Chapter 12

41 3 0
                                    

Sesuai dengan keinginan Seolhye, Heechul pun ikut dengan gadis itu ke kafe yang sering mereka datangi saat keduanya masih berkencan. Biasanya Heechul akan menarikkan kursi untuk gadis yang pergi bersamanya, namun Seolhye adalah pengecualian. Pria itu langsung duduk di tempatnya dan membiarkan gadis itu melakukannya sendiri. Tanpa bicara, ia langsung memesan makanan karena sudah lapar.

"Aku pesan pasta dan latte, tolong percepat ya," pesan Heechul. Pelayan itu mengangguk. Heechul sama sekali tidak melirik gadis yang duduk di hadapannya. Ia sibuk bermain ponselnya.

"Oppa." Heechul masih terdiam. Merasa diacuhkan, Seolhye mengambil ponselnya Heechul lalu meletakkannya di meja. "Aku ingin bicara."

"Bicara saja." Heechul kembali mengambil ponselnya. "Aku akan mendengarnya. Kau pikir aku tidak akan mendengar."

"Setidaknya kau tatap wajahku saat aku bicara, oppa. Tidak sopan jika kau memalingkan wajah saat lawan bicaramu sedang berbicara," ucap Seolhye. Heechul menghela nafas panjang lalu menaruh ponselnya di atas meja. Seolhye tersenyum. "Setelah dua tahun, aku kembali ke sini, oppa."

"Ya, aku tahu. Kau bahkan ada di hadapanku sekarang," ucap Heechul.

"Aku dan suamiku sudah tidak bersama lagi." Ucapan Seolhye sontak membuat mata Heechul membulat. "Hubungan kami hanya bisa bertahan satu tahun. Ia selingkuh dengan gadis lain." Heechul masih menyimak penjelasan Seolhye. "Saat aku dan dia pergi dari kafe itu, kami langsung pergi ke Pulau Jeju untuk menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan di pernikahan kami. Seminggu kemudian kami menikah dan saat itu juga aku mulai vakum dari dunia hiburan Korea. Suamiku tidak mengizinkannya karena ia ingin aku fokus mengurus rumah tangga dan aku menurutinya. Hubungan kami baik-baik saja sampai suatu hari aku curiga dengannya. Selama seminggu itu ia selalu pulang larut malam, ia beralasan karena ada pekerjaan yang harus diselesaikan. Sampai akhirnya aku penasaran dan menyusulnya ke kantornya. Dan yang kulihat adalah dia sedang berduaan dengan sekretarisnya. Mereka sangat mesra." Suara Seolhye terdengar parau. Mata gadis itu berkaca-kaca. "Aku menamparnya sama seperti yang kau lakukan pada suamiku saat dua tahun yang lalu itu, namun suamiku membelanya dan sama sekali tidak melihatku. Ia menyerahkan amplop besar yang berisikan surat perceraian. Ia ingin menceraikanku saat itu juga, tetapi aku masih menahannya karena aku mencintainya. Karena perilakunya sudah tidak bisa dimaafkan, akhirnya kuputuskan untuk menandatangani surat itu lalu melakukan proses perceraian. Setelah bercerai, aku pergi ke luar negeri, aku tinggal bersama kakakku di Amerika Serikat untuk sementara waktu. Lalu kakakku menyarankanku untuk kembali ke Korea dan memulai kembali karirku yang sempat kutinggalkan selama dua tahun. Setelah kupikir, ada baiknya aku kembali ke Korea dan ingin menemuimu, Oppa." Heechul menatapnya. "Maaf." Gadis itu menundukkan kepalanya. Terdengar suara tangisnya.

"Angkat kepalamu, Seolhye." Gadis itu mengangkat kepalanya. "Terima kasih sudah menjelaskan itu padaku. Mungkin kau pernah mendengar bahwa aku, Kim Heechul sudah menikah dengan gadis pilihannya bernama Park Sohee. Aku juga sangat mencintainya. Dia adalah orang yang menemaniku saat kau pergi bersama pecundang itu hingga akhirnya aku memutuskan untuk menikah dengannya sampai...."

"Dia meninggal." Heechul menatap Seolhye kembali. "Aku tahu berita kematian istrimu dari SNS. Aku turut berduka. Maaf aku hadir di saat kau masih berduka."

"Tak apa, Seolhye. Aku mengerti. Kita sama-sama memiliki masalah yang sama dan kurasa kita bisa menyelesaikannya," ujae Heechul.

"Ya, kau benar, Oppa." Gadis itu mengangguk setuju. "Oppa, apakah kau membenciku?"

"Kau meninggalkanku, memilih untuk menikah dengan pria lain, itu membuatku sangat frustasi dan depresi, Seolhye. Dan aku sangat membencimu." Seolhye kembali menundukkan kepala. Seharusnya ia sudah tahu jawabannya kalau pria yang ada di hadapannya masih membencinya, mungkin sangat membencinya. "Tapi aku bukanlah orang yang pendendam. Kurasa aku bisa memaafkanmu walaupun harus perlahan."

NarcissusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang