Pernyataan kedua

108 19 0
                                    

Rasha turun dari motor kemudian memberikan helmnya kepada Minhee yang sedang dalam mood tidak baik itu. Karena Rasha yang terlalu lama menghilang semalam, Minhee yang terkena imbasnya. Dia diomeli dengan ibunya membuat Rasha merasa bersalah.

"Mini, maafin kek. Kan gue kemarin juga udah bilang ke lo."

"Gue nggak marah kok, cuma kesel aja."

Rasha berdecak.

"Lo jadian sama kak Sihun?"

Rasha mengangguk memberikan jawaban.

"Kenapa lo nggak bilang sama gue?"

"Buat apa gue bilang ke lo."

"Ya kan lo bego soal percintaan, nggak inget lo sama kasus junho waktu itu?"

Rasha menyusul Minhee yang meninggalkannya terlebih dahulu itu. Rasha tidak berani untuk berbicara kepada Minhee karena moodnya yang memang sedang tidak baik. Sekarang saja raut muka Minhee tidak seperti biasanya. Rasha hanya diam sambil mengikuti Minhee.

Sepertinya, berita cepat sekali menyebar. Baru saja Rasha menginjakkan kaki masuk lorong sekolah, banyak pasang mata yang meyoroti dirinya. Entah tatapan tajam atau tatapan yang membuat Rasha tidak berani untuk menatapnya.

Sepertinya banyak yang tidak suka dengan hubungan Sihun dan juga Rasha sekarang. Ini masih belum terhitung sehari, tetapi musuh Rasha sudah banyak berdatangan.

"Nggak usah diliat, cepet masuk kelas aja." Minhee yang mengerti keadaan mulai merangkul pundak Rasha menenangkan.

Jika dilihat sebenarnya Minhee juga merupakan sesosok saudara yang baik. Dia mampu menjaga Rasha bahkan terkadang membela Rasha yang dimana gadis itu tak mengetahuinya.

"Mini, lo tau nggak sih, sikap lo kayak gini malah makin bikin salah paham tau."

Minhee menatap Rasha yang mendongak juga menatapnya.

"Emang ada yang tau kalo kita sepupuan?"

Minhee hanya berdecak, "Biarin, biar lo dikata playgirl."

"Gila lo!"

"Mending gue pacaran sama mbak-mbak jual cireng di depan komplek daripada sama lo ya."

"Hah? Mau jadi pebinor lo?!"

"Yee, nggak asik lo nggak bisa diajak becanda."

Minhee meninggalkan Rasha lagi dan masuk ke dalam kelas terlebih dahulu. Rasha menggelengkan kepalanya heran.

"Sha."

Rasha menghentikan langkahnya yang akan memasuku kelas. Dia melihat Sihun dengan seragam rapi dan juga sekotak susu di tangannya.

"Kak Sihun?"

"Nih." Sihun memberikan susu itu kepada Rasha.

"Makasih, kak."

"Makasih doang?"

Rasha mengerutkan dahinya, "Trus?"

"G-gue bentar lagi uprak lho."

"Oh..."

"Serius, cuma gitu doang?"

Rasha tertawa. Baru pertama kali ini Rasha melihat Sihun dengan wajah kesal menggemaskannya. Rasha menjinjitkan kakinya kemudian mengelus pucuk kepala Sihun.

"Semangat upraknya, konsentrasi sama uprak jangan mikirin yang nggak perlu."

Rasha kemudian menghentikan aktifitas mengelus pucuk kepala Sihun. Dia tersadar akan apa yang dilakukan, kemudian menunduk malu.

"K-keterlaluan ya? Maaf."

Sihun menghela napasnya, "Gue nggak bisa konsentrasi kalo sikap lo manis banget kayak tadi."

"Tuhkan, gue udah nebak bakal bilang kayak gitu."

"Tapi gue suka."

Sihun berhasil membuat Rasha salah tingkah hingga wajahnya memerah. Baru kali ini Sihun mengucapkan kalimat yang Rasha harapkan. Maksudnya, terkadang Rasha hanya mendengar kalimat dingin dan sarkasnya.

"Sana ih, ntar telat ikut upraknya."

Rasha mendorong Sihun agar kembali ke kelasnya tapi seolah Sihun belum mau.

"Sha, kalo ada yang jahat sama lo, bilang gue ya."

"Nggak, nggak ada yang jahat kok, udah sana balik."

Sihun tersernyum melihat tingkah Rasha sekarang.

▪️▪️▪️

Jam menunjukan pukul dua belas dimana jam istirahat baru saja dibunyikan. Karena sepertinya murid seluruh sekolah tidak menyukai Rasha dengan kabar yang sudah menjadi pacar Sihun itu tersebar, Rasha tidak berani untuk keluar dari kelasnya. Alhasil, dia menitipkan uangnya kepada Jia untuk membelikannya sebuah roti dan susu.

Rasha sibuk bermain game di ponselnya membuatnya terlalu terfokuskan kesana. Hingga seseorang meletakkan roti dan susu di mejanya.

"Ada kembaliannya nggak, Ji?" ucap Rasha yang masih fokus pada ponselnya.

"Nggak kok, gue sengaja beliin buat lo."

Rasha menghentikan aktifitasnya, melihat siapa pemilik suara berat itu.

"Kak Yohan?"

Tanpa memedulikan game yang ada di ponsel sebelumnya, Rasha langsung mematikan ponselnya. Yohan berdiri di depan Rasha sambil tersenyum. Tanpa mengucapkan apapun, Yohan langsung duduk tepat di depan Rasha.

"Nggak dimakan? Belum makan kan?"

"Eh?"

"Tadi aku ketemu Jia, tapi nggak liat kamu."

Rasha hanya meringis.

"Aku denger, kamu pacaran sama Sihun?"

"I-iya, nggak nyangka banget ya kak?"

"Kenapa nggak nyangka?"

"Nggak tau, soalnya satu sekolah bilangnya kayak gitu."

Yohan tertawa kecil mendengar pernyataan Rasha ini.

"Nggak usah di dengerin, kamu tau kan kalo Sihun tuh terkenal galak, apalagi sama yang naksir dia."

Rasha mengangguk paham. Gadis itu kemudian membuka bungkus roti yang diberikan oleh Yohan dan memakannya dengan lahap.

"Makasih ya kak, nanti kalo Jia udah balik aku ganti uangnya."

"Nggak papa, kamu makan aja dulu."

Rasha tersenyum kepada Yohan kemudian membuka sekotak susu coklat yang diberikan Yohan juga. Rasha melahapnya seperti orang yang belum makan seharian.

"Sha, gue telat ya?"

Rasha menghentikan aktifitasnya. Cara bicara Yohan tidak seperti ia biasanya berbicara dengan Rasha.

Rasha mengerutkan keningnya, "Telat apa kak?"

"Kayaknya emang nggak jodoh, Sha."

"Maksudnya apa sih, kak?" ucap Rasha sambil tertawa kecil.

"Enggak, kamu makan aja."



















A/n:
Ada yang kangen dengan cerita ini?

Komdis➖Kim SihunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang