Sinar matahari mulai menyeruak masuk melalui ventilasi udara. Seorang gadis masih tertidur berbalut selimut di pulau kapuknya. Gadis itu, Kyungsoon, baru saja tiba di Seoul pukul tiga pagi. Wajar saja jika ia masih tertidur pulas hingga waktu menunjukkan pukul 10.00 pagi. Seorang pemuda membuka pintu dan melihat saudaranya masih memeluk guling. Ia langsung membuka gorden dan memukul gadis itu dengan bantal.
"Son Kyungsoon! Bangun! Sudah pagi!"
"Hmmm...." Kyungsoon hanya menggeliat, tidak ada niat sedikitpun untuk bangun dari tidurnya. Pemuda itu menepuk dahinya. Ia menarik selimut dan kembali memukulnya dengan bantal.
"Ada apa Son Kyungjoo?! Apa kau tidak tahu aku baru tiba, hah?!" Kyungsoon terbangun. "Hoammmm."
"Bangunlah! Tidak baik tidur pagi," ucap pemuda bernama Kyungjoo. Son Kyungjoo adalah saudara kembarnya. Hanya terpaut beberapa menit.
"Diamlah."
"Istri dari Jung Eunyoung meninggal, Son Kyungsoon!" Seketika Kyungsoon terbangun dan menatap Kyungjoo tak percaya.
"Apa kau bercanda? Sohee Sunbaenim meninggal? Kemarin aku baru saja melihat Eunyoung Sunbaenim menelepon istrinya," ucap Kyungsoon. "Sebentar, aku akan menelpon Minnie."
"Justru Minnie yang mengabari berita itu kepadaku karena ia tahu kalau kau masih tidur! Sudahlah, cepat kau bersiap-siap. Aku antar kau ke rumah duka." Kyungsoon langsung mandi dan bersiap-siap.
Rumah duka sudah dipenuhi pada para selebriti untuk melayat istri dari idol terkenal itu, Ahn Sohee adalah istri Jung Eunyoung. Mereka mulai hidup bersama sejak setahun yang lalu dan belum memiliki keturunan. Kyungsoon dan Kyungjoo tiba bersama Minnie. Mereka langsung masuk dan melihat banyak rekan kerja dan artis.
"Kau hampiri seniormu, aku akan menyusul," ucap Kyungjoo. Kyungsoon mengangguk.
"Kyung." Kyungsoon menoleh. "Apa kau tau bahwa Eunyoung Sunbaenim tidak sepenuhnya mencintai istrinya?"
"Apa maksudmu? Jangan berbicara seperti itu, Minnie," ucap Kyungsoon.
"Pernikahan mereka karena keterpaksaan, Kyung. Mereka tidak sama sekali berniat untuk menikah. Eunyoung Sunbaenim menikahi Sohee Sunbaenim karena permintaan ibunya. Mereka sama sekali tidak saling cinta," ujar Minnie.
"Dari mana kamu mengetahui gosip itu?"
"Ini bukan gosip, Son Kyungsoon. Semua orang di agensi juga sudah tau tentang hal ini. Mereka sengaja tidak menunjukkannya."
"Jadi, maksudmu yang membuat Sohee Sunbaenim meninggal adalah Eunyoung Sunbaenim sendiri?" tanya Kyungsoon.
"Tidak ada yang tidak mungkin, bukan? Siapa tahu memang pria itu yang membunuh istrinya sendiri," jawab Minnie.
"Eunyoung Sunbaenim tidak akan berbuat seperti itu, Minnie. Aku yakin."
"Kang Minnie, Son Kyungsoon." Keduanya menoleh. Mereka melihat Leeteuk datang menghampiri keduanya. "Kalian baru tiba?"
Keduanya membungkuk sedikit. "Ya, Sunbaenim. Kami baru saja tiba."
Daejung tersenyum. "Eunyoung di sana. Ia masih berdiri di depan peti mati istrinya." Pria itu menunjuk seseorang yang berdiri sambil menunduk. "Eunyoung sangat rapuh saat ini. Tapi, tenang saja. Kalian bisa mendekatinya dan mengucapkan bela sungkawa. Ia hanya shock karena ini terjadi begitu saja. Mari ke sana." Kyungsoon dan Minnie mengangguk. Mereka mengikuti langkah Daejung. "Eunyoung, ada Son Kyungsoon dan Kang Minnie. Mereka turut berduka." Pria bernama Jung Eunyoung itu menoleh dan melihat kedua gadis berdiri di sampingnya.
"Sunbaenim, saya dan Minnie turut berduka atas meninggalnya Ahn Sohee Sunbaenim," ucap Kyungsoon.
"Terima kasih kalian sudah datang," ucap Eunyoung. Ia tersenyum tipis. Namun, tak bisa dipungkiri. Wajahnya terlihat sedih karena kehilangan orang yang telah hidup bersamanya. "Oh iya, Daejung, tolong bilang pada seluruh tamu bahwa kita akan segera memulai pemakaman." Daejung mengangguk. "Kalian akan ikut pemakaman atau tidak?"
"Kami berdua akan ikut. Kami akan mengantar beliau sampai tempat pengistirahatan," jawab Kyungsoon.
Angin sore dengan lembutnya menyentuh rambut para pelayat di pemakaman umum. Burung-burung kecil berterbangan di atasnya. Eunyoung, pria itu terduduk di pusara istrinya sembari mengusap lembut sebuah nisan bertuliskan nama wanita yang ia cintai. Daejung, Jaehwan, dan Joochan berdiri di belakangnya. Mereka hanya terdiam tak mengucapkan sepatah kata pun. Begitu pun juga dengan Son Kyungsoon dan Kang Minnie. Mereka masih bertahan di pemakaman ini. Para tamu yang lain sudah kembali ke rumah masing-masing.
"Sampai kapan kita ada di sini?" bisik Minnie pada Kyungsoon. Gadis itu hanya mengindikkan bahunya, artinya ia tidak tahu. Minnie hanya menghela nafas panjang. Tiba-tiba Eunyoung berdiri membuat ketiga sahabat dan kedua staffnya itu terkejut.
"Sudah selesai?" Eunyoung hanya membalas ucapan Minnie dengan menatap. "Huft! Baiklah, aku diam."
"Ada apa, Eunyoung?" tanya Daejung hati-hati. Terlihat wajah Eunyoung menahan amarah.
"Dia harus mempertanggungjawabkannya!" Eunyoung pun berjalan menjauhi pemakaman dengan tangan yang mengepal dengan kuat.
"Gawat!"
"Gawat? Apanya yang gawat, hyung?" tanya Jaehwan.
"Aigoo, kau tidak tahu, hyung? Ckckck." Joochan hanya menggelengkan kepala.
"Aish, kalian bukannya mengejarnya." Daejung berlari menyusul Eunyoung sedangkan kedua temannya masih terdiam. "NA JAEHWAN! PARK JOOCHAN! IKUT AKU! SEKARANG!" Jaehwan dan Joochan terkejut dan langsung berlari mengikuti Daejung.
Gyuri dan Minnie saling menatap. "Bagaimana sekarang?" tanya Minnie.
"Pulang. Kau mau menjaga pusara ini?" tanya Kyungsoon. Minnie menggeleng. "Ayo pulang." Minnie mengangguk.
BRAK!
Seseorang tersungkur jatuh sambil memegang wajahnya. Jung Eunyoung baru saja tiba di kantornya untuk menemui orang itu lalu memukulnya dengan keras hingga jatuh. Tak lama kemudian, Daejung, Jaehwan, dan Joochan datang dan langsung mengamankan keduanya."Ya! Jung Eunyoung! Apa kau sudah gila? Kau baru saja memukul manajermu sendiri!" ucap Daejung.
"Kalau saja dia bisa menjaga istriku dengan baik, istriku tidak akan terbaring untuk selamanya di bawah tanah itu!" teriak Eunyoung. Ia pun menatap sang manajer yang sudah berdiri kembali. "Ya, kau!"
"Hyung!" Jaehwan memeluk Eunyoung dari belakang. "Jangan seperti ini, hyung. Kau membuatku takut," ucap Jaehwan terisak. Ia bisa merasakan punggung Eunyoung begetar, petanda bahwa pemuda itu menangis.
"Lepas!" Eunyoung melepaskan pelukan Jaehwan. "Kau! Sudah tidak menjadi manajerku! Bawa semua asistenmu dari kantor ini! Aku akan mencari manajer baru!" ucap Eunyoung keras sambil menunjuk manajernya. "Yang pastinya akan lebih baik darimu. PERGI KAU DARI SINI KAU, PECUNDANG!"
Wajah sang manajer terlihat sangat sedih, begitupun dengan asistennya. Mereka pun berjalan keluar sambil menunduk dan tidak berani menatap Eunyoung. Pria itu menghela nafas panjang. Ia pun terduduk di sofa ruangannya. Hanya terdengar suara tangisan darinya. Daejung pun duduk di sampingnya dan menenangkannya.
"Tanpa seorang manajer, kau akan kesulitan dalam menjalani aktivitasmu sebagai artis, Eunyoung. Kau harus mencari penggantinya," ucap Daejung. "Aku akan membantumu dalan mencari manajer barumu. Mungkin dari beberapa pegawai kantor kita bisa diseleksi untuk menjadi manajermu."
Eunyoung berdiri. "Aku sudah tahu siapa yang akan menjadi manajerku yang baru. Kalian bisa pulang."
"Kau juga harus pulang, hyung," ucap Joochan. Meskipun Joochan dan Eunyoung terbilang cukup sering bertengkar, namun Joochan selalu menyayangi Eunyoung begitupun sebaliknya. "Kau harus istirahat. Aku akan menemanimu." Eunyoung menatap Joochan lalu mengiyakan ajakankannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Narcissus
FanfictionMemiliki kehidupan sebagai selebritis tak ayal banyak sekali orang yang ingin tahu kehidupannya. Jung Eunyoung adalah artis yang sangat percaya diri. Tampil di berbagai acara televisi membuatnya dikenal banyak orang. Namun, tahukah kamu dibalik kehi...