Datang Tamu

212 41 7
                                    

Rasha berlari menuju gerbang sekolah bersama dengan Minhee yang sudah berada di depannya. Rasha tidak bisa berlari kencang hingga mau tidak mau Minhee harus meninggalkannya. Gerbang sekolah sudah diambang akan tutup. Jika doa sudah terdengar dari central, maka Rasha sudah harus terkena poin terlambat.

Salahkan Minhee yang terlalu lama mengajaknya di cafe kemarin malam. Lelaki itu yang mengajaknya hingga pulang terlalu larut dan bangun kesiangan. Kebetulan juga, tante Lia sudah keluar menuju kantornya pagi-pagi sekali yang entah sudah membangunkan mereka berdua atau belum.

"Yah, jangan ditutup dulu dong," mohon Minhee kepada Dongpyo.

Seolah tak mendengarkan, Dongpyo malah hanya mengangkat bahu. Rasha berdecak, melirik Minhee sinis.

"Salah lo juga kali, kenapa nggak bangun cepet?" Minhee memrotes seolah bukan salahnya juga.

Bagaimana lagi. Rasha juga tak bisa melakukan apa-apa. Belum juga seminggu Rasha bersekolah disini, tetapi banyak sekali pengumpulan poin yang Rasha dapatkan.

Gerbang sudah di buka. Siswa yang datang terlambat sudah diperbolehkan masuk. Jangan lupakan dengan hukuman yang harus mereka dapat. Rasha berjalan malas-malasan.

Dongpyo berkeliling, menghitung berapa banyak yang terlambat hari ini. Rasha melihat Dongpyo dan berbicara menggunakan pandangan matanya, memohon agar dia diselamatkan dari hukuman datang terlambat ini. Sama seperti tadi, Dongpyo tidak menghiraukan.

"Kenapa terlambat?" tanya Sihun kepada Rasha.

Rasha yang awalnya menundukan kepala harus mendongak memandang wajah tajam dari kakak kelasnya itu.

"Bangun kesiangan, kak."

"Arasha Natasha kan?"

Rasha mengangguk. Rasha melihat Sihun menggeleng pelan sambil tersenyum.

"Jangan karena mikirin pertanyaan gue, lo jadi bangun kesiangan."

"HA?! SIAPA YANG MIKIRIN?!"

Rasha langsung menutup mulutnya karena terlalu keras melayangkan protesnya tadi. Sihun malah tertawa kemudian pergi meninggalkan Rasha.

"Buat yang terlambat, kalian bersihin taman sekolah sampai jam pelajaran kedua ya," Sihun yang berucap membuat Rasha mendengus sambil mengambil trash bag yang diberikan.

Hampir tiga puluh menit Rasha jongkok untuk mengambil sama dedaunan yang berada di taman sekolah ini. Rasha berdecak kemudian berdiri sambil merenggangkan pinggangnya yang mulai sakit.

"Mini, capek."

Mendengar rintihan Rasha, Minhee berdecak, "Nggak usah manja, namanya juga hukuman."

"Sewot amat."

"Siapa yang sewot?"

"Lo."

"Perasaan lo kali, gue ngomong biasa aja."

Karena kesal, Rasha meletakkan trashbag yang dipegang dengan kasar. Minhee malah tertawa kemudian memanggil Dongpyo yang sedari tadi melihat mereka bertengkar.

"Gue pindah ya, Pyo, manusia serigalanya bentar lagi berubah."

"Lo kera sakti!" teriak Rasha saat Minhee sudah kabur terlebih dahulu.

Rasha menarik napasnya menetralkan amarahnya dan suasana hatinya yang buruk.

"Pyo, gue udah masukin sekantong, masa kurang?"

Dongpyo mendekati Rasha, "Tunggu jam kedua baru lo boleh ke kelas."

"Ck, udah tiga puluh--"

Rasha terdiam saat seseorang memeluk--bukan, memasangkan jaket dipinggangnya. Rasha tak bergerak sampai seseorang itu selesai mengikatkan jaketnya. Jantungnya berdegup saking kagetnya.

"Bawa ganti?"

Rasha memutar tubuhnya saat Lelaki itu bertanya.

"Ha? Emang kenapa kak?"

"Kayaknya kamu kedatangan tamu."

Rasha terkejut kemudian sedikit memutar tubuhnya memastikan benar atau tidak. Tentu saja itu benar dan sudah cukup banyak noda yang ada di roknya.

"A-anu kak, ijin--"

Belum selesai Rasha berucap, Sihun sudah mengangguk duluan. Rasha langsung berlari mengambil tasnya kemudian menuju toilet untuk mengganti roknya.

Untung saja Rasha selalu menyiapkan barang pentingnya di tas dan kebetulan juga dia membawa celana olahraganya. Rasha langsung membersihkan noda roknya di wastafel.

"Bego banget, malu gue dilihatin kayak tadi pantes aja perut gue sakit banget," ucap Rasha sambil memeras roknya dan meletakkan di kantok plastik.

Rasha keluar dari toilet dan melihat Sihun yang bersandar di dinding sambil memejamkan matanya.

"Kak Sihun?"

Sihun membuka matanya dan melihat Rasha berdiri disebelahnya kebingungan. Sihun memberikan satu tablet obat yang entah obat apa.

"Perut lo sakit kan? Gue udah minta di uks tadi."

Rasha mengambil obat itu, "Makasih."

Mereka diam berhadapan tanpa ada yang membuka suara lagi. Rasha menunduk sambil menahan sakit di perut. Sekarang Rasha ingin berbaring sambil menggulingka badannya, itu yang dilakukan Rasha saat menahan sakit perut datang bulan.

"Jaketnya aku bawa dulu ya kak, aku cuci."

Sihun mengangguk, "Kalo nggak kuat langsung ke uks aja, jangan dipaksain, obatnya diminum trus tidur."

Rasha tersenyum kemudian mengangguk. Rasha rasa, perlakuan Sihun kali ini sangat manis. Tidak pernah Rasha merasa diperhatikan seperti ini. Terakhir kali, di sekolah lama dengan sahabat-sahabat lelakinya.

"Kenapa disini? Lo ngapain, Hun?"

Yohan, yang entah datang darimana tiba-tiba memecah keheningan diantara Rasha dan juga Sihun.

"I-itu kak, tadi terlambat trus ada masalah dikit, hehe," ucap Rasha canggung.

Yohan mengerutkan keningnya, "Kamu sakit? Daritadi saya lihat kamu kayak nahan sakit."

Rasha terdiam sebentar, "I-itu, cewek."

Yohan langsung paham tanpa dijelaskan secara rinci. Yohan memandang Sihun melihat lelaki itu yang sedari tadi hanya diam.

"Dicariin anak buah lo tuh, lama banget ngilangnya katanya."

Sihun mengangguk kemudian kembali ke tugas awalnya.

Yohan tersenyum kepada Rasha, "Cepet sembuh ya, kalo nggak kuat ke uks aja."












A/n: telat update, ceritanya gajelas lagi :((

Apa masih ada yang nunggu cerita ini?


Komdis➖Kim SihunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang