Belum waktunya

160 34 1
                                    

Rasha terdiam di kursi belajarnya. Sembari mengetukkan penanya pada buku fisika, Rasha melamun memikirkan apa yang barusan terjadi saat di sekolah tadi siang. Jantungnya masih berdegup saking kagetnya. Bagaimana tidak, Rasha memang tertarik dengan Sihun tapi dia tidak menyangka akan secepat ini.

Entah yang tadi itu hanya candaan atau serius, Rasha masih memikirkan hingga tidak dapat berkonsentrasi saat belajar.

Pintu kamar Rasha terbuka memperlihatkan Minhee yang sedang membawa martabak keju dan juga ponselnya yang membuat Rasha terkejut dan berdecak.

"Ngasih apa cuma numpang doang disini?"

Minhee mengalihkan pandangannya dari ponsel dan menatap Rasha yang memasang raut sebal.

"Ya kalo lo mau ambil aja kali."

Minhee meletakkan martabak keju itu di meja belajar Rasha kemudian berbaring di ranjang. Rasha hanya bisa mendengus sebal.

Rasha mengambil sepotong martabak dan memakannya sambil melanjutkan belajar yang sebelumnya tertunda karena tidak dapat konsentrasi.

"Sha, lo jujur deh sama gue."

"Jujur apaan?"

"Lo beneran suka bang Sihun?"

Pertanyaan Minhee membuat Rasha tersedak mertabak yang dimakannya. Buru-buru Rasha menepuk dadanya dan mencari air minum. Untung sebelum belajar tadi Rasha sudah menyiapkan air minum, jadi Rasha bisa meredakan rasa tersedaknya.

"Berarti beneran ya?"

"Ngomong apa sih lo?"

Minhee menaikkan bahunya, "Biasanya kalo ditanyain trus tiba-tiba kesedak tuh berarti ada yang disembunyiin, dan pasti jawabannya bener."

Rasha berdeham, "Kebetulan aja kali lo nanya trus gue kesedek, lagian ngapain sih tanya begituan."

"Keliatan banget kali, Sha kalo lo suka sama bang Sihun," Minhee beranjak dari ranjang kemudian mendekat ke arah Rasha.

"Dan gue juga denger apa yang dibilang sama bang Sihun."

Rasha meneguk salivanya gugup. Tidak mungkin Minhee melihat saat Sihun mengajaknya berpacaran tadi.

"Apaan sih lo, sok serius banget."

Minhee berdecak, "Nggak asik banget nggak kebongkar." Minhee berjalan menuju ranjang milik Rasha lagi.

Rasha mengerjapkan matanya bingung apa yang sedang terjadi. Saat mulai sadar, Rasha menggertakkan giginya kemudian berdiri dengan mendorong kursinya kebelakang.

"Minhee!! Lo pikir lucu hah?!! Keluar lo," Rasha memukul Minhee yang sedang berbaring dengan guling dan juga boneka-bonekanya.

Tapi reaksi Minhee hanya mengaduh, tertawa kemudian kabur keluar kamar begitu saja. Dia tidak tahu saja bahwa Rasha sudah keringat dingin jika Minhee tahu. Rasha menghela napasnya kasar kemudian loncat menuju ranjangnya kesal.

▪️▪️▪️▪️

Rasha berjalan berdampingan dengan Minhee. Selama ini walau Rasha dan juga Minhee berangkat bersama, mereka tidak pernah berjalan beriringan jika masuk ke dalam kawasan sekolah. Alasannya, karena mereka tidak ingin tahu jika masing-masing mempunyai saudara seperti keduanya. Dongpyo yang selalu menjaga di gerbang sekolah saja sampai heran jika mereka itu betulan saudara atau bukan.

Rasha berjalan sambil meminum susu coklat yang dia bawa dari rumah tadi.

"Gue disebelah tuh ditawarin kek," ucap Minhee kesal.

Rasha berdeham, "Mini mau? Nih, tapi udah habis, besok deh Rasha beliin," balas Rasha dengan nada sok imutnya.

Minhee bergidik dan seperti memeluk dirinya sendiri, "Jauhkan saya dari Rasha yang seperti ini, saya mau nampol tapi nanti dia ngadu ke mamanya." Minhee berjalan mendahului Rasha yang masih dengan gaya sok imutnya.

"Mini, jangan tinggalin Rasha."

Akhirnya Minhee mempercepat langkahnya. Rasha tidak mau kalah, dia juga mempercepat langkahnya masih memanggil Minhee dengan suara sok imut.

"Lo diem aja disitu, Sha. Nggak usah ikutin gue!"

"Nggak bisa dong, nanti Rasha jatuh, Mini harus nolongin. Mini!!!"

Rasha tersenyum sesekali tertawa jahil saat melihat Minhee yang berlari ketakutan. Langkah Rasha memelan saat melihat Sihun dari kejauhan. Kira-kira ada di ujung lorong, jalan yang berada dekat dari kelasnya. Mungkin saja lelaki itu baru saja mampir di kelas Rasha untuk mencarinya.

Rasha menghentikan langkahnya kemudian berbalik agar Sihun tidak dapat melihatnya. Wajahnya panik, jantungnya berdegup, di dalam hti Rasha berdoa agar Sihun tidak melihatnya.

Dan benar saja, Sihun hanya melewati Rasha begitu saja. Setelah Sihun lewat, Rasha langsung bersiap untuk lari masuk ke dalam kelas.

"Takut sama siapa sih?"

Rasha mengerjapkan matanya saat melihat Sihun yang sudah berdiri disebelahnya. Rasha melangkahkan kakinya mundur perlahan memnuat jarak yang cukup jauh antara dia dan juga Sihun.

"N-nggak takut sih, c-cuma waspada aja."

"Sama gue?"

Rasha meringis, "T-tapi ada yang mau aku omongin juga ke kak Sihun."

"Tentang kemarin?"

Rasha mengangguk, "Aku nggak tau kak Sihun ngartiin ini apa, tapi..."

Rasha menghela napasnya, "Aku belum bisa. B-bukan berarti aku nolak kak Sihun, aku ngerasa emang belum saatnya buat jalin status sama kak Sihun. Kak Sihun tahu kan aku juga masih banyak kurangnya, ditambah kita emang nggak deket banget."

Rasha menyunggingkan senyum canggungnya sambil menunduk, "J-jadi, maaf."

Rasha tidak mampu untuk melihat wajah Sihun sekarang. Rasanya dia ingin segera berlari kemudian menghindar dari lelaki bernama Sihun ini. Disisi lain, Rasha merasa bersalah, disisi lain pun Rasha tidak bisa berbohong jika sebenarnya, perasaan yang sering muncul saat dia bersama Sihun itu masih belum meyakinkan. Hatinya masih belum menetapkan.

Rasha merasakan tangan halus menepuk puncak kepalanya kemudian mengelus lembut rambutnya. Rasha mendongak melihat Sihun yang tersenyum entah apa artinya.

"Gue nembak lo bukan berarti gue harus jadi pacar lo. Gue suka kok sama jawaban jujur yang lo ungkapin, tapi gue makin penasaran gimana caranya bikin lo jatuh cinta lebih dalem lagi."

Rasha membulatkan matanya. Lelaki yang baru saja berbicara itu memang benar Sihun, yang terkenal jahat dan dingin saat bertugas menjadi komdis. Rasha tidak menyangka Sihun akan berbicara selembut dan membuat pertahanan Rasha hampir goyah.

"Bentar lagi bel, masuk kelas sana. Jangan bolos," ucap Sihun yang kemudian melenggang pergi meninggalakan Rasha yang masih terpaku di tempatnya.

















A/n:
Apakah kalian masih baca?

Komdis➖Kim SihunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang