PROLOG

39K 1.5K 14
                                    

PROLOG


"Apa kau sudah gila?! Pernikahan bukan perkara main-main!" Flora Kaeli bersedekap, memandang Sonia, sepupunya.

Saat itu keduanya berada di ruang tamu rumah mungil Flora yang terletak di daerah perbukitan di bilangan Hangtuah, Pekanbaru.

Sonia yang sedang duduk di sofa, mendongak memandang Flora yang berdiri di depannya. Kemudian wanita itu bangkit dan mendekati sang sepupu. "Aku mohon, Flo. Aku butuh uang itu. Jika aku tidak mendapatkannya dalam dua hari ini, kau tahu ...." Sonia menghela napas panjang. Ia berbalik menghadap halaman, memandang bunga-bunga di dalam pot yang berjejer rapi. Kemudian pandangannya menjauh, melihat pepohonan rindang dengan latar belakang langit biru berawan. Ia menyugar rambut pendek sedagunya dengan frustrasi. "Kau tahu, Roby mungkin saja akan menceraikanku."

Flora menghela napas panjang. "Sebenarnya apa yang terjadi? Bagaimana kau bisa kehilangan uang sebanyak itu?"

Sonia berbalik memandang Flora. "Aku menginvestasikannya, dan ternyata itu perusahaan investasi bodong."

Flora memandang sepupunya dengan ngeri. Bagaimana mungkin Sonia begitu naif sehingga mengivestasikan uang tabungan yang suaminya percayakan, pada perusahaan investasi bodong?

"Aku khilaf," desah Sonia lemah. "Aku mohon, tolong aku, Flo. Aku ..., hamil. Enam minggu. Apa yang akan terjadi padaku dan anakku jika Roby menceraikanku?" Sonia mengelus lemah perutnya yang tampak masih langsing.

Tatapan Flora mengikuti gerakan itu. Telah lima tahun Sonia menikah dengan Roby. Keduanya belum memiliki anak. Dari ceritanya, Sonia tidak menunda-nunda untuk hamil. Namun sepertinya keduanya juga tidak terlalu menggebu memiliki momongan. Mungkin karena keduanya masih sangat muda, sama-sama berusia tiga puluh tahun, dan tampak masih fokus mengembangkan bisnis kuliner mereka.

"Tapi menikah dengan pria yang tak kukenal sangatlah tidak mungkin, Nia."

"Hanya dia yang bisa membantuku, Flo. Ikutlah denganku nanti malam. Aku akan mengenalkan kalian."

Flora menggeleng. "Itu gila." Pria itu juga gila! Bagaimana mungkin dia meminta Sonia mencarikan istri untuknya? Pria waras tidak akan menikahi wanita yang tak dikenalnya, apa lagi seperti cerita Sonia, pria itu tampan dan kaya raya.

"Please, Flo." Sonia menatap Flora penuh harap.

"Bagaimana dengan orangtuamu? Kau tidak meminta bantuan mereka?"

Sonia anak tunggal. Orangtuanya cukup kaya dengan bisnis di bidang properti.

"Sekarang papa juga kesusahan uang."

Flora terdiam, menggigit bibir dengan rasa frustrasi Sonia yang telah menular pada dirinya. Sebenarnya Flora dan Sonia tidak terlalu dekat. Wanita itu sepupu jauhnya. Hanya sesekali mereka bertemu, yaitu ketika Flora ke restoran Sonia dan Roby, atau sepupunya itu ke toko kue tempat ia bekerja. Dengan kedua orangtua Sonia, Flora juga hampir tidak pernah bertemu. Karena itulah Flora terkejut Sonia mendatanginya dan meminta tolong. Jadi haruskah ia membantu Sonia dengan mengorbankan diri dan masa depannya?

Sonia mendekati Flora, menyentuh lengan sepupunya. "Aku mohon, Flo. Tolong aku. Sekali ini saja. Aku mohon."

***



gimaanaaa?

Evathink

IG : evathink

2 oct 2019

Note : seperti yang saya bilang. cerita ini masih tulisan kasar, belum diedit, jadi abaikan EYD dan typo. thanks

A Perfect Storm (Strongest) - TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang