Chapter 3

84 9 0
                                    

Waktu menunjukkan pukul 01.00 dini hari, namun Eunyoung masih belum bisa memejamkan matanya. Sesuatu yang berbeda telah terjadi padanya. Biasanya, Ia akan dengan mudahnya tertidur setelah memeluk, Ahn Sohee, istrinya. Tetapi, kini ia tidak bisa merasakan hal itu lagi untuk selamanya. Ia pun bangkit dari tempat tidur dan berjalan menuju dapur. Mengambil segelas air putih dan duduk di sofa ruang keluarga. Tak melakukan apapun. Hanya terdiam dan merenung. Ia menatap figura foto. Senyumnya perlahan terukir di bibirnya. Foto itu diambil saat ia dan Sohee pergi berlibur ke Pulau Nami. 

"Sayang, ayo kita berfoto!" Wanita keturunan Tionghoa itu dengan semangatnya menarik Heechul dan mengajaknya berfoto bersama. "Satu... dua... tiga...!" Cekrek! "Lihatlah! Bagus, bukan?"

Eunyoung mengangguk. "Ya, itu bagus, Sohee." Ia memeluk wanita itu sangat erat. "Jangan pernah tinggalkan aku, Sohee. Aku sudah terlanjur mencintaimu."

Sohee pun memeluk Eunyoung. "Astaga... Mengapa kamu berbicara seperti itu? Memangnya aku mau pergi kemana? Aku tidak akan kemana-mana. Percayalah."

"Hmmm, aku percaya." Eunyoung mengecup kening istrinya. "Aku bahagia bisa bersamamu."

"Aku juga bahagia bersamamu."

Eunyoung menghela nafas panjang. "Kau bilang padaku, kau tidak akan meninggalkanku. Kau bilang padaku, kau bahagia bersamaku. Tapi... mengapa kamu meninggalkan aku, Sohee? Apa kau tidak percaya bahwa aku sudah sepenuhnya mencintaimu?". Pikirannya kembali melayang dan membawanya saat awal ia menikahi Sohee.

Malam itu, Eunyoung dan Sohee baru saja tiba di apartemen. Keduanya saling terdiam, tidak ada sepatah kata pun yang terucap. Eunyoung langsung mengganti pakaiannya dengan baju tidur, sedangkan Sohee masih berbalut gaun pengantinnya.

"Apa kau mau tidur dengan pakaian itu?" tanya Eunyoung tanpa melihat Sohee. "Ganti pakaianmu."

"Aku tidak mau tidur." Ucapan Sohee sukses membuat Eunyoung menoleh. "Kau bilang, kau tidak akan nyaman jika ada seseorang tidur di sampingmu."

"Setidaknya ganti pakaianmu dulu. Aku sangat tidak nyaman melihatmu berpakaian seperti itu. Kita sudah mengucapkan janji suci dan itu hanya berlaku sekali seumur hidup. Tidak akan kita lakukan lagi untuk keesokan hari dan seterusnya," ucap Eunyoung.

"Apa kau masih tidak setuju dengan pernikahan ini?". Lagi-lagi pertanyaan ini. Eunyoung menghela nafas panjang. Ia pun duduk di samping wanita itu dan menggenggam tangannya.

"Kita sudah sepakat untuk tidak membicarakan ini lagi, bukan? Berhentilah membicarakan ini dan tidur."

"Kau tidak sepenuhnya mencintaiku, bukan?"

"Aku mencintaimu, selamat malam."

"Ck! Betapa bodohnya aku saat itu." Tanpa ia sadari, airmatanya jatuh membasahi wajahnya. "Sohee, tidak bisakah kamu kembali? Aku... aku rapuh tanpamu."

"Ya! Son Kyungsoon! Mana sarapanku?! Kau belum menyiapkannya?!" teriak Kyungjoo.

"Aish! Ini masih pagi Son Kyungjoo! Tolong jangan berteriak!" balas Kyungsoon.

"Aku tidak peduli!"

"Kau ini menyebalkan!" Kyungsoon membawakan sarapan untuk Kyungjoo. "Makanlah!" Gadis itu kembali masuk ke kamar dan keluar dengan sudah mengenakan mantel. "Aku berangkat!"

"Kau tidak mau berangkat bersamaku?"

"Habiskan makanmu saja Son Kyungjoo! Tidak usah banyak bertanya!"

"Aish! Padahal aku hanya bertanya saja. Mengapa harus berteriak seperti itu?" gerutu Kyungjoo.

Gadis itu segera berlari ke halte bus. Ia benar-benar sudah telat untuk pergi ke kantor. Semalam ia tidak bisa tidur. Entah apa yang ia pikirkan, namun itu benar-benar membuatnya berjaga semalaman. Ia segera menaiki bus yang akan membawanya ke kantor. Sesekali ia melirik jam tangannya dan berharap sang supir mempercepat kendaraannya. Bus itu tiba di kantornya dan Kyungsoon langsung melompat keluar bus. Gadis itu berlari secepat mungkin untuk mengisi absen dan tak sengaja menabrak seseorang

NarcissusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang