Part 15

635 65 2
                                    

Farel hanya bisa tertunduk lesu, saat teman-temannya menyeretnya untuk ikut ke mall. Sudah sejak tadi siang, mereka membujuknya dan bahkan mengancamnya untuk tetap ikut, tapi tak membuat Farel memiliki semangat untuk menurutinya. Sebenarnya niat teman-temannya itu baik, mereka hanya ingin menghiburnya setelah pertengkarannya dengan Vanessa. Namun untuk Farel sendiri, semua ini justru terasa kian menyebalkan, karena ia ingin sendiri di kamarnya tanpa ada orang lain yang mengganggunya.

Entahlah. Pertengkarannya dengan Vanessa cukup membuat Farel merasa tak berselera melakukan apapun, termasuk jalan-jalan dan nongkrong di tempat ia dan teman-temannya biasa berkumpul. Dan ekspresi tak sukanya itu sangat jelas Dio sadari, terlihat dari bibirnya tersenyum menatap ke arah Farel yang terus saja terdiam tanpa memiliki semangat untuk berjalan.

"Masih memikirkan Vanessa ya? Padahal kita ke sini mau menghiburmu." Dio berujar santai sembari merangkul pundak temannya yang masih terlihat lusuh itu.

"Terima kasih, tapi bagaimana ya? Aku pikir, aku sudah salah menilai Vanessa. Meskipun dia cantik, tapi ternyata dia jauh dari gadis yang aku harapkan. Dia begitu berbeda setelah kita bersama, aku hanya merasa kecewa," jawab Farel lesu sembari terus berjalan, membiarkan teman-temannya memimpin langkahnya.

"Itu karena sejak awal kamu hanya melihat Vanessa dari penampilannya. Siapa sih yang tidak suka dengan Vanessa? Dia itu primadona kampus, tapi sikapnya belum tentu sama dengan wajahnya kan? Bisa saja, Vanessa memang bukan gadis yang bisa memenuhi kriteriamu." Farel hanya mengangguk lesu, mendengar ucapan Dio yang ada benarnya itu membuat Farel berpikir ulang tentang hubungannya dengan Vanessa yang mungkin tidak akan berlanjut.

"Mungkin kamu benar," jawab Farel seadanya sampai saat kakinya terhenti, karena teman-temannya yang berada di depannya menghentikan langkahnya, membuat Farel maupun Dio terheran-heran kenapa mereka berhenti begitu tiba-tiba.

"Woi, kalian kenapa berhenti?" Dio bertanya sebal apalagi tubuhnya tadi sempat menabrak salah satu temannya.

"Eh begini ... itu ... kita lihat ...." Dio dan Farel menyerngitkan keningnya, merasa heran dengan tingkah laku teman-temannya yang aneh.

"Lihat apa?" Dio bertanya penasaran sembari melangkah ke arah depan, menatap ke arah temannya tatap dan mendapati sesuatu yang menurutnya cukup mengejutkan.

"Astaga ...." Dio bergumam tak percaya, dan itu cukup membuat Farel turut merasa penasaran sekarang.

"Ada apa sih?" tanyanya sembari melangkah, namun teman-temannya itu justru terdiam dan tertunduk, seolah tak memiliki daya bahkan hanya untuk menjawab pertanyaan Farel.

"Vanessa," gumam Farel tak percaya setelah melihat apa yang menjadi keterkejutan teman-temannya. Vanessa, kekasih yang dicintainya itu tengah makan siang bersama dengan lelaki paru baya. Bahkan dari sikap dan gerak-geriknya, Vanessa terlihat begitu mesra pada lelaki itu. Merasa geram dan tidak bisa tinggal diam, Farel berlari ke arah Vanessa, berniat meminta penjelasannya.

"Woi, Rel. Kamu mau ke mana?" Dio bertanya lantang namun tak ditanggapi oleh Farel yang terus berjalan menghampiri Vanessa.

"Gawat, kita harus menghentikan Farel. Dia pasti mau buat onar di sana," ujar Dio ke arah teman-temannya, yang langsung dianggukki oleh mereka.

"Vanessa," sentak Farel sembari menggebrak meja makan Vanessa, membuat empunya terkejut melihatnya, begitupun lelaki yang duduk di sampingnya.

"Farel? Kamu apa-apaan sih?" Vanessa mendirikan tubuhnya, menatap geram ke arah Farel yang seenaknya datang dan mengganggunya.

"Kamu yang apa-apaan? Kenapa kamu makan siang dengan dia? Kamu tidak menghargai aku sebagai pacarmu?"

"Sayang, dia siapa sih?" Lelaki itu bertanya keheranan sembari merengkuh lengan Vanessa penuh kelembutan.

Alencio (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang