Di tengah tatapannya ke arah Amanda dan Cio yang tengah bercanda tawa, Farel tiba-tiba dikejutkan oleh Vanessa yang baru datang dari kamar mandi. Membuat Farel yang sempat terdiam itu terkejut, merasa kaget dengan apa yang Vanessa lakukan. Namun gadis itu tertawa, seolah apa yang dilakukannya adalah hal lucu.
"Kamu nakal ya sekarang?" ujar Farel dengan nada menggoda namun kian membuat Vanessa tertawa lepas. Sampai saat bibirnya merapat lalu menatap ke arah yang tadi Farel tatap. Amanda dan seorang lelaki, ternyata Farel terdiam sampai seperti itu hanya karena melihat mereka bersama. Membuat Vanessa yang menyadari hal itu merasa geram, merasa tidak terima dengan apa yang Farel lakukan.
"Jadi kamu terdiam dan melamun cuma karena melihat mereka?" tanya Vanessa tak percaya, begitupun dengan tatapan matanya yang memperlihatkan kekecewaan di sana.
"Tidak kok, aku hanya merasa bingung dengan lelaki yang berdiri di samping Amanda. Apa dia mahasiswa baru? Karena aku belum pernah melihatnya sebelum ini." Farel mengelak santai dan itu berhasil membuat Vanessa sedikit percaya dengan kata-katanya.
"Benar, cuma itu? Kamu tidak merasa bersalah kan karena telah menjauhi Amanda?" tuduh Vanessa yang seketika digelengi kepala oleh Farel.
"Tentu saja, tidak. Aku tidak mungkin merasa seperti itu, apalagi semua itu hanya akan membuatmu marah, aku kan ingin berusaha membahagiakanmu." Farel menggenggam erat tangan Vanessa, membuat empunya tersenyum sumringah mendengar ucapannya.
"Benarkah?" tanya Vanessa mencoba meyakinkan kembali meski ia sendiri tahu jawabannya seperti apa, hanya saja Vanessa merasa suka dengan setiap kalimat yang Farel lontarkan untuknya.
"Iya. Kamu jangan mengkhawatirkan perasaanku, karena aku akan selalu ada untuk membahagiakanmu." Dan benar, setiap ucapan yang Farel lontarkan itu berhasil membuat hati Vanessa menghangat, terlihat dari bibirnya yang tersenyum sumringah setelah mendengarnya.
"Baiklah, aku mengerti." Vanessa merengkuh lengan Farel sembari menyenderkan kepalanya pada pundaknya.
Keduanya terlihat begitu mesrah dan bahagia, sampai saat tatapan mereka bertemu dengan dua orang yang bernama Amanda dan temannya. Keempatnya memperlihatkan ekspresi berbeda-beda, termasuk Amanda yang tadinya tertawa mendengar godaan Cio kini bibirnya merapat senduh, merasa tidak bisa apa-apa bila sudah ada Farel dan Vanessa berada di sekitarnya. Begitupun dengan Cio, lelaki itu juga ikut terdiam dengan sesekali melirik ke arah Amanda yang tertunduk lesuh.
"Tidak apa-apa, kan ada aku." Entah kenapa Cio tiba-tiba mengucapkan hal itu, membuat Amanda terdiam lalu menatap ke arahnya dengan sorot mata tak mengerti meski hatinya merasa nyaman saat Cio mengatakannya.
Di sisi lainnya, Vanessa tersenyum sinis melihat Amanda bersama dengan lelaki selevelnya. Baginya, Amanda adalah gadis yang tidak pantas untuk Farel meskipun sebatas berteman, karena mereka berada di level yang berbeda. Farel adalah anak dari orang kaya ke dua di kota ini, bahkan orang tuanya masuk sepuluh besar orang terkaya di negara ini. Bagaimana mungkin Vanessa membiarkan seorang Amanda, yang bahkan orang tuanya hanya bekerja sebagai pembantu, bisa akrab dan berteman baik dengan seorang Farel. Tentu saja Vanessa tidak akan membiarkannya, karena ia paling benci dengan orang yang berada di tempat yang tidak seharusnya, seperti Amanda.
"SEMUANYA DENGAR YA!" Tiba-tiba Vanessa berteriak ke semua orang yang berlalu lalang, membuatnya menjadi pusat perhatian mereka terlebih lagi statusnya yang menjadi bunga kampus, membuatnya mudah melakukan apapun. Begitupun dengan Farel di sampingnya, lelaki itu juga menatap ke arah Vanessa dengan tatapan tak mengerti, bertanya-tanya tentang apa yang sebenarnya ingin Vanessa lakukan kali ini.
"SEKARANG AKU DAN FAREL SUDAH RESMI BERPACARAN. AKU TIDAK MAU MENDENGAR ADA YANG MENGGODANYA, TERUTAMA GADIS TIDAK PUNYA MALU SEPERTI DIA." Vanessa menunjuk ke arah Amanda dengan dagunya, memberikan gadis itu banyak tatapan sinis dan tidak suka dari semua orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alencio (END)
RomanceBagi Amanda, Farel adalah sahabat sekaligus cinta pertamanya. Meskipun lelaki itu tidak pernah menganggapnya lebih dari seorang teman, namun Amanda tidak pernah memiliki rasa lelah terlebih lagi menyerah. Ia akan selalu berusaha membuat Farel meliha...