Masalah Promnight

216 47 0
                                    

Btw, karena ternyata yang bener Sihun jadi di chap ini aku bakal pake Sihun, bukan Sihoon lagi, cmiiw




Rasha merapikan buku yang berseraka di mejanya. Kepalamya pusing sehabis pelajaran fisika barusan. Di jam terakhir, saat sedang ngantuk-ngantuknya dia harus berjuang bersama fisika yang oenuh dengan rumus rumit. Rasha perlu angkat tangan sekarang.

Pikirannya terpecah menjadi dua, satu memikirkan fisika, yang satu lagi memikirkan tawaran dari kakak kelasnya itu. Rasha melihag kantong plastik yang berada di mejanya. Seharusnya dia tidak menyetujui penawaran untuk membelikannya atribut tadi. Sungguh di luar dugaan jika Sihun akan mengajaknya di promnight.

"Sadarkah engkau wahai Arasha Natasha bahwa engkau telah di tunggu pangeran tampan ini?" Minhee berucap dari ambang pintu kelas dengan wajah malasnya.

Rasha mendecak, "Pangeran kodok kali." kemudian berdiri menyusul Minhee yang sudah menunggunya.

Lorong kelas agak sepi. Hanya ada siswa yang sedang piket. Hanya kelas Rasha dan Minhee saja yang tidak melakukan piket kelas. Biasanya, pagi-pagi sekali orang yang bertugas piket itu akan datang dan melaksanakan tugasnya. Rasha heran, kenapa bukan jika pulang sekolah saja mereka membersihkan kelas daripada harus datang terlalu pagi.

Rasha dan Minhee saling diam. Entah mengapa mereka seperti ini. Padahal biasanya mereka akan adu bicara sampai satu lorong hanya terdengar ocehan mereka.

"Mini, emang promnight tahunan kapan sih?" akhirnya setelah beberapa lama, Rasha membuka suara.

Minhee mengernyit, "Kok lo tau kalo sekolah ini ngadain promnight tahunan?"

"Y-ya nebak aja, sekolah gue yang lama juga ada, tapi waktu lulusan kelas 12."

"Ya berarti sama," ucap Minhee sambil mengambil helm.

Rasha mengangkat sebelah alisnya. Jika promnight tahunan di sekolah ini diadakan saat kelulusan mengapa Sihun mengajaknya sekarang? Itu masih sangat lama, bahkan semester pertama saja baru dimulai.

Rasha bengong, pikirannya kemana-mana hingga Minhee menepuk pundak gadis itu.

"Bengong mulu, kesambet setan lo nanti, eh tapi setan nggak masukin setan."

"Yee, lo yang setan!"

Bersama Minhee membuat Rasha naik pitam. Tidak ada yang namanya akir di dalam hidup mereka. Sekalinya akur mungkin akan diselingi hinaan satu sama lain.

Rasha naik di motor kemudian Minhee melajukan motornya keluar dari area sekolah yang sudah cukup sepi.

Mereka hanya diam tak ada yang berbicara. Minhee fokus menyetir, Rasha fokus memainkan ponsel membalas pesan dari teman lamanya.

"Sha, ngafe dulu ya," ucap Minhee saat motornya berhenti karena lampu merah.

Rasha berdehem mengiyakan ajakan Minhee. Lelaki itu melajukan motornya lagi, menuju tujuan yang diinginkan olehnya.

Tak sampai 20 menit, motornya berhenti lagi. Rasha baru sadar bahwa motornya sidah berada di parkiran cafe yang diinginkan Minhee tadi. Rasha turun dan menyimpan ponselnya di saku.

Rasha dan Minhee masuk ke dalam cafe itu. Karena Rasha baru pertama kalinya berada di cafe ini, Rasha melihat sekitar. Sekiranya, cafe ini nyaman untuk belajar karena tiba-tiba saja grup kelasnya ramai bahwa besok akan ada ujian matematika.

Namun, Rasha melihat sosok yang tak asing baginya. Rasha mengernyit, melihat lelaki dengan laptop berada di depannya juga earphone yang teroasang di telinganya. Karena terlalu serius memastikan orang itu, Rasha tak sadar intranya sudah saling menatap hingga Rasha langsung melepaskan kontak mata dengan bersembunyi di balik tubuh Minhee yang sedang sibuk memesan.

Komdis➖Kim SihunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang