Part 12

20 0 0
                                    

Cio masih mengingat jelas, bagaimana masa kecilnya dipenuhi oleh kenangan kelam yang sempat membuatnya takut dan terpuruk. Apalagi setiap melihat mamanya dipukuli dan dibentak, ketakutan itu selalu berhasil membuatnya ingin mengakhiri hidupnya sendiri. Namun dari semua itu, nyatanya Cio masih bertahan dan semua itu ia lakukan demi mamanya. Cio masih ingin melihat mamanya, memeluk tubuhnya di saat rasa sakit menyerangnya dan mengatakan bila semua akan baik-baik saja, meski yang terjadi justru sebaliknya.

Semua berlalu begitu saja hingga Cio dewasa, namun entah bagaimana sikap dan tingkah laku mamanya kian berubah seiring berjalannya waktu. Matanya yang kosong itu begitu menderita, namun bibirnya justru tersenyum dan tertawa meski itu tak lama karena di menit berikutnya mamanya itu pasti akan menangis histeris. Cio sendiri tidak tahu waktu itu, kenapa mamanya begitu berbeda. Hingga saat papanya mengirimkan mamanya ke rumah sakit jiwa, tentu sebagai anak, Cio tidak pernah setuju. Tapi lagi-lagi yang Cio lakukan hanya pasrah dan menemui mamanya sebisanya.

Namun di Minggu pertama, mamanya justru histeris melihatnya datang untuk berkunjung. Matanya memerah seolah ingin membunuhnya, dan bahkan berteriak-teriak hingga dokter dan suster susah untuk menanganinya. Dari semua kisah itu, yang paling membuat Cio tak bisa lupa adalah di mana mamanya kabur dan pergi ke arah jalan raya. Di sana, untuk terakhir kalinya Cio melihat mamanya hidup dan tersenyum begitu hangat saat matanya hampir tertutup dan pada akhirnya terpejam dan tak terbuka lagi.

Mengingat semua kenangan itu, membuat Cio ingin berteriak ke arah Amanda karena gadis itu berhasil membawanya ke suasana di mana dirinya kehilangan mamanya. Namun bila dipikir lagi, Amanda juga tidak salah. Amanda menyuruhnya pulang, mungkin karena gadis itu mengkhawatirkannya, dia tidak tahu apa-apa, pikir Cio mulai sedikit tenang.

"Tidak apa-apa," jawabnya atas permintaan maaf Amanda. Dengan menatap gadis itu, Cio memberikan ekspresi sendu, seolah keceriaannya tidak pernah ada selama ini.

"Kamu menyuruhku pulang, karena kamu tidak tahu apa-apa. Tapi kamu juga harus tahu, bila setelah kematian mamaku, aku masih bersikap baik pada papaku. Aku menuruti semua keinginannya termasuk kuliah di luar negeri, tapi saat aku mengetahui kenapa mamaku gila yang tak lain karena papaku yang berselingkuh, jujur aku sangat membenci papaku sendiri, Amanda."

"Tapi kemarin, aku mendengar kabar bila Papaku justru akan menikahi wanita itu, wanita yang sudah menghancurkan keluargaku. Menurutmu bagaimana aku harus bertahan?" Cio bertanya ke arah Amanda yang tertunduk, sembari terus menangis dengan sesekali mengusapnya dengan kasar.

"Aku benar-benar minta maaf, Cio. Aku merasa sangat menyesal karena ikut campur dengan masalahmu, tidak seharusnya aku menyuruhmu sesuatu yang sebenarnya sangat kamu benci. Aku minta maaf, sekarang aku tahu kenapa kamu bermimpi memiliki keluarga harmonis, karena sejak kecil kamu tidak pernah merasakannya." Amanda tertunduk penuh bersalah, matanya yang terus menangis itu seolah malu menatap ke arah lelaki yang duduk di sampingnya.

"Sekarang aku sudah tidak apa-apa kok." Cio menjawab pelan dengan sesekali tersenyum manis ke arah Amanda yang perlahan menatap ke arahnya.

"Kamu benar-benar sudah tidak apa-apa? Aku sungguh tidak tahu ...." Amanda menghentikan ucapannya, kala Cio meremas kedua tangannya penuh kelembutan.

"Aku malah berterima kasih kepadamu, karena dengan begini, perasaan yang selama ini aku sembunyikan bisa tersampaikan dan itu cukup membuatku lega sekarang. Ada kalanya, bercerita ke orang lain itu memang ada baiknya, tapi sayangnya aku tidak pernah berani melakukannya." Cio menundukkan wajahnya, merenungi setiap luka yang selama ini ia sembunyikan itu ternyata tak pernah membuatnya merasa lebih baik, malah akan terasa sakit bila terus mengenang kenangan kelam itu. Sedangkan Amanda hanya tersenyum, merasa sedikit lega sekarang, setidaknya ia tidak membuat hati Cio kian memburuk.

Alencio (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang