(Maybe) Date?

136 34 4
                                    

Rasha terdiam di tempat, melihat Sihun yang sedang memundurkan motornya. Rasha tidak menyangka dia akan pulang bersama kakak kelasnya ini.

Saat bel berbunyi tadi, tiba-tiba Minhee mengatakan aka ada sesuatu yang spesial yang aka mendatangi Rasha namun beberapa menit kemudian saat Sihun menghampiri dirinya di kelas, Minhee pergi begitu saja.

Rasha mengedipkan matanya saat melihat Sihun tersenyum kearahnya dan memakaikan helm yang sedari tadi hanya dicengkram oleh Rasha. Perasaannya makin gugup dengan perlakuan manis Sihun yang terlalu tiba-tiba ini.

"Naik aja, gue nggak akan nyulik lo ke tempat aneh-aneh." Sihun tersenyum lagi, membuat Rasha makin keheranan.

Rasha menghela napasnya kemudian naik ke motor milik Sihun. Rasanya canggung. Untuk pertama kalinya Rasha pulang bersama Sihun.

Akhir-akhir ini, sikap Sihun berbeda tampak lebih manis. Entah memang karena pernyataan cintanya yang ditolak oleh Rasha atau memang Sihun ingin mendekati Rasha, lagi.

"Mau kemana sih kak?" ucap Rasha mengencangkan suaranya agar Sihun terdengar.

Sihun tersenyum lagi, "Makan, udah lama nggak makan sama kamu."

Rasha terkejut. Kamu? Ini pertama kalinya juga Sihun berbicara formal dengan Rasha.

"K-kamu?"

"Apa?"

"Hah, enggak fokus jalan aja."

Rasha tersenyum kecil kemudian memudarkan senyumannya. Tidak mungkin dia merasa senang saat Sihun berbicara formal dengannya. Harusnya Rasha merasa aneh bukan malah tersenyum seperti ini.

Sihun menghentikan motornya di kafe yang belum pernah Rasha kunjungi. Rasha melihat bangunan cafe itu. Terdapat boneka rusa besar terpampang di samping pintu masuk juga susunan lampu-lampu yang berkelip seperti bintang. Walaupun langit masih terang, cahaya lampu itu tak mengurangi keindahan hiasan sambutan untuk para pengunjungnya. Rasha sangat tertarik dengan konsep yang diterapkan pada kafe itu.

Rasha tersenyum lebar, "Wah, gue nggak pernah ngelihat kafe secantik ini."

"Masih bagian depannya, liat aja nanti di dalem. Yuk."

Mereka berjalan masuk ke dalam kafe. Rasha berjalan dibelakang Sihun membuat lelaki itu merasa tidak nyaman. Sihun menghentikan langkahnya kemudian memandang Rasha yang terkejut. Lelaki itu menghembuskan napasnya.

"Kenapa?" tanya Rasha.

"Lo mau masuk ke dalem kayak gitu?"

Rasha mengernyit. Sihun kembali ke mode Sihun sebelumnya.

Sihun berjalan mendekat ke arah Rasha kemudian melepaskan helm yang masih terpakai di kepala gadis itu yang dilanjutkan merapikan rambutnya yang berantakan dengan lembut.

Jangan tanyakan bagaimana perasaan Rasha sekarang. Malu dan juga jantungnya berdegup.

"Jangan bilang lo sering kayak gini."

Rasha tidak menjawab. Dia masih sibuk hanyut dalam pikirannya.

Sihun menghembuskan napasnya dan berjalan balik ke arah motornya untuk meletakkan helm kemudian menggenggam tangan Rasha untuk masuk ke dalam kafe tersebut. Ini benar-benar kejadian yang mengejutkan bagi Rasha.

"Lo mau pesen apa?" tanya Sihun yang masih menggenggam erat tangan Rasha.

"A-apa aja deh kak."

Rasha menarik napas menetralkan degup jantungnya yang makin kencang. Gadis itu melihat genggaman tangan Sihun kemudian memandang sudut wajah lelaki disampingnya yang sibhk berbicara untuk memesan.

Rasha akui, Sihun memang tampan pantas saja lelaki itu sangat populer di sekolah. Apalagi dia merupakan mantan ketua komdis di sekolahnya. Sihun bukan lelaki galak dan dingin seperti orang lain kira, dia manis dan penuh perhatian. Itu yang Rasha pikirkan.

"Sha?"

Rasha tersadar dari lamunannya. Dia memalingkan wajahnya yang mungkin kini sudah memerah malu karena ketahuan sedang memandangi wajah Sihun.

"Kenapa lo jadi gugup gitu sih sama gue?"

"A-anu, itu," ucap Rasha gugup

"Hah?"

"Tangan."

Sihun terkejut dan langsung saja melepas genggaman tangannya. Kini mereka sama-sama canggungnya.

"G-gue cariin tempat duduk ya, kak."

Sihun mengangguk setuju.

Rasha berjalan cepat mencari tempat yang nyaman untuk mereka berdua. Tak lama pun, Sihun datang membawa nampan yang berisi pesanan mereka. Red velvet cake dengan es coklat dengan whip cream dan pernak pernik chip warna-warni.

Sihun duduk dengan berdeham menetralkan kecanggungan mereka.

"Jadi, kenapa kak Sihun ngajak kesini?" ucap Rasha sambil menyesap minuman coklatnya.

Sihun tersenyum lagi, "Cuma mau ngajak aja."

Rasha mengangguk. Mereka saling diam tak ada yang memulai percakapan lagi.

Sihun berdeham, "Lo canggung sama gue?"

"Hah? Bukannya kak Sihun yang canggung?"

Sihun tidak menjawab, lelaki itu tersenyum kemudian menggenggam tangan Rasha membuat gadis itu tersentak.

"Jadi, siapa sekarang yang canggung?"

"Eng-nggak canggung kok, cuma..."

"Sha, anggep aja ini date pertama kita."

"Tapi kan..."

"Gue tau kok, tapi tetep aja gue anggep ini date pertama kita."

Rasha tidak menjawab. Dia terdiam bingung menjawab apa. Untuk kesekian kalinya jantung Rasha berdegup dengan kata-kata yang diungkapkan Sihun.

"Maaf kak," Rasha berbicara sambil menunduk.

"Buat?"

Rasha tidak menjawab. Dia hanya menunduk dengan wajah memelasnya.

"Tenang aja, walaupun lo nolak, gue bakal tetep ada disamping lo kok."

Sihun mengusap rambut Rasha lembut membuat gadis itu merasa nyaman. Kini Rasha mengerti mengapa lelaki ini populer di sekolah. Sihun, dengan hati baik dan lembutnya.
















A/n:
Aku lagi writerblock gais, huhu :(
jadi maaf kalo ini maksa sama jelek banget :(((


Komdis➖Kim SihunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang