Di halaman kampus, Amanda berjalan lesu dengan sesekali tertunduk menatap kotak bekal makanannya. Itu karena hari ini, Cio tidak masuk lagi, padahal sudah tiga hari lelaki itu tidak berangkat bersamanya karena alasan sakit. Membuat Amanda yang memikirkannya, merasa khawatir sekaligus sedih karena tidak ada lelaki semacam Cio di hari-harinya lagi saat ini.
Mungkin benar dan Amanda juga tidak memungkiri bila hatinya merindukan sosok Cio. Lelaki itu selalu berhasil membuatnya tertawa, meski terkadang sikap menyebalkannya cukup keterlaluan. Namun semua itu tak membuat Amanda bisa membencinya terlebih lagi menghindarinya.
"Apa Cio masih sakit ya?" Amanda bergumam lirih. Bibirnya merapat, menahan rasa khawatir yang tengah menyelimuti perasaannya saat ini.
"Kalau iya, apa aku harus ke sana lagi ya?" Amanda menggelengkan kepalanya, merasa tidak yakin dengan idenya kali ini. Sampai saat otaknya berpikir untuk menemui Alex, untuk menanyakan kondisi Cio pada lelaki itu. Sebagai sahabat dekat, mungkin Alex bisa memberitahunya kondisi Cio saat ini.
"Aku harus menemui Alex," tekadnya yakin sembari kembali berjalan ke arah kelasnya.
"Amanda," panggil seseorang yang sepertinya cukup Amanda kenali suaranya. Meski tak yakin, Amanda langsung menoleh ke asal suara, di mana saat ini ada Cio yang tengah tersenyum ke arahnya, persis seperti dugaannya.
"Cio, kamu sudah sembuh?" tanyanya tak percaya, namun lelaki itu justru masih mempertahankan cengirannya sembari terus berjalan ke arah Amanda yang menunggu jawabannya.
"Aku punya sesuatu buat kamu." Cio berujar penuh arti sembari menyembunyikan sesuatu di balik punggungnya.
"Apa?" Amanda menatap ragu ke arah Cio dengan sesekali mengintip barang apa yang sebenarnya sedang Cio sembunyikan.
"Ini." Cio menunjukkan barang itu, yang ternyata sebuah boneka Doraemon berukuran satu meter.
"Untuk aku?" Amanda bertanya ragu sembari menunjuk wajahnya yang tersenyum samar.
"Iya. Dan kamu harus mau menerimanya." Cio memberikan boneka itu yang langsung diterima baik oleh Amanda.
"Dalam rangka apa?" Amanda bertanya malu sembari menutupi senyumannya di balik boneka yang direngkuhnya tersebut.
"Tidak ada. Aku memberikan ini karena kamu sudah baik padaku, kamu memberiku sarapan setiap pagi. Saat aku sakit, kamu juga merawat ku dan membersihkan rumahku. Aku sangat berterima kasih akan semua itu." Cio menjawab mantab sembari tersenyum manis ke arah Amanda yang salah tingkah.
"Oh karena itu? Tapi kenapa kamu memberiku boneka Doraemon?" Amanda membalikkan tubuhnya lalu berjalan kembali ke arah kelasnya. Di belakangnya, Cio langsung berjalan mengikuti langkahnya.
"Memangnya kenapa? Kamu tidak suka ya?"
"Suka kok. Kali saja, kamu memiliki alasan lain kenapa kamu memberiku boneka ini."
"Tidak ada alasan yang istimewa sih. Cuma waktu aku kecil, aku pernah berharap bisa seperti Nobita." Amanda menghentikan langkahnya, menatap heran ke arah Cio setelah ucapannya yang terdengar aneh.
"Kenapa?"
"Karena Nobita punya Doraemon yang selalu bisa mewujudkan keinginannya. Andai aku bisa seperti Nobita, pasti keluargaku harmonis berkat alat-alat ajaib milik Doraemon."
Entah kenapa, mendengar itu, Amanda justru merasa sesak dan perih di hatinya. Keinginan Cio akan hal-hal sederhana, membuatnya merasa bila kehidupannya selama ini cukup beruntung. Meskipun Amanda sadar bila dirinya bukan dari keluarga kaya, tapi setidaknya ia memiliki orang tua lengkap yang selalu menyayanginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alencio (END)
RomanceBagi Amanda, Farel adalah sahabat sekaligus cinta pertamanya. Meskipun lelaki itu tidak pernah menganggapnya lebih dari seorang teman, namun Amanda tidak pernah memiliki rasa lelah terlebih lagi menyerah. Ia akan selalu berusaha membuat Farel meliha...