19

20.6K 1.6K 70
                                    

9

Senin siang itu, Flora baru saja selesai memasak untuk makan siang ketika ponselnya berdering. Ia meraih ponsel yang tergeletak di meja makan. Keningnya berkerut saat melihat nama Arion tertera di layar. Seketika jantungnya berdegup liar. "Halo," suara Flora serak menyapa.

"Bawakan aku berkas yang ada di atas meja di ruang kerjaku. Sekarang."

Lalu panggilan itu terputus. Sesaat Flora memandang ponselnya dengan bingung. Lalu setelah memahami perintah Arion, ia berderap cepat ke ruang kerja suaminya itu yang terletak bersebelahan dengan kamar tidur mereka. Jika Arion menginginkannya sekarang, maka ia harus segera mengantarnya atau pria itu akan marah.

Flora masuk ke ruang kerja Arion, mengambil berkas yang pria itu maksud. Setelahnya ia memesan taksi online, berganti pakaian dengan cepat dan merapikan rambut seadanya.

Tiga puluh menit kemudian, Flora sudah berada di hotel Arion. Seorang penerima tamu membukakan pintu untuknya. Flora sangat yakin penerima tamu itu tidak tahu kalau dirinya istri Arion, mengingat terbatasnya tamu undangan yang hadir di pernikahan mereka waktu itu.

Flora bertanya tentang ruangan Arion. Penerima tamu itu tampak ragu. Flora menjelaskan kalau Arion memintanya membawakan dokumen. Anak muda itu beranjak ke resepsionis. Lalu si reseppsionis tampak berbicara di interkom.

Penerima tamu itu kembali bersama seorang sekuriti, lalu Flora diantar menuju ruangan Arion. Takut membuat Arion menunggu terlalu lama, Flora dengan cepat membuka pintu setelah mengetuk sekilas. Sementara itu, sekuriti yang mengantarnya telah pergi.

Seketika Flora ternganga melihat pemandangan di depannya. Seluruh wajahnya memerah dan tubuhnya gemetar oleh amarah.

Setelah beberapa saat, sebisa mungkin ia mendatarkan ekspresi wajahnya, seakan pemandangan Arion yang duduk di kursi empuk di balik meja kerjanya dengan seorang wanita cantik nan seksi berambut pirang di pangkuannya, sama sekali tidak memengaruhinya.

Wanita di pangkuan Arion itu melirik Flora dengan malas, lalu kembali menatap Arion, jelas tidak mengenal Flora sebagai istri Arion, yang sepenuhnya bisa dipahami karena pernikahan mereka tidak dipublikasikan ke umum.

Flora melangkah maju meski kakinya serasa selembut agar-agar. Menahan sesak di dada, ia meletakkan berkas yang Arion minta ke atas meja. "Ini berkasnya."

Setelah mengucapkan itu, tanpa menunggu respons Arion, Flora berbalik. Bahunya bergetar menahan tangis.

Begitu pintu tertutup di belakangnya, air mata membanjiri pipi Flora. Ia melangkah cepat, hampir setengah berlari.

Arion tak merasa perlu menyembunyikan perselingkuhannya. Mengapa pria itu begitu kejam?

***


bersambung ....

jangan lupa love dan komen ya teman2

makasih

Instagram/Youtube: evathink

Ebook tamat tersedia di GOOGLE PLAY BUKU & KARYA KARSA

ORDER VERSI PDF pada EVATHINK: WA 08125517788

A Perfect Storm (Strongest) - TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang