20

21.1K 1.5K 71
                                    

20

Meski perasaannya sesuram langit yang diselimuti awan mendung, meski matanya perih akibat menangis berjam-jam, sore harinya Flora tetap memasak untuk makan malam.

Namun sepertinya kesakitan yang harus ia terima hari itu belum berakhir. Menjelang pukul lima sore, tamu tak diharapkan datang. Selvi. Gadis itu masih menyajikan wajah tanpa senyum dan dagu yang terangkat angkuh.

Lily mengajak Selvi duduk di ruang tamu dan menyuruh Flora membuatkan minuman untuk mereka.

Meski diperlakukan bak pelayan, Flora tetap melakukannya. Ia membuatkan dua gelas teh manis hangat.

Ketika masuk ke ruang tamu dengan nampan di tangan, ia melihat Arion memasuki rumah.

Mata mereka bertemu dan jantung Flora kembali berdegup kencang. Kali ini dengan degup yang terasa nyeri. Bayangan Arion bersama wanita seksi di pangkuannya, memenuhi benak Flora.

Selama menjadi istri Arion, Flora tahu suaminya itu memiliki wanita lain di luar sana, entah kekasih atau sekadar pelepas dahaga berahi. Namun melihat langsung adegan perselingkuhan itu di depan mata kepala sendiri, efeknya jauh lebih dahsyat.

Arion berhenti melangkah tak jauh dari sofa dan hanya menatap Flora tanpa kata.

"Kenapa kau tercenung di situ, Flora?! Cepatlah hidangkan minumannya!" tegur Lily jengkel.

Flora tersentak dan wajahnya merona samar. Ia melangkah cepat menuju Lily dan Selvi. Entah bagaimana, kakinya tersaruk padahal tidak ada benda apa pun di lantai, dan dua gelas berisi teh itu melambung dan mengenai Selvi.

Keduanya berteriak terkejut.

Flora memucat. Ia menghampiri Selvi, meminta maaf sembari meraih tisu di atas meja untuk mengusap tubuh basah gadis itu.

"Dasar tak becus!" Lily bangkit dengan berang. Dalam sekedip mata tangannya melayang dan menempel dengan kuat di pipi Flora hingga wajah berbentuk hati itu tersentak.

Flora terkejut, tapi hanya diam. Pipinya perih. Hatinya sakit. Matanya panas terbakar air mata.

"Apa kau tidak bisa berhati-hati, hah?" serang Lily marah.

"Maaf, Ma," ujar Flora dengan suara bergetar. Ia menahan diri untuk tidak mengusap bekas tamparan ibu mertuanya yang terasa panas dan perih. "Akan kubuatkan yang baru."

Flora membungkuk memungut gelas yang jatuh di permadani.

Selvi tampak menahan geraman, yang Flora yakini, tidak adanya kata-kata jahat keluar dari bibir merah itu karena ada Arion di sana.

Arion ....

Flora mengangkat wajah dan melihat suaminya itu hanya diam di tempat. Menatapnya dengan sorot tak terbaca.

Mata Flora kian terbakar. Air mata berlomba-lomba ingin meluncur ke pipinya.

Arion sama sekali tidak bereaksi. Begitu tak pedulinyakah Arion kepadanya?

Dengan hati merana, Flora kembali ke dapur dan diam-diam menangis sambil membuatkan minuman baru untuk sang ibu mertua dan tamunya.

***

Evathink
Ig : evathink

A Perfect Storm (Strongest) - TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang