"Hah, pindah?!"
Rasha sedari tadi mengikuti ibunya yang berjalan mondar-mandir di dapur untuk memasak. Barusan Rasha tahu bahwa keluarganya akan pindah, ralat, hanya Rasha saja.
"Kamu nanti tinggal di rumahnya tante Lia, mama udah ngomongin sama tante Lia."
Rasha mendecak. Ini terlalu tiba-tiba jika Rasha akan pindah sekarang. Baru saja Rasha masuk sekolah sebulan yang lalu setelah libur. Memasuki kelas 11 yang dimana sudah dapat beradaptasi dengan sekolah namun malah harus pindah dan kembali beradaptasi lagi. Apalagi, beda wilayah.
Omong-omong, tante Lia merupakan adik perempuan dari ayah Rasha. Dia mempunyai satu anak laki-laki, Minhee. Sebenarnya, sudah sangat akrab Rasha dengan anak tante Lia, saking akrabnya Rasha tidak tahu dia itu jenis manusia atau bukan karena keanehannya.
Rasha bergelanyut di tangan ibunya layaknya anak kecil.
"Rasha nggak masalah kok tinggal sendiri, nggak usah pindah deh, ma. Mama sama papa urus kerjaannya aja di Singapur"
Ayah dan ibu Rasha merupakan pengusaha brand yang cukup terkenal, membuat mereka terkadang harus mondar-mandir ke luar kota secara bergantian untuk menjaga Rasha. Baru kali ini, mereka akan meneruskan perusahaan di luar negeri.
Rasha itu terkenal dengan tingkah ceroboh dan cerewetnya. Karena dia pintar sekali berbicara, kadang ayah dan ibunya sampai bungkam jika memarahi gadis itu.
"Nggak ah, kamu itu anak tunggal, nggak ada yang jagain. Kalo di rumah tante Lia kan nanti ada Minhee, satu sekolah lagi."
"Satu sekolah?"
"Iya, nanti kamu sekolah di sekolahnya Minhee."
"Yaampun mama, serumah sama Minhee aja Rasha nggak bisa bayangin, gimana kalo satu sekolah? Bisa-bisa Rasha masuk rumah sakit jiwa gara-gara Minhee."
"Hush, anggap aja Minhee sebagai kakak kamu."
Rasha menggeleng dengan cepat, "Cuma beda dua bulan, big no mau anggep dia kakak aku."
Ibu Rasha hanya menggeleng mendengar celotehan anaknya.
"Kamu siapin barang kamu sana, besok berangkat."
Rasha berjalan menuju kamarnya dengan malas. Padahal orang tua Rasha akan berangkat seminggu lagi tapi Rasha sudah harus menuju rumah tante Lia dengan alasan agar Rasha cepat pindah sekolah.
▪️▪️▪️
Rasha turun dari mobilnya yang kemudian langsung disambut oleh tante Lia. Rasha tersenyum kemudian menyalami tantenya itu.
Rumah tante Lia ini terbilang cukup besar. Halaman depan yang luas dengan sebagian dihiasi rerumputan, ruang tamu yang cukup besar yang kemudian disambut dengan ruang keluarganya yang makin besar lagi. Di lantai dua terdapat banyak kamar tidur padahal di rumah ini hanya ada tigaorang--yang akan menjadi empat orang bersama Rasha. Jangan lupakan halaman belakang yang disulap menjadi taman oleh tante Lia. Pantas saja Minhee betah sekali di rumah ini.
Rasha memasuki rumah yang beberapa hari ini tidak dikunjungi olehnya. Rasha melihat Minhee yang bermain pes di ruangan dekat dengan ruang keluarga. Memang ruangannya berbeda karena tante Lia dan juga Minhee sering berebut tv hingga ayahnya pun membuat satu ruangan lagi hanya khusus untuk Minhee jika dia ingin bermain pesnya.
"Ada tamu disambut kek," Rasha bersandar diambang pintu membuat Minhee langsung menghentikan permainannya.
"Kapan lo datengnya?"
"5 menit yang lalu."
Minhee kemudian keluar dari ruang bermainnya dan menyalami kedua orang tua Rasha sambil tersenyum membuat Rasha mendorong pelan bahunya.
Senyuman Minhee itu bagaikan racun bagi Rasha, karena itu pasti hanya akting sok manis dari Minhee untuk orang di dekatnya. Rasha hapal dengan itu.
"Minhee itu bawain kopernya Rasha, anterin ke kamarnya," perintah tante Lia.
"Ayok, jadi babu gue sekarang," Rasha berjalan mendahului Minhee yang menarik koper besar miliknya.
Saat sampai tangga terakhir, Minhee terlihat ngos-ngosan sambil menarik koper milik Rasha.
"Lo bawa apaan sih, gila berat banget ini."
Rasha hanya cekikikan. Padahal Rasha hanya membawa banyak bajunya juga peralatan pribadinya, tapi entah kenapa koper itu terasa sangat berat.
Minhee membukakan pintu kamar yang akan di tempati Rasha dan meletakan kopernya disamping ranjang.
Rasha terkagum melihat kamar barunya yang sudah di dekorasi sebagus mungkin. Cat tembok yang berwarna pink pastel juga lampu-lampu lucu terpajang disana. Langit langitnya terpasang cahaya bintang dan bulan. Sangat jauh berbeda dengan kamar Rasha yang tak pernah ia dekorasi.
"Berterimakasih sama Minhee yang udah dekor kamar lo."
"Lo yang dekor semuanya?"
"Jelas dong," Minhee menepuk dadanya, "Nggak semuanya sih, cuma bantuin masang kabel lampu-lampunya doang."
Rasha langsung mendecih.
"Sana keluar."
"Tipnya?" Minhee menjulurkan tangannya seolah-olah meminta sesuatu.
"Ya lo kira hotel apa."
"Tinggal di rumah orang harus nurut sama pemilik rumahnya dong."
Rasha menghela napasnya, "Yaudah gue keluar."
Sebelum Rasha menarik kopernya keluar, Minhee menahannya dengan menyengir.
"Nggak ngerti canda ya, baperan amat."
"Dih siapa yang baperan?"
Minhee hanya menggelengkan kepalanya saja mendengar saudaranya ini yang tidak jujur.
"Oh iya, besok lo langsung ke sekolah, nyokap gue udah daftarin katanya."
"Secepet itu?"
Minhee mengangkat bahunya, "Mana ngerti gue. Kemarin waktu di sekolah aja tiba-tiba nyokap nyusul gue, bilang habis daftarin lo."
Rasha menghela napasnya lagi. Hari minggu ini merupakan hari paling mengesalkan bagi Rasha. Sungguh mengesalkan.
Rasha melihat Minhee yang akan keluar dari kamarnya.
"Seragam lo belum ada, hati-hati aja sama anak komdis sekolah gue," ucap Minhee kemudian tertawa keras layaknya psikopat gila.
Tunggu, Minhee kan memang gila.
A/n:
kira kira ada yang mau baca nggak ya?

KAMU SEDANG MEMBACA
Komdis➖Kim Sihun
Fanfiction"Seragam kamu emang lengkap, tapi perasaan kamu ke aku belum lengkap." ©buttercuppy_