Farel merengkuh lengan Vanessa, lalu menariknya dengan paksa supaya mau mengikuti langkahnya. Di belakangnya, Vanessa yang tidak mengerti dengan apa yang sebenarnya Farel lakukan itu berusaha memberontak, terlihat dari lengannya yang Vanessa pelintir berharap bisa lepas dari lelaki itu.
"Lepas, Rel!" pintanya tegas, namun lelaki tetap tak memperdulikannya, kakinya terus melangkah ke arah tujuannya.
"Ikut aku! Aku mau berbicara serius denganmu," jawab Farel tegas tanpa mau menghentikan langkahnya.
"Kamu ini mau apa sih? Aku tidak mau ikut denganmu," keluh Vanessa kesal, namun Farel terus menarik lengannya membuat Vanessa mau tidak mau mengikuti langkahnya. Sesampainya di tempat yang sepi, di mana tidak ada orang satu pun di sana, Farel menghentikan langkahnya lalu merengkuh kedua tangan Vanessa penuh kelembutan, berharap wanita itu mau mendengarkannya kali ini.
"Aku minta maaf," ujarnya tulus, namun Vanessa hanya menaikkan salah satu alisnya penuh keangkuhan.
"Untuk apa kamu minta maaf? Aku bukan siapa-siapamu, jadi kamu tidak perlu merasa bersalah hanya karena menerima perhatian dari gadis itu." Vanessa menjawab angkuh, membuat Farel menyesal telah mau menanggapi perhatian Amanda walau hanya sebentar.
"Jangan seperti itu, aku dengan Amanda tidak ada apa-apa. Dia yang terus memberiku perhatian, aku bahkan tidak ingin menanggapinya. Kamu tahu kan, selama ini cuma kamu yang aku cintai? Dulu aku dengan Amanda memang berteman baik, tapi sekarang aku tidak mengacuhkannya semua demi kamu. Lalu apa yang masih kamu ragukan dariku?" Farel semakin meninggikan rengkuhannya, mencoba mempertanyakan penjelasan apa yang ingin Vanessa katakan atas apa yang sudah ia lakukan untuknya.
"Tapi kamu masih berhenti berjalan untuk menanggapinya berbicara, aku tidak menyukainya." Vanessa menjawab egois, namun Farel justru tersenyum, mencoba sabar dengan sikap gadis itu yang memang terkadang sedikit buruk namun terlihat lucu di matanya.
"Oke, kalau begitu aku tidak akan menanggapinya lagi saat dia berbicara, bahkan aku akan terus berjalan untuk tidak memperdulikannya. Bagaimana?" tawar Farel yang kali ini berhasil menyunggingkan bibir Vanessa yang tersipu oleh sikapnya.
"Aku sangat mencintai kamu, kamu mau kan membangun komitmen bersamaku? Menjalin hubungan yang lebih jauh, membiarkanku menjadi pemilikmu?" ujar Farel tulus dengan tatapan meneduhkan yang membuat Vanessa tidak berkutik di tempatnya, merasa begitu tersipu dengan apa yang baru Farel katakan. Lelaki itu begitu manis dan pintar merangkai kata-kata, membuat Vanessa tidak bisa menolaknya.
"Iya, aku mau." Vanessa mengangguk samar, tepatnya merasa malu akan hal itu. Namun ekspresi lain justru Farel tunjukkan, lelaki itu begitu terkejut mendengarnya, meski bibirnya tersenyum mengetahui Vanessa mau menerimanya.
"Terima kasih. Aku janji, aku akan berusaha membahagiakanmu." Farel merengkuh erat tangan Vanessa dengan sesekali mengecupnya penuh haru, membuat wanita itu tersenyum dan mengangguk setuju.
***
Jam tujuh pagi, Amanda sudah berada di dalam bis. Seperti biasa, ada beberapa kotak bekal berada di dalam pelukannya. Matanya yang menyiratkan kesedihan itu hanya tertuju ke arah jendela bis, di mana awan masih berwarna abu dengan sinar mentari yang tak terlalu menyinari.
Di belakangnya, Cio yang baru masuk ke dalam bis itu bisa melihat, bagaimana Amanda terlihat tak bahagia. Mungkin kejadian di kantin kemarin membuatnya sadar, bila apa yang diperjuangkannya sudah seharusnya dihentikan.
Setelah hanya bisa melihat, akhirnya Cio memutuskan untuk duduk di samping Amanda, membuat empunya yang menyadari hal itu menoleh ke arahnya dengan sorot mata yang seolah sudah tahu. Dengan tersenyum tipis, Amanda menyapanya penuh hangat. Tidak seperti Amanda kemarin yang selalu marah-marah saat tahu Cio mengambil kotak bekalnya, gadis itu terlihat lebih tenang sekarang seolah tidak takut makanannya akan diambil kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alencio (END)
RomanceBagi Amanda, Farel adalah sahabat sekaligus cinta pertamanya. Meskipun lelaki itu tidak pernah menganggapnya lebih dari seorang teman, namun Amanda tidak pernah memiliki rasa lelah terlebih lagi menyerah. Ia akan selalu berusaha membuat Farel meliha...