Part 19

574 63 3
                                    

Di halaman kampus, Amanda berjalan seperti biasa setelah turun dari bis yang membawanya. Hari ini, entah kenapa Farel tidak menjemputnya lagi seperti biasa. Sebenarnya Amanda juga tidak terlalu perduli, karena Amanda sendiri lebih nyaman berangkat dengan bis. Setidaknya ia bisa mengenang masa-masa di mana ia dan Cio bertemu untuk pertama kalinya, yang selalu berhasil membuat Amanda tertawa bila mengingatnya. Kenangan-kenangan seperti itu seolah mampu menjadi obat untuk rindu yang hampir menyiksa Amanda setiap hari.

Rindu akan sosok Cio. Sosok yang selalu bisa dilihatnya, namun tidak bisa disapanya. Sangking dinginnya tatapan lelaki itu, membuat Amanda ragu untuk bertanya kabar terlebih lagi bertanya tentang kenapa dia bersikap seperti itu.

Entahlah. Amanda hanya merasa bila perasaannya belum bisa menerima semua sikap Cio. Hatinya sudah cukup nyaman berada di dekat lelaki itu, tapi sekarang lelaki itu justru ingin menghilang, seolah akan membawanya ke sebuah titik perpisahan. Amanda merasa tidak rela, ada rasa di mana ia takut kehilangan dan rasa sesak yang kian mendalam.

Amanda tidak mengerti dan paham tentang apa yang sebenarnya sedang terjadi pada hatinya. Bila rasa itu adalah rasa cinta, tapi kenapa rasanya begitu kuat dari rasa saat Amanda masih menyukai Farel. Apa selama ini Amanda tidak pernah mencintai Farel? Amanda pikir, rasa itu hanya sebatas mengangumi tanpa mencintai. Karena hatinya benar-benar sudah terpusat pada Cio, lelaki konyol yang selalu membuatnya kesal dan terkadang tersenyum setelahnya.

"AMANDA." Suara panggilan seseorang kini terdengar, mengganggu pikiran Amanda yang tengah asyik memikirkan Cio. Dengan perasaan tak yakin, Amanda menatap ke arah depannya, di mana sudah ada Farel yang tengah berdiri sembari membawa rangkaian bunga yang indah. Di belakangnya sudah ada teman-temannya, yang seakan mendukung apa yang saat ini sedang Farel lakukan. Dan di sekeliling mereka, sudah banyak mahasiswa yang mulai berkumpul, merasa tertarik dengan pemandangan yang tidak biasa ini.

"Farel," gumam Amanda tidak mengerti, kenapa Farel terlihat aneh dari biasanya. Temannya itu tersenyum begitu tulus, seolah akan ada sesuatu yang ingin diutarakan.

"Ada apa ini, Rel?" Amanda menatap sekelilingnya, di mana sudah banyak mahasiswa yang menontonnya penuh rasa penasaran.

"Amanda. Dari dulu kita hanya berteman. Tapi aku tidak pernah berpikir akan memiliki perasaan ini. Hubungan kita bahkan sempat merenggang dan memburuk, aku minta maaf soal itu." Amanda semakin tidak mengerti dengan apa yang sebenarnya sedang Farel lakukan. Dan entah kenapa hatinya justru merasa takut, bukan rasa bahagia saat lelaki lain melakukan hal indah pada wanitanya.

"Hari ini, aku ingin berterus terang tentang perasaanku. Entah sejak kapan aku memilikinya, tapi yang pasti aku ingin segera mengutarakannya, sebelum aku kehilangan kamu untuk yang kedua kalinya." Farel menghentikan ucapannya, seolah ingin mencari kekuatan untuk perasaannya sendiri.

"Amanda, aku cinta dan sayang sama kamu. Kamu mau kan menjadi kekasihku? Menjalin hubungan baru dengan teman masa kecilmu ini?" Farel menyunggingkan senyum manisnya, membuat semua orang memberinya banyak tepuk tangan dan sorakan.

"Terima, terima, terima!" Suara para mahasiswa yang melihat mereka itu kini terdengar, begitupun dengan teman-temannya Farel yang mendukung di belakang. Mereka begitu kompak berteriak, membantu Farel dalam aksi pernyataan cintanya.

"Tapi, Rel ...." Amanda berujar bingung, merasa tidak tahu harus menjawab apa. Karena pada kenyataannya, hatinya tidak ada nama Farel lagi di dalamnya. Dan bahkan Amanda baru sadar, bila hatinya sudah dibawa dan dimiliki Cio saat ini.

Lagi-lagi, Amanda tidak akan menyadari bagaimana Cio terus memperhatikannya penuh kelukaan setelah diam-diam membuntutinya seperti pagi biasanya. Mata sendunya itu tertunduk, menatap tanah di bawahnya dengan sorot mata kecewa.

Alencio (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang