Hari kedua, dimana Rasha bersekolah di sekolah barunya. Rasha tersenyum lebar saat turun dari tangga menuju ruang makan. Bagaimana tidak, sekarang Rasha sudah memakai seragamnya yang baru sehingga dia tidak merasa berbeda sendiri.
Minhee yang sudah di ruang makan sampai terheran melihat sepupunya yang aneh itu.
"Sha, lo nggak pake dasinya?" ucap Minhee sambil menyuap rotinya.
"Emang ada?"
"Mampus lo, kena sama komdis lagi."
Rasha yang tersadar kemudian kembali lagi ke kamarnya, mencari atribut penting itu. Di plastik tempat seragam barunya tertata, tidak ada dasi. Bodohnya, Rasha juga tidak memeriksa terlebih dahulu saat baru saja diberikan.
Perasaan Rasha tidak tenang sekarang. Baru saja hari kedua dia bersekolah, tetapi harus terkena hukuman duluan. Memang kebiasaan Rasha di sekolahnya yang lama. Teledor dan juga tidak disiplin.
Rasha langsung turun ke lantai bawaj kemudian mendekati Minhee.
"Plis dong, kali ini jangan ninggal kayak kemarin." Rasha tersenyum, menunjukan sisi sok imutnya.
"Kemarin Minhee ninggal kamu?" tante Lia yang baru saja datang dengan sepiring nasi goreng di tangannya menimpali.
Rasha melirik Minhee kemudian mengangguk, "Iya te, tega banget masa--"
"Ma, Minhee berangkat," Minhee beranjak dari kursi, meninggalkan Rasha yang baru saja ingin mengadu.
Sama seperti sebelumnya, kecepatan Minhee saat mengendarai motor perlu Rasha waspadai. Rasha hanya bisa mencengkram pundak Minhee kuat-kuat takut jika jatuh. Sudah berungkali saat lampu merah Rasha menegur Minhee dengan menepuk helm yang digunakan lelaki itu. Tapi yang namanya Minhee, dia tidak pernah mematuhi apa yang disuruh oleh Rasha.
Saat sampai di parkiran sekolahnya, Rasha menghembuskan napasnya banyak-banyak. Napasnya sudah sesak karena berungkali dia menahan napas dan berdoa dalam hatinya.
"Turun bego, udah sampe," suruh Minhee.
Rasha turun dari motor kemudian menepuk pundak Minhee keras, "Gila lo emang, udah gue tegur masih tetep aja kenceng-kenceng, kalo mau mati tuh jangan ngajak-ngajak, kesel gue," Rasha meletakkan helmnya dengan kasar.
"Yaudah besok naik bis aja sana, nggak usah bareng gue. Bawel bener lo."
Rasha berjalan bersebelahan dengan Minhee tetap masih bersama omelannya yang sama, membuat Minhee harus menutup telinganya. Jika ada lomba mengomel seindonesia, mungkin Rasha yang akan menjadi juaranya. Sampai-sampai Minhee harus berlari meninggalkan Rasha lagi.
Rasha diam di tempat, melihat Minhee yang perlahan menjauh dan satu orang lelaki mendekat ke arahnya. Rasha tahu kenapa lelaki itu mendekat ke arahnya.
"Dasi kamu kemana?"
Benar dugaan Rasha. Dia pasti menanyakan tentang dasi yang entah dimana itu.
"Oh, itu kemarin waktu kak Sihoon kasih seragam dasinya nggak ada jadi sekarang nggak pake." Rasha tersenyum canggung takut-takut jika harus berurusan dengan hukuman.
Tentu lelaki itu adalah Sihoon, ketua komdis yang dikenal galak. Rasha melihat Sihoon seperti menghembuskan napasnya kasar. Rasha mengedarkan pandangan matanya takut untuk bertatap dengan Sihoon. Auranya sungguh kuar biasa.
"Kenapa nggak kamu cek lagi? Yang saya kasih itu cuma seragam, atributnya beli sendiri di koperasi."
"Maaf kak, kan saya salah paham."
"Nanti beli atribut di koperasi, tapi sekarang kamu tetep saya poin."
Baru saja dua hari Rasha di sekolah ini, tapi selalu saja dia berurusan dengan Sihoon, ketua komdis ini. Jika dibilang menyebalkan, Rasha ingin sekali adu argumen dengan Sihoon. Bukan kesalahannya dia tidak memakai atribut dengan lengkap. Ini masih dasi, belum yang lainnya.
Rasha melihat Sihoon yang menuliskan sesuatu di kertas yang pasti daftar nama murid di sekolah ini.
"Kelas berapa kamu?"
"11 ipa 4 kak."
"Nama?"
"Natasha Arasha."
Bagus sekali. Baru hari kedua sudah mendapat sepuluh poin. Rasha langsung berjalan ke kelasnya saat Sihoon selesai menulis dan menyuruhnya masuk ke dalam. Dengan wajah yang terlihat sebal, Rasha memaki-maki ketua komdis itu di dalam hatinya.
Bagaimana bisa itu adalah kesalahannya. Harusnya saat Sihoon memberikan seragamnya, dia bilamg jika atributnya tidak ada, bukan malah Rasha yang mendapat poin. Itu yang ada di batin Rasha.
Saat Rasha masuk kelas pun, Rasha harus berhadapan dengan Minhee yang mengejeknya.
"Mampus kena poin, untung gue tinggal."
"Nggak tau, ah, bete gue sama lo."
Rasha berjalan dengan kesal lagi kemudian duduk di bangkunya tepat di sebelah Jia yang tengah memukul Dongpyo.
"Kenapa Sha?"
"Tuh, si Sihoon atau siapa itu. Jelas jelas dia bilang seragam, ya pasti gue ngiranya lengkap dong, eh kena poin gegara gue nggak pake dasi."
Jia dan Dongpyo tertawa membuat Rasha terheran. Apanya yang lucu? Mereka berdua malah membuat Rasha tersinggung dan makin menambah kekesalannya.
"Mending lo patuhi aja kak Sihoon, daripada dapet poin lebih."
"Nggak usah mentang-mentang anak komdis, lo jadi ngebela si Sihoon itu ya, pyo."
Minhee yang berasal dari depan kelas kemudian menggebrak meja Rasha membuat gadis itu terlonjak kaget.
"Bahas apa? Ngebuli Rasha gegara kena poin? Ikutan gue."
"Yee, setan lo!"
A/n:
Akhirnya bisa update!!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Komdis➖Kim Sihun
Fiksi Penggemar"Seragam kamu emang lengkap, tapi perasaan kamu ke aku belum lengkap." ©buttercuppy_