8. Zombie Bucin

27 8 13
                                    

“Manusia bumi masih menggunakan sistem penanggalan matahari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Manusia bumi masih menggunakan sistem penanggalan matahari. Namun nama-nama hari telah mengalami perubahan demi perubahan. Koloni-koloni di equator mengenal pembagian hari sebagai berikut: Hari Berkumpul, Hari Belajar, Hari Berburu, Hari Bercinta, Hari Berghibah, Hari Berniaga dan hari Bersantuy.” ~ Catatan Tanpa Nama, Hari Berghibah, Minggu Keempat, Bulan Keduabelas, Tahun 70 Bumi Baru

8. Zombie Bucin

“Woi…! Panjenengan segawon…! Utekke ning silid…!”  jerit Rin, meluapkan kegundahannya. Mengumpat di saat yang tepat memang nikmat dan obat yang ampuh mengatasi stress. Salah satu momen terbaik dan paling sakral untuk mengumpat adalah saat berada di dalam jamban. Umpatan yang baru saja dikeluarkan Rin dipelajarinya dari Katalog Umpatan Dunia Lama karangan Profesor Doktor Ajinomoto.

Kali ini Rin tidak langsung bertengger di rooftop Bossque SkyPark. Rin berhenti di spiral bangunan pertama gedung favoritnya itu, jarak yang cukup jelas untuk menyaksikan kejadian-kejadian yang berlangsung di bawah sana. Ada yang ingin disaksikannya bersama Jin, sebuah ritual unik yang dilakukan zombie-zombie bucin setiap senja tiba.

‘Itupun kalau Jin jadi dateng, Coeg!’ batin Rin, kembali dicekam kegalauan.

‘Jin gak mungkin lupalah, Mamang!’ gumam Rin lagi, membantah sendiri kegalauannya.

Jin pasti sudah mengetahui ini adalah hari yang paling Rin ingin habiskan bersamanya. Hari yang istmewa, karena inilah hari ulang tahun mereka yang ke delapan belas. Rin dan Jin, juga sejumlah anak-anak koloni yang lain lahir di hari yang sama. Hari ini, hari Berniaga, bulan Ketujuh, delapan belas tahun yang lalu. Sejak hari itu mereka telah menjadi saudara setanggal lahir. Mereka bermain, belajar dan bersaing satu sama lain hingga usia kelima belas, yang dianggap sebagai usia kedewasaan oleh Elite Koloni.

Rin tahu jika ide perayaan ultahnya kali ini bukan hanya konyol, tapi juga berbahaya. Tapi Rin memang memiliki ketertarikan tersendiri pada zombie bucin. Banyak hal unik seputar zombie yang satu ini, bukan hanya tentang asal-usulnya serta kemesuman bagian tubuh yang diserangnya, tapi juga dari penampakan dan kebiasaannya.

Mayat hidup non bucin tubuhnya berwarna pucat, kebiruan hingga kehitaman tergantung tingkat kebusukan tubuhnya. Sementara zombie bucin warna tubuhnya berubah berangsur-angsur dari putih pucat hingga pink. Semakin lama dan dalam dia membucin semasa hidupnya, semakin pink juga warna kulitnya saat menjadi zombie. Zombie bucin paling beracun adalah mereka yang semasa hidupnya sangat mencintai seseorang hingga mengabaikan dirinya sendiri. Sejenis rasa cinta yang merasuk hingga ke tulang ekor.

Salah satu karakteristik Bucin, mereka tidak suka menyakiti, tapi sangat kecanduan disakiti serta melakukan segala upaya untuk menyenangkan orang lain yang dicintainya. Rupanya ciri ini juga berpengaruh ketika mereka berubah menjadi mayat hidup. Zombie Bucin tidak suka menggigit, tapi menghisap mangsanya. Mereka secara spesifik menyerang kelamin korban, menghisapnya sampai korban klimaks tak berdaya, seraya mentransfer virus kebucinannya. Oleh karena itu, selain berwarna Pink, Zombi Bucin juga tidak memiliki gigi. Tidak penting taring yang tajam, yang diperlukan zombie bucin hanyalah bibir dan mulut yang lebih dahsyat dari vacum cleaner.

Pink dan tak bergigi, sekilas zombie Bucin Nampak tidak berbahaya. Tapi jangan pernah remehkan liur beracun mereka yang berisi virus-virus kebucinan. Awalnya korban hanya akan merasa sangat kotor dan nista saja. Namun kemudian segera muncul gajala lainnya, korban mulai sering melamun, menatap senja hingga menangis sendiri. Puncaknya korban akan kehilangan kewarasannya, mulai mogok makan dan mati perlahan untuk kemudian bangkit kembali sebagai zombie bucin!

“Baiklah, sepertinya gue akan merayakannya seorang diri, bersama mayat-mayat hidup eks Bucin enih!” cetus hopeless Rin, setelah melihat mayat-mayat hidup berwarna pink itu mulai merangkak dari kegelapan reruntuhan bangunan dan lorong-lorong bawah tanah. Mereka berkumpul di tempat terbuka dengan kepala menengadah, memandangi langit yang mulai berwarna kemerahan.

“Dan sebagai penghormatan gue, wahai para sobat bucin yang pernah mencintai seseorang dengan kerad sampai akhir hayat, dengarkanlah lagu-lagu nostalgia dari leluhur bucin kalian enih…!” Rin mengaktifkan speaker portable yang menjadi salah satu fitur dari survival backpack yang dikenakannya. Survival backpack ini juga berfungsi sebagai power bank. “Mereka mengenalnya sebagi The Godfather of Broken Heart dan atau Lord of kawula Ambyar! Kalian pasti suka, Slurd!” imbuh Rin.

Kemudian mengalunlah tembang-tembang lawas dari Dunia Lama, lagu-lagu yang menyayat jiwa, candu bagi para pemuja cinta…! Rin telah memilih sejumlah lagu karya Lord of Kawula Ambyar yang dinyanyikan dalam bahasa kuno yang Rin tidak mengerti artinya, kecuali dari terjemahannya.

Playslist Lord of Kawula Ambyar yang dipilih Rin tersebut berisikan sepuluh lagu: Cidro, Layang Kangen, Banyu Langit, Suket Teki, Sewu Kuto, Pamer Bojo, Pantai Klayar, Tanjung Mas Ninggal Janji, Dalan Anyar, Tangise Ati…

Sambil menikmati lagu-lagu kuno yang musiknya menyayat-nyayat itu, Rin menyaksikan ritual unik yang terjadi di bawah sana. Zombie-zombie bucin telah memadati jalan-jalan, semua dalam pose yang sama, menengadahkan kepala, dengan mulut menganga, memandangi langit senja. Lalu perlahan warna pink di kulit wajah mereka memudar dan zombie-zombie bucin itu mengeluarkan air mata. Mereka seperti sedang…, menangis! Untuk sesaat mereka nampak seperti manusia normal.

Rin tidak habis pikir bagaimana perasaan cinta kepada orang lain bisa demikian beracun dan mematikan! Bagaimana pun seseorang tidak bisa menggantungkan hidupnya kepada orang lain. Setiap orang harus bertanggung jawab pada hidupnya sendiri.

"Gue juga gak boleh bergantung dengan siapapun, termasuk Jin!' tegas Rin. 'Tapi kan kangen ya, Lord. Huwaaa...!’

Pemandangan unik itu hanya bertahan selama langit senja. Ketika sinar matahari benar-benar surut dan digantikan bulan, kulit mereka kembali berwarna pink dan kabar buruknya, di jam-jam ini mereka menjadi sangat lapar! Rin harus segera menyelamatkan bokongnya dari tempat itu!

“Beklah, cukup ya, gaes. Tahun depan kalau masih jodoh, gue bakal puterin lo pada lagu-lagu bucin dari Om Meggy Z, Lord of Toothace Better Than Heartache! ” seru Rin, kemudian bergegas naik ke tempat aman favoritnya. Rooftop Bossque SkyPark.

Rin mencoba menghibur dirinya sendiri. Dia menyalakan lilin-lilin virtual, menyiapkan botol-botol wine dan memanggang daging—Rin menyiapkan porsi lebih, berharap Jin masih akan datang. Kemudian Rin memutar lagu ulang tahun. Lagu-lagu yang didengarkan orang-orang koloni terdiri dari koleksi lagu-lagu dari dunia lama dan lagu-lagu elektronik hasil kecanggihan AI yang hanya berupa musik instrumental.

“Selamat ulang tahun buat gue dan Jin, serta setiap anak yang lahir di hari Berniaga, bulan Ketujuh…! Semoga bumi tetap lestari dan kita bisa hidup seribu tahun lagi…! Amin, ya Lord…!” seru Rin, lalu meniup lilin-lilin yang sudah diprogram untuk mati jika kita melakukan gerakan meniup itu.

Dua jam berlalu. Dua bongkah daging panggang dan sebotol wine sudah Rin tandaskan. Rin sudah tidak tahan lagi, dia harus segera mencari tahu kabar terbaru Jin.

“Kalian harus bantu gue menemukan Jin, Slurr. At least gue ingin memastikan dia baik-baik aja. Alex, elo kembali ke Pasar Koloni! Periksa apakah Jin masih di sana karena kekenyangan makan Cilokz. Bruno, periksa ke gedung tempat kelompok Jin, ikuti juga Dia yang Tak Pernah terkenyut, gue khawatir dia punya dendam personal sama Jin. Dan elo Burhan, periksa di Istana Lidah Api, ikuti Dia yang Tak Ternoda!” Rin memerintahkan anak-anak angin yang menjadi sekutunya.

Selama ini Rin sering dianggap kurang waras karena terlihat mengobrol sendiri.

“Titin! Elo sih di sini aja temenin gue! Kenapa? Karena elo paling tengil dan gaje! Terakhir lo gue suruh cari informasi tentang jamur siluman, elo malah mampir dan pacaran sama angin tetangga sebelah! Ganjen bat! Entar kalo lo sampai bunting dan ngelahirin selusin anak-anak angin gue juga yang repot, kan? Hih!” (*)

VALTERRA (Open PO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang