Chapter 4

67 7 0
                                    

"Dua hari lagi adalah hari hallowen di agensimu. Aku sudah memilihkanmu pakaian yang cocok," ucap Sohee. Eunyoung terdiam dan menatap dua pakaian yang dipegang oleh istrinya. "Bagaimana? Bagus, bukan?"  hanya mengangguk. Sohee tampak tersenyum puas dan langsung membayarkan pakaian itu. "Kau harus memakainya, sayang. Pakaian itu senada dengan pakaianku juga."

"Aku akan memakainya, Sohee," ucap Eunyoung. Ia mengecup pucuk kepala istrinya lalu menggandengnya keluar dari butik.

Di sinilah Eunyoung. Pria ini sedang duduk terdiam di salah satu sofa butik sembari menunggu Kyungsoon, manajernya memilihkan pakaian untuk di acara hallowen agensi. Tak lama kemudian, Kyungsoon datang sambil membawa dua pakaian yang berbeda.

"Sunbaenim, aku sudah membawakannya," ucap Kyungsoon. Ia pun memperlihatkan pakaian yang dibawanya. "Bagaimana?" Eunyoung terdiam. "Sunbaenim?" Kyungsoon memanggil pria itu, namun tak ada sahutan. "Eunyoung Sunbaenim!" Eunyoung tersadar dan melihat Kyungsoon sudah berada di hadapannya.

"Kau sudah memilihnya?" Kyungsoo mengangguk. "Coba kulihat." Gadis itu memperlihatkan pakaiannya. Pakaian itu mengingatkannya pada satu tahun yang lalu, pakaian yang sama persis diajukan oleh Sohee. "Cari yang lain." Dahi Kyungsoon mengerut. Ia merasa sudah membawakan pakaian yang sesuai dengan kriteria yang diminta seniornya. Ia pun mengangguk. Baru saja melangkah, Eunyoung memanggilnya. "Kyungsoon." Kyungsoon menoleh. "Tidak usah dicari lagi. Bayarkan yang itu saja. Dan carilah pakaian untukmu di acara hallowen nanti."

"Tapi..."

"Tidak ada bantahan. Pilihlah sesukamu. Anggap saja itu pemberian dariku untuk manajer baruku," ucap Eunyoung. Sekali lagi, Kyungsoon mengangguk. Ia segera mencari pakaiannya dan membayarnya.

Kyungsoon meleparkan tasnya ke sofa sesampainya di rumah. Ia langsung merebahkan tubuhnya di sofa dan memejamkan mata untuk beberapa menit. Kyungjoo yang tak tahu kedatangan saudaranya, tak sengaja menduduki kaki Kyungsoon sehingga gadis itu terbangun.

"Ahhh! Son Kyungjoo!" Kyungsoon melempar bantal sofa pada Kyungjoo. "Lihat-lihat dong kalau mau duduk!"

"Aku 'kan tidak tahu jika kau sudah pulang, Kyungsoon!" gerutu Kyungjoo. "Lagipula kau tidak mengucapkan salam saat masuk rumah, jadi aku tidak tahu." Kyungsoon hanya terdiam dan merubah posisi tidurnya. "Ya! Tidurlah di kamar, Kyung. Jaesoo dan Kihoon akan datang untuk bermain game."

"Tidak mau. Biarkan aku tidur sebentar di sini." Kyungsoon menolak meninggalkan sofa. Kyungjoo berdecak dan memposisikan kepala Kyungsoon di atas pahanya. Gadis itu sudah memejamkan mata dan tertidur. Kyungjoo pun mengecilkan volume suara televisi.

"Sepertinya kau lelah sekali hari ini," ucap Kyungjoo sambil mengusap rambut saudarinya. "Apa yang kau lakukan seharian ini?" Ia pun membiarkan Kyungsoon tertidur sejenak sembari menunggu kedua temannya datang.

Eunyoug membuka pintu kamarnya. Ia melepas jas dan dasi yang melekat pada tubuhnya lalu membaringkan tubuh di atas kasur sambil menatap langit-langit kamar. Pikirannya kembali teringat pada sang istri, Kim Sohee.

"Sayang! Kau sudah pulang?" Dengan raut yang sedikit lelah, Eunyoung tersenyum tipis dan memeluk istrinya yang sudah menunggunya. Tak lupa, ia juga mencium kening, pipi, dan bibir Sohee lalu duduk bersama di sofa. "Kau tampak lelah. Apa semuanya berjalan dengan lancar?"

Eunyoung mengangguk. "Ini semua berkatmu, Sohee." Sohee mendelik kebingungan. "Kau pasti selalu mendoakanku sehingga segala urusanku hari ini berjalan dengan lancar." Ucapan Eunyoung membuat Sohee tersenyum. Eunyoung pun memposisikan kepalanya di atas paha Sohee. "Sebentar saja. Jangan pergi kemana-mana." Sohee mengusap rambut suaminya dengan lembut. Ia menatap wajah Eunyoung yang tertidur. Pria itu benar-benar bekerja keras seharian ini sampai-sampai terlihat sangat lelah. Ia pun membiarkan Eunyoung tertidur.

"Sedang apa kamu, Sohee? Apa kau selalu menungguku pulang kerja meskipun kini dirimu tak ada di sisiku?" Eunyoung bergumam. "Sekali lagi, kau pasti mendoakanku. Hari ini banyak sekali pekerjaan yang harus kukerjakan dan semuanya berjalan dengan lancar." Eunyoung tersenyum tipis. Ia pun bangkit dan mengambil ponselnya untuk mengirimi pesan pada seseorang.

Kyungsoon berdiri di sebuah apartemen. Bangunan itu masih tertutup rapat. Waktu masih sangat pagi, sesekali Kyungsoon menguap karena masih mengantuk. Ia pun memasukkan pin pada kunci apartemen lalu masuk ke dalam. Ruangan itu masih sangat gelap karena sang empunya belum bangun. Kyungsoon pun menyalakan beberapa lampu dan pergi ke dapur. Ia melihat piring-piring belum dicuci. Dengan inisiatifnya, ia pun mencucinya dengan bersih. Tak hanya itu, ia pun menyapu dan mengepel lantai karena terlihat kotor. Gadis itu pun memutuskan untuk beristirahat sejenak setelah berberes. Ia pun meminum segelas air putih. Kyungsoon memperhatikan sekelilingnya. Apartemen ini sama dengan ruangan seniornya di kantor. Gelap dan terlihat hening dan sepi. Kyungsoon pun membukan gorden jendela agar tidak terlihat gelap. Sinar matahari menyeruak masuk dan memantulkan cahaya. Tiba-tiba seseorang datang dan berteriak membuat Kyungsoon yang sedang bersantai sedikit terkejut.

"Ya! Mengapa kau buka gordennya?!" tanya Eunyoung. Pemuda itu menghalangi wajahnya dari sinar matahari dengan tangannya.

"Memangnya kenapa, Sunbaenim? Seharusnya gorden dan jendela dibuka agar sinar matahari masuk dan udara sejuk memenuhi ruangan ini," ujar Kyungsoon.

"Tutup saja Son Kyungsoon!" Kyungsoon pun mengangguk. Ia kembali menutup gorden. Eunyoung menatap gadis itu lalu menyalakan lampu. "Tunggu di sini. Aku akan bersiap-siap." Kyungsoon kembali mengangguk.

Saat ini, Kyungsoon dan Eunyoung sedang berada di dalam mobil. Keduanya terdiam. Yang terdengar hanyalah suara radio. Eunyoung fokus menatap jalanan. Sesekali pemuda itu melirik Kyungsoon yang sedang memainkan ponselnya.

"Maaf." Kyungsoon menoleh. "Maaf karena tadi aku sempat membentakmu."

"Ah, soal itu. Tidak apa-apa, Sunbaenim. Lagipula ini salahku karena aku membuka gorden tidak seizinnya," ucap Kyungsoon. Eunyoung bergumam. "Kalau boleh tahu, mengapa kau tidak pernah membuka gorden dan jendela?"

"Aku tidak suka sinar matahari," jawab Eunyoung. Kyungsoon menatapnya dengan tatapan bingung. Heechul hanya tersenyum tipis. "Aku punya trauma di masa lalu. Di saat aku baru debut. Aku merasakan banyak pelanggaran privasi yang dilakukan oleh para fans sehingga membuatkan tidak nyaman. Mereka tahu segalanya. Sejak itu, aku tidak pernah membuka gorden lagi. Terserah kau mau menganggap itu seperti apa, tapi memang itu kenyataannya. Aku terlalu takut untuk membuka gorden."

"Aku mengerti, Sunbaenim. Maaf, karena sudah membuatmu kembali merasakan trauma itu," ujar Kyungsoon.

"Tidak apa-apa, Kyung. Kau adalah seseorang yang baru saja mengenaliku lebih dekat," ucap Eunyoung. "Aku tidak pernah mengatakan bahwa aku menyesal menjadi selebriti meskipun hal itu menjengkelkan dan aku tidak menyukainya." Kyungsoon terdiam. Gadis itu tetap mendengarkan penjelasan Eunyoung. "Tapi, jika kita memikirkan secara optimis dan positif, tidak ada pekerjaan yang tidak sulit. Setiap pekerjaan pasti ada kesulitannya masing-masing."

"Ya, kau benar, Sunbaenim." Kyungsoon menyetujuinya. "Aku juga merasakan hal yang sama sepertimu, Sunbaenim." Kali ini, Eunyoung terdiam. "Bagiku, menjadi seseorang yang bisa bekerja menjadi staff produksi di agensi besar dan terkenal membuatku sedikit berbangga, namun banyak juga yang menjadi tekanan bagiku. Setiap saat aku harus memikirkan bagaimana konser bisa berjalan dengan lancar, bagaimana acara fansign dan fanmeeting bisa berkesan bagi para penggemar. Itu selalu membuatku kesal dan ingin marah karena banyaknya tuntutan. Tetapi, aku harus bersyukur karena sudah diberikan pekerjaan yang aku inginkan. Seperti yang kau bilang, tidak ada pekerjaan yang mudah. Lebih baik aku jalani dengan percaya diri dan yakin sehingga hasilnya bisa maksimal." Eunyoung tersenyum tipis. Dalam hati ia bergumam menyebutkan bahwa gadis di sampingnya ini adalah pekerja keras dan mampu berpikir optimis. 

"Ya, kau benar," tutur Eunyoung. "Tetapi, kau tidak akan merasa kesulitan lagi." Untuk kesekian kalinya, Kyungsoon menatap Eunyoung. "Karena kau sudah menjadi manajerku dan aku tidak akan membuatmu merasakan sulit dengan pekerjaan barumu."

.
.
.
.
.
.

Hiya hiya hiyaaaa.... Gimana udah greget belum?? Eits sabar dulu ya gengs, chapter 1 sampai chapter yang akan diupdate (mungkin 1 atau 2 chapter lagi) adalah masih permulaan. Tapi, aku masih mikirin bagaimana agar cerita yang kusampaikan tidak begitu rumit dan bisa membuat kalian nyaman membacanya. Kalau ada saran, kalian tulis di kolom komentar ya dan kalo kalian suka cerita ini klik tanda bintang (favorit), terima kasih! 😄

NarcissusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang