Dekat

180 39 4
                                    

Rasha duduk di bangku taman dekat rumahnya. Semenjak teman-temannya pulang, Rasha memutuskan untuk keluar rumah menguras kejenuhannya. Rasha menghela napas.

Baru kali ini dia bisa merasakan kebebasan di taman yang sedikit gelap. Hanya ada beberapa lampu taman yang menyinari juga pemandang lambu kendaraan yang terkadang berlalu lalang. Rasha jadi ingat bagaimana dia bertemu dengan mantannya dulu, Junho, yang akan selalu menemani sampai rasa jenuhnya hilang.

"Cewek tuh nggak boleh keluar malem malem."

Rasha tersentak kaget saat Sihun yang tiba-tiba berada disebelahnya.

"Kirain setan, kaget beneran."

Sihun tertawa kecil kemudian menyandar di bangku taman melihat langit-langit malam.

"Ngapain disini?"

"Gaapa, bosen aja di rumah."

"Bukannya lo baru keluar tadi?"

Rasha mengangguk, "Keluar sama temen bukan berarti bosennya ilang gitu aja."

Sihun tidak menjawab lagi. Ia memejamkan matanya membuat Rasha mengeluarkan senyumannya.

"Kak Sihun ngapain disini?"

Sihun kemudian membuka matanya dan memandang Rasha yang sedang memamsang raut wajah seakan dia bertanya.

"Cari ketenangan."

Rasha mengangguk paham. Gadis itu kemudian ikut bersandar dan melihat langit yang hitan dengan banyak hiasan bintang juga sebuah bulan bukat sempurna di atas sana.

"Percaya nggak, kalo udah meninggal, kita bakal jadi bintang diatas sana," Rasha menunjuk salah satu bintang.

Sihun masih diam, mendengarkan apa yang dibicarakan gadis disampingnya.

"Aku tau, kak Sihun lagi sedih sekarang. Ya emang sih, kita belum terlalu kenal tapi kalo kak Sihun mau cerita gu- eh aku siap dengerin."

Sihun tertawa mendengar itu. Baru pertama kali ini, Rasha melihat Sihun tertawa. Manis sekali. Melihat lelaki disampingnya ini tertawa membuat perasaan Rasha makin lega.

"Gue mau tau kelanjutan bintang diatas situ."

Rasha memandang ke atas langit lagi,

"Waktu itu nenek aku meninggal. Nenek yang jagain aku selama lima tahun ini, yang selalu banggain aku kalo aku dapet juara, yang selalu bilang 'iya, nanti Rasha bakal jadi kayak gitu,' dan yang kadang semangatin aku kalo lagi down, pergi gitu aja sama senyuman terakhir yang aku lihat,"

"Aku bener bener ngerasa kehilangan. Waktu itu mama aku bilang kalo nenek bakal ngelihat aku diatas sana, lewat salah satu bintang malam yang bersinar mengawasi gerak gerik yang aku lakuin. Semenjak itu, aku jadi Rasha yang sekarang."

Rasha tersenyum, "Kak Sihun yakin nggak ada masalah?"

Sihun tersentak kemudian menghela napasnya, "Nggak, cuma orang tua yang suka mecahin barang dan nggak diberesin gitu aja, kesel nggak sih lo."

Rasha tampak berpikir. Jika itu barang miliknya, Rasha pasti akan marah besar jika sudah dihancurkan, apalagi tidak dibereskan karena memang Rasha adalah orang yang bersih.

"Kesel sih, tapi kak lo beneran gaapa?"

"Lo?"

"Eh, nggak boleh ya?"

Sihun tersenyum lagi, "Santai aja."

"Kak Sihun hebat ya, bisa sembunyiin rasa kesel atau sedihnya lewat senyumannya. Kak, kalo misal sedih ke gue aja. Gue tau kak Sihun tadi mau ngejoke kan? Tapi gue paham kak."

Sihun agak tersentak kaget. Dia pikir, Rasha tidak akan paham apa yang dimaksud oleh Sihun. Baru kali ini Sihun melihat Rasha semenakutkan itu. Bukan dalam artian horor, tetapi tegas.

Rasha juga menatap Sihun dengan tatapan tajam penuh arti. Peduli, akan sekitarnya. Rasha memang orang yang sangat peka.

Sihun mengeluarkan smirknya, "Nggak perlu kok, gue bisa ngatasin sendiri."

"Tapi janji, kalo kak Sihun lagi down atau apapun itu, langsung ke gue, oke?"

Rasha mengadahkan tangannya ke arah Sihun, "Pinjem handphone."

"Buat apa?"

"Ck, siniin dulu."

Sihun memberikan ponselnya yang langsung diambil oleh Rasha. Rasha mengetikkan nomornya kemudian melakukan panggilan. Saat ponsel milik Rasha berdering, Rasha mengembalikkan ponsel milik Sihun.

"Misi selesai."

"Misi apa?"

"Bukan misi sih, biar kalo kak Sihun kesepian bisa chat aja di nomor aku."

Sihun tersenyum lebar kemudian mengusap pucuk kepala Rasha pelan dan berdiri.

"Pulang, udah malem."

Rasha masih diam di tempat, terkejut dengan perlakuan Sihun barusan. Rasanya jantungnya berdegup dengan kencang. Rasha kemudian memegang pucuk kepalanya sambil tersenyum.

"Sha?"

"H-hah?"

Sihun menghela napasnya, "Pulang sendiri atau gue--"

Sihun tidak melanjutkan kata-katanya membuat Rasha menaikkan alisnya bingung.

"Gue apa?"

Sihun diam sejenak, "Ayok, gue anterin aja." kemudian jalan mendahului Rasha.

"Ck, tsundere banget."














A/n:
Apakah kalian exited Boys De Capo bakal debut!!!!

STAN BOYS DE CAPO GAIS!!!!!

Komdis➖Kim SihunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang