Chapter 6

62 4 0
                                    

Kyungjoo baru saja tiba di apartemen setelah pergi berkumpul bersama teman-temannya di rumah Jaesoo. Ia menatap jam dinding yang menunjukkan pukul 12 malam. Ia melempar jaketnya ke sofa lalu rebahan sejenak. Matanya tertuju pada jas hitam yang berada di atas meja. Ia pun mengambil jas itu dan melihatnya dengan seksama.

"Jas siapa ini? Apakah Kyungsoon membawa seorang pria ke sini?"

Kyungsoon kini sudah siap untuk pergi bekerja. Ia memakai dress selutut dengan motif bunga-bunga dan tak lupa memakai jaket karena pagi ini cukup dingin setelah diguyur hujan selama 3 jam. Ia juga membawa tas hitam yang menemaninya bekerja selama ini. Kyungjoo sudah duduk di kursi ruang makan sembari menikmati sarapannya.

"Kyungsoon." Gadis itu menoleh. "Semalam aku melihat jas hitam di ruang tamu. Apakah semalam kamu mengajak seorang pria ke sini?"

"Ah, jas itu. Itu punya Eunyoung Sunbaenim," jawab Kyungsoon santai.

"JADI EUNYOUNG SUNBAENIM DATANG KE SINI?!" Teriakan Kyungsoon sukses membuat Kyungsoon yang sedang meminum segelas susu tersedak. "Kyung! Kau tidak apa-apa?" Pemuda itu dengan sigap membantu Kyungsoon.

"Kau ini!" Kyungsoon memukul Kyungjoo. "Biasa saja bertanyanya! Tidak usah berteriak seperti itu," gerutu Kyungsoon. "Untung saja dress ini tidak kecipratan susu."

"Maaf Kyung." Kyungsoon mempoutkan mulutnya. "Jadi benar semalam Eunyoung sunbaenim datang ke sini?"

"Tentu saja tidak, bodoh! Untuk apa dia datang ke rumah karyawannya," ucap Kyungsoon sedikit kesal.

"Lalu mengapa jas itu ada di ruang tamu? Kau meminjamnya?"

Kyungsoon menggeleng. "Dia sendiri yang memberikannya padaku. Ia bilang pundakku dingin, jadi, dia memberi jas itu untuk menutupi pundakku." Kyungjoo hanya ber-oh ria. "Sudahlah, aku mau berangkat." Kyungsoon pun bangkit dan membawa jas itu keluar rumah. Baru saja ia melangkah keluar, ia melihat seorang pria berdiri tegap di depan pintu apartemen. Pria itu tersenyum.

"Pagi Kyungsoon."

"Sunbaenim..."

"Kyunggg, kau bilang kau akan berangkat..." ucapan Kyungjoo terputus setelah melihat seniornya berdiri di depan saudarinya. "Wah, wah, wah. Ada apa ini? Apa yang terjadi dengan kalian?" Kyungsoon mencubit pinggang Kyungjoo. "Sakit!" Kyungsoon memberi tatapan pada saudaranya agar diam.

"Ada apa, Sunbaenim?" tanya Kyungsoon.

"Kyungsoon, bukankah tidak sopan jika kita tidak mempersilakan tamu masuk terlebih dahulu?" ucap Kyungjoo. "Sunbaenim, silahkan masuk dulu."

"Tidak usah, Kyungjoo. Aku ke sini ingin mengajak Kyungsoon berangkat bersama," tolak Eunyoung halus. Kyungjoo kembali ber-oh ria. "Mari Kyungsoon." Kyungsoon hanya mengangguk dan mengikuti langkah seniornya itu. Kyungjoo hanya menatap keduanya yang sudah berjalan mendahuluinya.

"Aku tidak setuju jika Eunyoung Sunbaenim dengan Kyungsoon."

"Kulihat tadi kau tiba di sini bersama Son Kyungsoon, Eunyoung," ucap Daejung. Pria itu sedang bersantai di ruangan Eunyoung sembari menikmati secangkir kopi.

"Lalu?"

"Kau menyukainya?"

"Apa yang kau bicarakan, Daejung?" tanya Eunyoung bingung. "Aku tidak menyukainya. Aku hanya sebatas rekan kerja dengannya."

"Kau belum lama ditinggal Sohee, Eunyoung. Tolong mengerti dengan hal itu," ujar Daejung mengingatkan. "Boleh saja kau menyukainya, tidak akan ada yang melarangmu termasuk aku."

"Dia seperti Sohee..." Daejung terdiam terdiam. Ia menatap Eunyoung. Sahabatnya terlihat murung. "Saat aku bersamanya di butik, aku merasa ia memiliki kemiripan dengan Sohee. Aku tidak tahu, Daejung." Pria itu kemudian terduduk lalu menunduk. "Aku merindukannya meskipun awalnya aku tidak ingin menikah dengannya." Daejung pun pindah posisi ke sebelah Eunyoung. Ia mengusap punggung Eunyoung sembari menenangkannya. Pria itu teringat suatu hal yang terjadi satu tahun yang lalu.

NarcissusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang