15. Sejarah Valterra

50 9 4
                                    


“Tidak ada hal yang perlu ditakuti dalam hidup, yang ada hanyalah hal yang harus dimengerti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


“Tidak ada hal yang perlu ditakuti dalam hidup, yang ada hanyalah hal yang harus dimengerti. Kini waktunya untuk mengerti lebih banyak agar ketakutan kita berkurang.” ~ Marie Curie, Catatan dari Dunia Lama

15. Sejarah Valterra

"Rin, Beb, bangun, woi, kimak, zheyeng...!" Jin bolak-balik berusaha membangunkan Rin.

"Minggir, anak muda. Gue tau caranya. Rin sangat suka dijilat-jilat kupingnya sama Oyen." Ketua Zak mendekat, memghampiri tubuh Rin. Secara gradual tubuhnya mulai berubah menjadi seekor kucing.

"Aaaaakkkk...! Gak mau...! Minggir lo, kocheng jadi-jadian! Kocheng cabul tukang nyuri celana dalam orang! Asuw!" jerit histeris Rin, saar merasakan sebuah jilatan yang sangat familiar.

"Itu kocheng, bukan asuw, Kaka Rin!" celetuk Lun.

"Hauw ken yu du det?" Rin mengabaikan Lun. Matanya fokus tertuju tajam pada Oyen yang kini mulai berubah kembali menjadi Ketua Zak.

"Rin, I can explain, darling."

"Bacodh! Gue gak perlu lagi yang namanya penjelasan taik kocheng dari lo, Ketua! Lo udah nipu gue mentah-mentah, baik sebagai kocheng cabul juga sebagai Ketua Zak yang selama ini gue hormati dan paling gue percaya!" amuk Rin, kemudian sekonyong-konyong angin di skeliling mereka berhembus kuat. Dari kejauhan di luar batas kota nampak sebuah tornado terbentuk.

"Rin zheyeng, semuanya itu bukan sesuatu yang gue sengaja. Gue udah bilang ke elo tadi pagi, kalau gue udah pernah lihat langsung siapa sebenarnya Dia yang Tak Ternoda." Ketua Zak berusaha memberikan penjelasan.

"And then? Gue menyimak!" Rin tetap memasang wajah tidak santuy.

"Menurut lo gimana gue bisa melakukan hal itu dan masih tetap hidup? Sementara Dia yang Tak Ternoda bahkan mampu memindai isi celana dalam kita, hah?" Ketua Zak membalikkan persoalan kepada Rin.

"Elo melakukan penyamaran?” terka Rin.

"Yoah."

"Sebagai kocheng cabul?" cibir Rin.

"Well, lo terlalu berlebihan. Gue sebagai Oyen tydack seburuk yang lo pikirkan, zheyeng," sanggah Ketua Zak.

"Berlebihan kata lo, Ketua? Oyen itu kocheng yang hobinya nyuri celana dalem! Apa itu masih kurang cabul, menurut lo?"

"Well, soal pencurian celana dalem, awalnya itu cuma improvisasi. Ehe." Ketua Zak mulai menyakar-nyakar lantai dengan kaki kucingnya, pertanda salah tingkah.

"Tapi? Apa? Kemudian ena?" cecar Rin.

"No, lo denger dulu, Zheyeng. Improvisasi gue nyuri celdam itu ternyata sangat berguna untuk membaui setiap orang di Koloni. Terutama orang-orang yang perlu gue waspadai. Indera penciuman gue meningkat luar biasa saat menjadi kocheng!" papar Ketua Zak.

"Okah, bagian itu make sense, bisa gue terima. Terus ngapain lo, pake acara jilat-jilat gue? Mana abis jilatin bijik lo lagi! Jijique vangsat!" amuk Rin.

"Rin, come on, itu sudah refleks dan naluri seekor kocheng! Kalo lo peluk-peluk kocheng, cuma ada dua kemungkinan, elo dicakar atau dijilat! Begitupun soal ritual menjilat bijik. Gue gak bisa mengekang insting kekochengan gue entuh! Semua kocheng jantan sangat hobi menjilati bijinya sendiri. Sensasinya itu lho, sungguh emejing! Uh oh!" Ketua Zak malah terbawa suasana dan menjelaskan pengalamannya sebagai kucing dengan sangat ekspresif.

"Jijique bat, anjiir…!"

Rin sebenarnya bisa menerima alasan yang diberikan Ketua Zak, meski semuanya tidak akan pernah sama lagi. Dia telah merasa kehilangan keduanya sekaligus. Oyen dan Ketua Zak yang selama ini paling dia percayai untuk mencurahkan isi hatinya.

"Okeh, sudah eaaa, Kaka-Kaka. Case Kaka Rin yang telah dinodai oleh seekor kocheng oyen kita anggap selesai! Sekarang mari kita beralih ke hal yang lebih penting dan yang menjadi tujuan kita semua berkumpul di sini. Kita akan mendengarkan kesaksian dan pengetahuan Daddy Zak tentang Valterra. Waktu dan tempat akoh persilakan, Daddy!" ujar Lun.

"Ceritakanlah, Ketua. Siapa sebenarnya kita? Valterra." Jin angkat bicara.

"Valterra bukanlah fenomena atau species baru, kengkawans ." Ketua Zak berjalan menuju sisi gedung, menyaksikan awan pekat di langit yang mulai memerah. Di bawah sana zombie-zombie bucin mulai merayap keluar dari sarangnya. Jin dan Lun segera mengikuti langkahnya. Sementara Rin menyusul jauh di belakang, masih menjaga jarak dari Ketua Zak.

"Valterra..., sudah ada sejak dulu sekali. Jauh sebelum kita mengenal zombie-zombie bucin ini." Ketua Zak mencomot kuaci dari kantong depan baju survivalnya. Kantong itu bisa kedap udara, bahkan bisa diatur temperaturnya.

Senja, kuaci dan nobar zombie bucin. Sungguh hidup yang santuy sekali, di tengah kondisi bumi yang sekarat.

"Bahkan jauh sebelum dunia yang kita kenal sebagai Dunia Lama," imbuh Ketua Zak.

"Maksud lo bijimana, Ketua?" Jin mengernyitkan dahi dan menelengkan kepala.

"Ada dunia yang lebih tua. Dunia yang telah menjadi legenda. Orang-orang menyebutnya sebagai era paganisme dan dewa-dewi. Di masa ini, nenek moyang Valterra pernah dipuja-puji sebagai pahlawan, bahkan disembah bagai dewa karena kekuatan yang dimilikinya!" tutur Ketua Zak.

"Maksud lo, dewa-dewa yang kita kenal dalam mitologi selama ini, mereka mungkin adalah Valterra? Thor? Odin? Osiris? Amon Ra? Krishna?" tebak Jin.

"Betul. Juga Zeus, Hercules, Xena, Poseidon, Samson, Conan the Barbarinan, Werewolf, Highlander, Skywalker, Hulk,  Via Vallen, Didi Kempot, Meggy Z, Mas Slamet, mereka sebenarnya adalah Valterra!"

Rin sampai tersedak ketika tiga nama Lord of The Broken Heart disebut.

"Empat nama terakhir adalah Valterra dengan kekuatan manajemen emosi dan kreasi. Valterra jenis ini mampu mengubah emosi negatif seperti marah, cemburu dan patah hati menjadi energi kreatif. Mereka umumnya berprofesi sebagai seniman dan komedian."  Ketua Zak menjawab lunas keheranan Rin.

"Patah hati bukan cuma bisa ditangisi, tapi juga dijogeti, Slurd." Rin menggumamkan sebaris semboyan milik Lord Didi.

"How about Mas Slamet? Kok gue baru denger, ya? Perasaan gue gak pernah bolos pelajaran Sejarah Dunia Lama." Jin berpikir kerad.

"Oh, lupakan. Mas Slamet itu seorang pakar meme dan shit post dari Dunia Lama. Dia memang kurang terkenal, bahkan dibanding penjual cireng dan mie ayam di zamannya." Ketua Zak menjawab sekenanya.

"Mas itu singkatan Master, kan, Daddy Zak? Master Slamet yang malang. Pasti dia sangat no life. Akoh rasanya ingin sekali mengabdikan diri enih untuk Mas Slamet. Uwu!" Lun mendadak mellow.

"Okeh…, bisa gue lanjutin? Atau ada pertanyaan lain?" tawar Ketua Zak, mengabaikan fantasi liar dan kasi caper Lun.

"Sebentar, lo tadi sebut werewolf juga Valterra?" Rin mulai tertarik dengan kisah yang dituturkan Ketua Zak.

"Betul, zheyengku. Werewolf sama seperti gue, Valterra dengan kekuatan spirit animal. Namun Valterra sendiri memiliki beragam tingkatan kekuatan. Valterra animal di level rendah hanya mampu menjinakkan hewan. Mereka bekerja sebagai pawang-pawang hewan di sirkus, kebun binatang dan pusat konservasi fauna. Sementara werewolf adalah jenis valterra yang tak mampu mengontrol kekuatan dirinya, sehingga dia bisa berubah wujud tak terkendali menjadi Serigala pada kondisi tertentu. Ya, hanya spirit animal Serigala ini yang benar-benar mereka kuasai, atau lebih tepatnya Serigala itu yang menguasai mereka.”

"I see. Sementara lo bahkan bisa berubah wujud menjadi hewan yang lo inginkan?" lanjut Rin. Ketua Zak menjawabnya hanya dengan anggukan.

"Lalu apa yang menyebabkan kita sekarang seolah menjadi species baru yang paling diburu?" Jin mencoba memahaminya.

"Sejak dulu, kita sudah diburu. Kepercayaan baru lahir, menggusur kepercayaan-kepercayaan lama. Orang-orang dari kepercayaan baru ini kemudiam memfitnah leluhur Valterra kita sebagai penyihir, pengikut setan, monster! Mereka memburu nenek moyang kita, menyiksa, menggantung, memancung bahkan membakar hidup-hidup setiap orang yang dituduh memiliki kekuatan yang mereka takuti!"

Rin bergidik membayangkannya. Ternyata Dunia Lama pun tak melulu berisi kehidupan surgawi. Ada noda-noda kelam dalam jalinan sejarahnya.

"Lambat laun perburuan brutal itu membuat gen valterra menghilang. Tapi gen itu tidak benar-benar musnah. Mereka hanya bersembunyi, dalam kondisi dormant, tertidur dan diwariskan di tubuh orang-orang tertentu."

Rin, Jin dan Lun nampak manggut-manggut, dengan sebab yang berbeda. Rin dan Jin mengangguk karena merasa baru mengetahui sesuatu. Sementara Lun entah karena rasa solidaritas atau sedang gabut saja, ikutan mengangguk.

"Kalian tentu tau, bencana kolosal yang terjadi seratus tahun lalu?"

"Tentu saja, Ketua. Kami memelajarinya di sekolah dan mendapatkan informasi tambahan dari para ketua yang gemar mendongeng tentang Dunia Lama," jawab Jin.

"Nah, rupanya kondisi bumi yang kritis itu telah mengaktifkan kembali gen valterra yang lama tertidur. Peluang kekuatan Valterra aktif kembali lebih besar pada anak yang kedua ortunya adalah pewaris gen Valterra."

"Hmm, jadi ortu biologis kami, setidaknya salah seorang di antaranya, adalah pewaris gen Valterra?" tanggap Rin.

"Ya, sangat mungkin seperti itu, zheyengku. Gue adalah generasi pertama Valterra di dunia kita. Kalian generasi yang lebih muda. Kami sengaja tidak memberitahukan identitas kami ataupun membicarakan tentang kekuatan kalian demi keselamatan kita bersama."

"Gue paham, karena banyak orang yang mengincar kita!" Jin menyimpulkannya sendiri.

"Sejumlah Valterra muda yang punya sifat gegabah dan tukang pamer di luar sana bernasib naas menjadi incaran ilmuwan transhumanist yang berada di bawah naungan Optimus Corp!" ungkap Ketua Zak.

"Well, maafkan gue yang gak bisa bersimpati sama rangorang belagu dan tolol sekaligus kayak mereka, para valterra muda itu." Rin ikutan mengambil kuaci dari kantongnya. Favorit Rin adalah kuaci rasa kopi.

"Jahat sekali orang-orang di Optimus Corp ini!" komentar Jin.

"No. Mereka tidak jahat, setidaknya itu yang mereka katakan dan imani. Mereka merasa sedang melakukan tugas suci, mengorbankan kami dan species lainnya untuk tujuan yang lebih besar. Mereka bercita-cita menciptakan species manusia super yang bisa hidup abadi. Manusia jenis ini hanya bisa mati dengan pembunuhan. Mereka tidak akan mati karena proses penuaan."

Jin merasa ngeri membayangkan nasib dirinya dan setiap anak yang terlahir membawa gen Valterra.

"Oke, sekarang gue paham siapa kita dan situsi yang tengah kita hadapi. So, apa yang akan kita lakukan selanjutnya, Slurr?" follow up Rin.

"Hanya ada satu pilihan." Jin bereaksi.

"What?"

"Lawan!"

"Kita punya pilihan kedua kok, Kaka. Kita bisa melarikin diri…!" Lun memberikan alternatif.

"Ketua Zak, bagaimana dengan pendapat lo?" Rin menatap tajam lawan bicaranya.

"Well, pilihan yang Lun berikan nampak lebih masuk akal buat gue. Bagaimana pun kekuatan kita belum cukup untuk melakukan perlawanan. Elite Santuy City didukung oleh sekutu mereka, Optimus Corp dan Klan Penghisap Selatan." (*)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 08, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

VALTERRA (Open PO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang