Amanda mendirikan tubuhnya setelah melihat Farel bersama dengan teman-temannya itu berjalan ke arah bangku kantin. Dengan membawa kotak bekal makanannya, Amanda berjalan ke arah temannya itu, membuat Farel yang menyadari kehadirannya itu seketika menghentikan langkahnya.
"Ada apa lagi?" tanyanya tanpa minat seperti biasanya, membuat Amanda yang bisa merasakan ketidaksukaannya terhadap dirinya itu seolah mampu menghancurkan hatinya dengan sangat mudah.
"Aku cuma ingin memberikan makanan ini. Dari tadi pagi kamu belum sarapan kan?" Amanda menjulurkan kotak bekal makanan itu ke arah Farel yang kian terlihat tidak suka dengan apa yang Amanda lakukan.
"Memangnya saat ini aku ke kantin untuk apa, kalau bukan untuk makan? Jadi stop membuang-buang waktumu hanya karena ini!" Farel berujar sebal namun Amanda justru tertunduk gelisah di tempatnya.
"Aku tahu, tapi kamu kan tidak bisa memakan makanan kantin terlalu sering." Amanda menjawab lirih tanpa mau menatap ke arah Farel yang terdiam seolah cukup muak kala melihatnya.
"Kata siapa? Aku bisa kok. Jadi stop melakukan hal yang terus-terusan membuatku muak? Apa yang kamu lakukan itu justru membuatku semakin tidak menyukaimu." Farel meninggikan suaranya, membuat semua orang yang berada di sana menjadikannya pusat perhatian termasuk Cio dan Alex yang tempatnya tidak jauh dari keberadaan mereka.
"Maaf, aku hanya mengkhawatirkanmu." Amanda menjawab dengan nada yang sama dan itu membuat Farel kian muak terlihat dari bibirnya yang berdecap tak percaya mendengar jawabannya.
"Farel," panggil seorang wanita yang tempatnya tidak jauh dari keberadaan mereka. Seorang wanita cantik dengan penampilan seksinya yang menawan.
"Vanessa ...." Farel bergumam tak percaya kala melihat Vanessa berada di tempat yang sama dengannya. Setahunya, Vanessa sangat menjaga kebersihan, bagi wanita itu kantin bukanlah tempat yang cocok untuknya makan. Tapi sekarang, Farel justru melihatnya di sana, membuatnya ketahuan sedang bersama dengan Amanda, sesuatu yang sangat Vanessa benci.
"Aku pikir, kamu memang mencintaiku, aku bahkan ingin menerimamu. Tapi ternyata aku salah, kamu masih menanggapi gadis itu." Vanessa berujar angkuh dengan sesekali tersenyum meremehkan bersama dengan kedua temannya di belakangnya.
"Vanessa, ini tidak seperti yang kamu lihat." Farel melangkahkan kakinya ke arah Vanessa, mencoba menjelaskan semua yang terjadi, membuat hati Amanda terasa nyeri karena tidak diacuhkan oleh lelaki itu. Apalagi kotak bekal makanannya yang masih berada di tangannya, belum lelaki itu terima.
"Sudahlah, aku muak melihat lelaki sepertimu." Vanessa menjawab sinis lalu berjalan pergi ke arah luar kantin tanpa memperdulikan bagaimana Farel tidak bisa menerima ucapannya.
"Vanessa," panggilnya gelisah, merasa tidak percaya bila wanita yang disukainya itu bersikap seperti itu. Sampai saat tatapannya teralih ke arah Amanda, di mana gadis itu tertunduk dan entah apa yang sedang dipikirkannya saat ini, namun yang pasti semua terjadi karena ulahnya.
"LIHAT! APA YANG SUDAH KAMU LAKUKAN?!" sentak Farel geram sembari membuang kotak makanan Amanda dengan sangat kasar, hingga isinya tumpah beruraian di lantai kantin. Sedangkan Amanda hanya terdiam dan meringkuk takut, matanya terasa panas, menahan genangan air mata di pelupuknya.
"Aku tidak akan memaafkanmu kalau sampai Vanessa membenciku." Farel kembali melanjutkan ucapannya lalu berlari ke arah Vanessa yang sudah berjalan menjauh.
Di sisi lainnya, Cio terdiam melihat semua itu, berbeda dengan Alex yang terlihat geram melihat Amanda diperlakukan buruk oleh temannya sendiri. Tangannya mengepal marah, merasa tidak terima dengan perbuatan temannya yang sudah cukup keterlaluan sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alencio (END)
RomanceBagi Amanda, Farel adalah sahabat sekaligus cinta pertamanya. Meskipun lelaki itu tidak pernah menganggapnya lebih dari seorang teman, namun Amanda tidak pernah memiliki rasa lelah terlebih lagi menyerah. Ia akan selalu berusaha membuat Farel meliha...