Peraturan (2)

223 53 20
                                    

Komen dong gais, pengen bacain komen biar nggak stuck :")








Bel istirahat berbunyi sedetik yang lalu. Kini Rasha berlarian mencari toilet karena dia sudah menahan terlalu lama. Guru bahasa inggrisnya tadi terlalu fokus menjelaskan, sampai-sampai tidak menghiraukan saat Rasha mengangkat tanganya.

Saat bel berbunyi, Rasha langsung keluar kelas tak peduli gurunya yang belum menutup pelajaran. Daripada mengakibatkan kejadian fatal.

Namun Rasha berhenti sejenak, menoleh kebingungan. Ia lupa, harusnya Rasha mengajak Jia tadi. Rasha tidak tahu dimana letak toilet perempuan berada. Dia belum sempat untuk keliling sekolahnya sendiri. Rasha hanya tahu letak ruang kelasnya, kantin, ruang guru dan juga jalan keluar menuju gerbang.

Wajah Rasha sudah menegang. Dia sudah tidak bisa menahan.

"Kenapa?"

Rasha menoleh ke arah sumber suara. Sihoon dengan buku catatan--yang pasti catatan poin siswa--berdiri tepat di samping Rasha.

"I-itu a-anu, kak. Cari toilet." Rasha menggigit bibir bawahnya menahan agar 'itu' tidak keluar.

Sihoon menaikkan satu alisnya, "Disana, belok kanan aja. Cari yang cewek tapi."

"Oke, makasih kak." Rasha langsung saja berlari meninggalkan Sihoon disana.

Dengan mengikuti apa yang diberitahu Sihoon tadi, akhirnya Rasha menemukan toilet perempuan. Dengan buru-buru Rasha masuk ke dalam bilik toilet dan mengeluarkan semuanya disana.

"Akhirnya nggak jadi kencing batu," gumam Rasha.

Setelah selesai dengan urusan toiletnya, Rasha mencuci tangan di wastafel dan membenarkan rambutnya yang sempat berantakan karena berlari tadi. Rasha mengecek ponselnya. Beberapa pesan dari Minhee membuat Rasha mendecak.

Mini the poo
Woi!
Tutup botol
Jadi inceran bu Erna lo, mampus.
Keluar ga ijin.
Bisa nemu toiletnya kagak?
Tersesat kan lo?
Gabalik kan?
Akhirnya Rasha gabalik, makasih tuhan.

Rasha
Udah bel istirahat yauda sih, ngapain pake ngincer gue segala.
Naksir gue tuh guru?
🙃🖕

Setelah membalas pesan dari Minhee Rasha memasukan ponselnya ke dalam saku kemudian keluar dari toilet. Betapa terkejutnya dia saat tahu Sihoon yang berdiri dengan bersandar di dinding seperti menunggu seseorang.

Rasha mengelus dadanya, menetralkan jantungnya yang seperti tengah berdetak dengan cepat. Saat melihat Rasha, Sihoon langsung berdiri tegak tidak bersandar, menahan tawanya melihat ekspresi Rasha yang terkejut tadi.

"Kenapa kak Sihoon disini? Kan kaget kirain orang mesum."

Sihoon menaikkan bahunya, "Cuma mau ingetin beli atributnya. Ikut gue."

Rasha gelagapan. Gadis itu tidak membawa cukup uang untuk membeli atributnya sekarang. Apalagi sekolah ini dijuluki sekolah mahal. Bisa saja nanti atribut sekolahnya juga ikut mahal. Untuk membeli minuman di kantin saja, Rasha harus memikirkan dengan matang yang mana yang harus dia minum agar dia tidak rugi.

Rasha tersenyum canggung ke arah Sihoon, "Lagi nggak bawa uang banyak kak, besok aja ya."

"Berarti lo mau dapet poin lagi?"

Rasha mendecak pelan, "Ya nggak gitu, kan saya juga baru tau kalo seragam sama atribut ke pisah kayak gini. Kalo saya beli semua atribut sekarang nggak makan saya kak. Kalo nggak makan saya bisa meninggal kak, kalo nggak beli atribut? Paling cuma dapet poin dari situ aja nggak sampe meninggal."

Komdis➖Kim SihunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang