“Saya tidak berencana untuk mati.” ~
Catatan Sergey Brinn, September 2013, Penanggalan Dunia Lama
9. Info Penting
"Kekuatan utama Penghisap emang senyum dan tatapan matanya yang menghipnotis, yekan. Pantas aja gue mudah benget terbayang-bayang sama Ed, padahal cuma sekali doang gue ketemu dia, Njirr. Dan kayaknya sampai kebawa mimpi juga deh. Huwaa…! Sungguh segawon sekali perasaan gue enih!" jerit Rin, kemudian menutupi wajahnya dan menggigit bibirnya.
Untuk membuktikan kecurigaannya Rin meraba sleepingsuit yang masih dia kenakan, lalu memutar rekaman tidurnya semalam.
'Lord Ed..., senpai, dame! Yamete kudasai..., ohh...!'
"Okah, cukup!" Wajah Rin bersemu saat dia buru-buru mematikan rekamannya. Dia akan menghapus rekaman itu nanti. Sekarang Rin bahkan terlalu malu untuk mendengarkan rekaman selengkapnya. Semalam dia telah memimpikan adegan dewasa dengan Lord Ed!
Rin sangat jarang bangun pagi, terutama setelah dia tak lagi harus mengikuti pendidikan koloni. Tapi semalam Rin tak bisa tidur dengan nyenyak dan kali ini dia terbangun pagi sekali dalam kondisi tubuh demam. Rin mematikan aliran energi pelindung sleepingsuit. Udara dingin langsung menyelimuti tubuh Rin, berusaha meredakan suhu tubuhnya.
Gadis preman itu kemudian melangkah malas ke sisi gedung setelah memasang nano masker. Dihirupnya udara sejuk pagi. Nano masker memastikan udara yang dihirup benar-benar aman. Kondisi tubuh Rin yang melemah karena demam tinggi membuatnya harus lebih hati-hati, pada udara sekalipun. Anak-anak angin memang selalu bersikap manis pada Rin, tapi mereka pun tidak berdaya jika ada zat-zat berbahaya yang menjadi penumpang gelap.
Rin berkonsentrasi membuat partikel-partikel tubuhnya seringan angin. Perlahan tubuhnya terangkat semakin tinggi di udara. Kabut masih menutupi jarak pandang Rin. Tapi sejumlah gedung-gedung yang cukup tinggi masih dapat terlihat dari kejauhan. Salah satunya gedung yang disebut Istana Lidah Api, markas Dia yang Tak Ternoda. Bangunan itu terdiri dari lima buah menara berbentuk lidah api yang menjilat-jilat angkasa. Kelima menara api itu terhubung oleh koridor lengan-lengan bangunan. Sekilas Istana Lidah Api nampak seperti empat orang sedang bergandengan tangan mengelilingi satu orang lain di tengahnya. Istana Lidah Api nampak mencolok dibanding gedung-gedung di sekitarnya. Gedung itu berwarna emas. Meski sebagian sisi-sisi gedungnya ada yang rusak dan menjadi habitat tumbuhan liar, gedung itu tetap yang paling gagah, megah dan berkilauan.
Entah mengapa Istana Lidah api itu malah mengingatkan Rin kembali pada sosok pemuda pucat bernama Ed.
"Pemuda itu sangat tamvan kan, Titin?" Rin tersenyum pada anak angin genit yang menemaninya. Rin menggigit bibirnya. Selain makanan enak, lelaki tampan adalah kelemahan alaminya. Jangan salah, Rin tidak mudah jatuh cinta. Ini bukan soal cinta. Ini soal rasa tergugah saat melihat sesuatu yang sangat, you know, yummy.
Terkadang Rin merasa aneh dan geli sendiri, kenapa dia begitu mudah mengingat nama dan rupa cowok tampan? Tanpa perlu diingat, bahkan saat ingin dilupakan, wajah si tampan tetap menari-nari di benaknya. Sangat berbeda dengan cowok tidak tamvan, Rin sangat sulit mengingat nama mereka, meski sudah bertemu dan diulang puluhan kali. Entah berapa cowok yang sudah menjadi korban Rin tanpa disadarinya.
Sekarang Rin jadi berpikir, apakah kedekatan dan persahabatannya dengan Jin karena dia itu baik, kecocokan sifatnya atau karena ketampanannya yang tumpah-tumpah mengalir hingga ke samudera itu?
"Ingat baik-baik, jika nanti kalian bertemu dengan seseorang, baik dia lelaki, perempuan, orang tua atau anak-anak sekalipun, yang memiliki tampang pucat tapi memiliki senyum yang sangat memikat, juga kulit yang sedingin mayat, maka besar kemungkinan kalian tengah berhadapan dengan Penghisap! Waspadalah, jangan lengah dan tergoda! Hidupmu separuhnya sudah berada dalam genggamannya!" seru Cikgu di sekolah koloni. Rin mencoba mengingat kembali ciri-ciri Penghisap yang dia peroleh dari sekolahnya. Mereka memberikan pengetahuan dasar tentang mayat hidup, zombie bucin, chimera dan penghisap di mata pelajaran biologi dan antropologi.
Rin bertekad harus lebih waspada lagi saat berjumpa kembali dengan Ed. Species Penghisap terkenal sangat manis dan mudah mengambil hati korbannya. Bahkan korban tidak akan sadar ketika gigi-gigi taring Penghisap sudah bersarang di leher dan mengenyot korbannya sampai kenyang, seperti seekor nyamuk atau lintah. Korban baru sadar ketika tubuhnya terasa sangat lemah dan nyaris kehilangan kesadaran karena kehabisan darah.
“Dalam dongeng-dongeng kuno Penghisap dinamai sebagai Vampir dan Dracula. Mereka sangat menyukai darah, itu jelas. Tapi soal kejahatan-kejahatan mengerikan yang mereka lakukan, orang-orang terpecah ke dalam kelompok yang membela dan kelompok yang memusuhinya,” tutur Cikgu. “Bukti-bukti kejahatan mereka memang ada. Mayat-mayat yang kaku karena gigitan dan kehabisan darah, jelas merupakan korban Penghisap. Tapi tuduhan bahwa mereka juga secara aktif mengubah manusia menjadi Penghisap masih sulit dibuktikan, karena menurut klaim kaum mereka, Penghisap adalah karakter genetik yang tidak bisa ditularkan, hanya bisa diwariskan!”
Rin lantas membaca buku-buku cerita dari Dunia Lama tentang kisah persahabatan bahkan percintaan antara hooman dengan penghisap. Buat Rin itu sangat aneh! Bagaimana mungkin seseorang bisa mencintai makanannya sendiri, sehingga dia menolak untuk mengonsumsinya? Seorang penghisap yang jatuh cinta pada manusia itu sama saja seperti seorang manusia yang jatuh cinta pada segelas susu dan sepotong daging panggang di meja makan, bukan?
"'Tidak, cintaqu. Akoh tydack akan meminum dan memakan kamoh. I love you forever...! Emmuaach ayam gorengku nan krispi...!' See? Itu sangat menjijikkan, ya Lord!" Rin menciptakan dialog imajiner di kepalanya antara sesekor penghisap dan sarapan paginya.
"Lebih masuk akal kalau gue jatuh cinta sama Cyborg gaje kayak Lun, yekan. Setidaknya gue gak harus mimpi buruk tiap malam, membayangkan kemungkinan suatu saat kekasih lo sendiri akan menghisap darah lo sampai mati lemas! Seriously, seekor penghisap bahkan jauh lebih mengerikan dari chimera!" Rin bergidik membayangkan gigi-gigi Ed menancap di lehernya saat mereka sedang mencapai orgasme. Kemudian esok hari orang-orang akan menemukannya mati dalam keadaan tanpa busana!
Rin memejamkan mata seraya menggelengkan kepalanya, mencoba menghalau fantasi-fantasi liarnya. Sekarang bukan khayalan gilanya itu yang penting. Rin harus mencari tahu apa maksud Dia yang Tidak Ternoda mengundang seorang penghisap ke Istana Lidah Api. Spekulasi, persekutuan dan persekongkolan macam apa yang bisa terjalin antara Elite Koloni dan seorang Lord Penghisap?
Semilir angin yang terasa hangat tiba-tiba menggelitik leher dan telinga Rin, berbeda dengan udara dingin di sekitarnya.
"Apa yang bisa elo ceritakan ke gue, Bruno?" ujar Rin pada Bruno, Anak Angin yang semalam ditugasinya memantau Istana Lidah Api dan membuntuti Dia yang Tak Ternoda. Rin memfokuskan pikirannya, menangkap setiap informasi yang dihembuskan Bruno.
Rin bergidik ngeri usai menangkap semua kesaksian Bruno. Informasi itu ada hubungannya dengan Dia yang Tak Ternoda, Elite Koloni, anak-anak koloni, lab-lab eksperimen di wilayah Barat koloni, Penghisap dan Optimus Corp!
"Rin…! Gue punya informasi penting!" seru seseorang di bawah sana. Suara yang sangat familiar. Bau tubuh yang sangat digemarinya.
Jin masih dengan napas terengah-engah mendongak ke atas, menyaksikan seorang cewek melayang tinggi di udara. Jin hanya mengenal satu orang cewek di dunia ini yang bisa melakukan hal sinting seperti itu. Rin, “Si kucing betina penunggang angin!” demikian julukan yang disematkan Jin pada perempuan boyish itu.
Bossque SkyPark memiliki ketinggian lima ratus meter, bukan perkara mudah untuk sampai ke rooftopnya. Jin dan Rin biasa menggunakan kekuatannya untuk bisa sampai di puncak. Lift di gedung ini memang mati tanpa adanya sumber listrik. Tapi Jin mampu membuat logam-logam penyusun lift itu untuk bergerak mengantarnya sampai ke atas. Sementara Rin memiliki kemampuan membuat partikel tubuhnya seringan angin, mengendurkan cengkraman gravitasi, sehingga dia mampu bergerak dengan sangat gesit.
"Gue juga punya informasi yang kayaknya jauh lebih penting, boedjang!" ucap Rin tanpa menoleh. Matanya nanar menatap miniatur lidah api keemasan nun jauh di sana. (*)
KAMU SEDANG MEMBACA
VALTERRA (Open PO)
FantasyKengkawans, barusan gue dapat kabar dari pihak penerbit Elfa Mediatama bahwa novel Valterra sudah bisa dipesan. 😘 Valterra akan jadi novel gue yang kesebelas tapi sekaligus novel pertama setelah sepuluh tahun gue gak menghasilkan karya. Novel gue s...