunakan untuk menarik napasnya kemudian dia memejamkan matanya lagi menyiapkan mentalnya jika dia akan mati jika dibonceng Minhee.

Rasha menarik napasnya dalam-dalam saat Minhee menghentikan motornya di parkiran sekolahnya. Rasha turun dari motor layaknya orang mabuk, oleng sana-sini.

"Kenapa lo?"

"Tanya kenapa lagi, kalo lo mau mati jangan ngajak gue dong!" Rasha meletakkan helm di jok motor Minhee.

Minhee hanya tertawa, "Biar nggak telat, kan lo anak baru."

Rasha memukuli Minhee hingga lelaki itu mengaduh. Tapi Minhee tetap saja tertawa kemudian berlari meninggalkan Rasha di parkiran sekolah barunya, sendirian.

"Minhee! Jangan tinggalin gue dong, gue nggak tau tempatnya, woi!"

Bukannya Minhee berhenti, lelaki itu justru makin mempercepat larinya masuk ke dalam sekolah. Habis sudah Rasha disini, dia tidak tahu ruang gurunya dimana dan juga seragamnya yang masih berbeda dari siswa yang lain.

Sebenarnya, Rasha sudah merasa jika dia selalu menjadi pandangan siswa yang berlalu lalang dari parkiran masuk ke dalam gedung sekolah.

Rasha menghembuskan napasnya, memberanikan diri untuk masuk ke dalam sekolah baru itu.

Baru saja dia berdiri di pintu masuk sekolahnya, pemandangan pertama yang Rasha lihat adalah banyak siswa yang dimarahi entah karena apa. Rasanya Rasha mau pulang saja jika begini. Kembali ke sekolah lamanya dan belajar bersama teman lamanya.

"Minhee minhee minhee, liat aja lo kalo di rumah ya," Gumam Rasha.

Rasha melangkah mundur, takut untuk masuk ke dalam. Tapi dia malah menabrak seorang siswa. Rasha menoleh, melihat siapa yang ia tabrak. Lelaki dengan rambut hitam dengan tas yang disampirkan di satu tangannya berada di belakang Rasha sambil menaikkan alisnya bingung.

Rasha langsung melompat dan meminta maaf kepada lelaki itu.

"Maaf, aku nggak liat tadi."

"Dari sekolah mana? Ngapain kesini?"

Bukan lelaki rambut hitam itu yang menanyainya. Tetapi lelaki dengan pin di seragamnya yang baru saja keluar dari gedung sekolah. Rasha menyapa lelaki itu.

"Mm, s-saya anak baru disini, tadi sebenernya ada sodara saya, tapi ditinggal gitu aja, hehe." Rasha sangat gugup sekarang.

Rasha melirik nametag lelaki dengan pin itu, Sihoon Davian, kemudian melirik lagi lelaki yang satunya, Yohan Abimanyu.

Jujur, kedua lelaki ini menarik perhatian Rasha karena memang sangat tampan. Tetapi yang satu berwajah dingin, dan satu lagi terus tersenyum. Rasha tidak mengerti lagi.

"Biar gue anter, lo ngawas aja sana." Lelaki dengan nametag Yohan itu tersenyum kepada Rasha, "Yuk."

Rasha mengernyit kemudian mengikuti lelaki itu di belakangnya. Dari belakang pun, lelaki ini cukup menawan hingga Rasha tak bisa melepaskan pandangannya.

Rasha heran, saat baru saja menginjakkan kakinya masuk ke dalam gedung sekolahnya yang besar ini, pandangan muridnya tak pernah lepas dari dia yang berjalan di tiap lorong. Rasha hanya diam, tak menanggapi.

"Omong-omong, gue Yohan," lelaki itu berucap yang entah sejak kapan sudah berada disebelahnya saja.

Rasha mendongak menatap lelaki itu, "O-oh, Rasha."

Kemudian tak ada percakapan lagi diantara mereka berdua. Yohan hanya fokus menatap ke depan, Rasha fokus melirik Yohan yang ada disebelahnya.

Di sekolahnya yang lama, Rasha tak menemukan lelaki seperti ini. Kalaupun ada, hanya lelaki seperti Haechan saja yang dikagumi satu sekolah. Itupun, Rasha bukan termasuk salah satu penggemar Haechan.

Entah ini sihir atau bukan, Rasha pun jauh lebih tenang tanpa sikap blak-blakannya saat berada di sebelah Yohan. Ah, tentu saja karena dia anak baru di sekolah mewah ini. Tidak mungkin Rasha berani bersikap tidak sopan disini.

Rasha melihat Yohan yang membukakan pintu untuknya kemudian mengisyaratkan dengan matanya untuk masuk. Rasha hanya bisa mengikuti.

"Pak, ini siswa baru yang bapak bicarakan kemarin."

Rasha tersenyum kemudian memberi salam kepada guru yang ada di depannya. Ruang guru di sekolah ini juga luas. Rasha heran, sekolah ini sepertinya memiliki ruangan yang luas.

"Oh, terimakasih Yohan, kamu ketemu dia?"

Yohan mengangguk, "Di depan gerbang."

"Kenapa bukan Sihoon? Dia marahin anak-anak lagi?"

Yohan menaikkan bahunya sambil tersenyum, "Kayak biasanya, pak."

Rasha hanya diam mendengarkan apa yang mereka bicarakan. Setelahnya, Yohan memberi salam kepada gurunya kemudian memberikan senyuman kepada Rasha. Rasha menaikkan alisnya heran. Ternyata semua lelaki sama seperti Haechan, ganteng namun genit.

"Rasha, kamu ikut bapak sekarang."

Rasha mengangguk dan mengikuti guru itu. Kegiatan Rasha pagi ini hanyalah mengikuti orang. Kelas yang dia masuki tidak seberapa jauh dari ruang guru. Murid-murid yang mulanya bersantai, kemudian kelabakan untuk kembali ke tempat duduknya.

Rasha mengedarkan pandangan melihat teman kelasnya yang baru, kemudian melihat siswa yang mengacungkan tangannya.

"Pak, itu murid barunya nggak bisa dipindah ke kelas lain? Mual saya liatnya."

Rasha mengumpat dalam hati. Dasar persetan Minhee!














A/n:
Pengen curcol banyak banget tentang sihoon, tapi ku ngga mau ungkit ungkit, nanti sedih :"(

Komdis➖Kim SihunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang