Arsasa Clarisa Alexander, itu namaku aku biasa di sapa dengan sebutan Sasa, gadis yang selalu berpenampilan Nerd dan sering di bully memang mungkin itu nasib ku, sejak kecil aku di besarkan oleh tanta ku, ia sangat kejam dan egois, soal orang tuaku aku sama sekali tidak tahu, sebenarnya tanta ku itu bukan keluarga ku namun suaminya menemukanku saat masih bayi di depan rumahnya dan akhirnya mereka membesarkan ku.
Aku masih diam terpaku menatap pria itu yang pergi meninggalkan kelas, jujur aku tidak mengerti dengan apa yang terjadi. Ia mengatai ku, apa kesalahanku sejak ia masuk aku sama sekali tidak berbicara padanya dan bahkan menatapnya pun tidak, Astaga aku tidak bisa seperti ini lagi. Sebaiknya aku tidak perlu memikirkan pria itu, lagi pula ia bukan siapa-siapanya aku juga.
Akhirnya jam kulia ku sudah selesai, rasanya cacing-cacing dalam perutku sudah berdemo minta di isi, pagi tadi aku juga tidak sempat sarapan, akan lebih baik aku Kafetaria Untuk memesan makanan sambil menunggu Jam kulia Lody selesai. Dengan langkah pelan aku berjalan mencari tempat untuk duduk setelah mengambil pesananku, tempat di sini sudah sangat padat karena hampir semua mahasiswa sudah selesai dengan mata kulianya.
Mataku menatap sekeliling, ah akhirnya ada tempat kosong juga, dengan langkah yang sedikit di percepat aku mencoba mendekati tempat kosong tersebut.
Brukk
Astaga makananku pekikku
Aku menatap makanan ku yang sudah jatuh bersamaan denganku karena seseorang yang sengaja menyandungku, aku mendongkak dan menatap ulah siapa yang mengerjaiku.Jessi aku sudah lelah menghadapinya tidak di rumah dan kampus sama saja, aku selalu di bully, gadis itu Jessi ia tersenyum smirik menatapku.
"Ouch Kasihan makanan kamu" ucap Jessi menatapku, aku hanya diam, jika melawan akan lebih bermasalah lagi nantinya.
"Hei Jessi kenapa kau kasihan? Seharusnya suruh dia makan jangan membuang-buang makanan kan kasihan" seru Teman Jessi, Rittha jika tidak salah itu namanya.
"Kau benar Rittha, ia harus memakan makanan itu, tidak baik jika makanan di buang" ucapnya, kali ini aku hanya bisa pasrah.
"Kau dengar tidak, makan cepat" seru Rittha menatapku untuk menakan makanan yang tumpah di lantai, aku hanya diam dan tidak bergeming.
"Mana mungkin ia bisa makan, lihat ia bahkan tidak memiliki lauknya" sahut Tifani menimpali, Jessi mengambil sup Ikan miliknya dan menumpahinya di atas kepalaku, aku hanya bisa memejamkan mataku dan tidak berani menatap mereka.
"Oh ya Jessi bukannya dia juga penyebab Ian sampai meninggalkan kelas" tambah Tifany, apa lagi ini? Penyebabnya aku? Itu konyol, ia pergi karena kehendaknya sendiri bukan aku.
"Ck kau itu hanya anak buangan, karena kau tadi Ian sampai kesal melihat wajah culunmu itu" ucap Jessi kembali menyirami ku dengan sup ikan tadi
Entah kenapa Lody suda berada di depan ku, aku tersenyum tipis menatapnya, rasanya aku suda sedikit lega saat ia suda berada di sampingku. "Sasa kamu baik-baik saja?" tanya Lody menatap ku Khawatir, aku mengangguk pelan
"aku baik, jangan balas mereka Lody, biarkan saja" ucapku, Lody menatap tidak setujuh ke arahku
"Tapi Sa, aku tidak bisa terima Sahabatku di Bully seperti ini, sejak kecil kau selalu di perlakukan seperti ini, apa kau tidak Capek?" jujur aku juga sangat lelah Lody, sangat lelah sampai aku berharap agar aku bisa cepat mati dan tidak menderita seperti ini "Cukup Sa aku tidak bisa diam" aku hanya diam dan menatap Lody, gadis itu sudah sangat kesal dengan perlakuan mereka pada ku.
Lody Mengambil minuman di sampingnya kemudian menyiram Jessi dengan minuman itu "Ini balasannya" ucap Lody menatap tajam Jessi
Aku mencoba melerai pertengkaran mereka, namun Rittha tiba-tiba saja menarik rambut ku dan membuat aku meringis kesakitan, tiba-tiba ada yang menarik tanganku dan membuat aku secara refleks dahiku bertabrakan dengan dada pria yang menarikku, aku mendongkak dan menatap sosok yang menarik tanganku
"Kau" ucapku menatap pria di depanku, sedangkan ia hanya menatap ku datar tanpa ekspresi
"Hentikan ini, apa tidak ada tata krama pada kalian Ha" bentak pria itu membuat ku terdiam, Aura yang ia keluarkan sangat berbeda penuh dengan wibawa yang sangat kuat, aku hanya diam dan meninduk, jujur kali ini baru aku merasa seorang pria membela ku biasanya tidak ada satu pun yang mau membelaku selain Lody.
"Ck, kalian semua dari kalangan terhormat tapi sikap kalian, sangat menjijikan" lanjut Ian kemudian menarikku, aku hanya diam, pria yang tadi mengataiku kini ia menyelamatkanku, aku tidak percaya ini.
Aku kini berada UKS kampus, entah kenapa pikiran ku kosong dan aku hanya diam, tidak lama kemudian pintu terbuka dan menampakan teman ku Lody dan dua orang lainnnya Varrell dan Rara saudara kembar dari Ian, Lody menghampiriku dan memelukku.
"Aku sangat khawatir pada mu Sa" ucapnya
"Aku baik-baik saja, Lody" ucap ku tersenyum tipis
Ketiga saudara itu kelihatan sedang membicarakan sesuatu yang penting, tidak lama kemudian Ian bangun dari duduknya dan pergi meninggalkan tempat itu. Ia berdiri di ambang pintu dan berbalik menatap ku, kemudian ia keluar pergi meninggalkan kami sendiri.
"Em permisi, Kau Sasa kan?" tanya Rara mendekatiku, aku mengangguk
"Ya, ada apa?" tanya ku kembali
Rara tersenyum tipis menatapku dan Varrell juga, ada apa ini mengapa mereka berdua tersenyum dengan senyuman yang menurutku sangat aneh, Rara menggelengkan kepalanya.
"Em bukan apa-apa" jawabnya aku melirik jam tanganku dan kembali menatap Lody.
"Lody kita harus pergi sekarang" ucapku
🐺🐺🐺
Aku membawah mapan berisi makanan dan minuman pada seorang pelangan, aku dan Lody bekerja di Kafe sebagai pelayan. Dari kejauhan aku melihat Ian ia berada di tempat itu, tidak lama kemudian dua saudara kembarnya menghampirinya dan duduk bersama di dalam Kafe, tidak sengaja pandangan mata kami bertemu, ia menatapku namun aku memutuskan kontak mata itu dan memilih kembali ketempat ku.
Aku hendak kembali untuk mengambil pesanan lainnya namun tiba-tiba tangan ku di cekal oleh seorang pria paru baya yang berusia lebih dari ku.
"Maaf tuan, ada yang bisa saya bantu?" tanya ku ia bangun dari duduknya dan menatapku, aku hanya bisa memundurkan langkahku, ia mengangkat tangan dan membelai pipiku, mataku membulat saat ia memperlakukan seperti itu, aku mencoba mundur lagi namun ia menahan ku.
Astaga siapa pun tolong aku, aku sangat takut aku mencoba melepaskannya tangannya dari tanganku namun karena tenaganya yang lebih besar membuatku kesulitan."Tuan tolong lepaskan tanganku" pintaku
"Tidak. jika kau setujuh malam ini kau datang ke tempatku" ucapnya
Damn! Dia pikir aku wanita murahan apa. Tiba-tiba saja tubuhku di tarik paksa ke tubuh kekar seseorang, dahiku lagi-lagi menabrak bidang dada seseorang, rasanya kepalaku sangat sakit karena membentur tubuhnya yang kekar.
"Lepaskan tangan mu dari gadisku" ucap pria itu, aku mendongkak dan menatap terkejut Ian yang kini berdiri di sampingku, ucapannya terlihat penuh dengan amarah dan tidak ingin di bantah, hawa yang ia keluarkan juga tidak bersahabat.
Pria itu melepaskan tangannya dengan sangat cepat, sorot matanya ia terlihat sangat takut dengan sosok Ian di depannya.
"Maaf Tuan, aku tidak tau gadis ini wanita mu" ucapnya membuat aku terdiam. Tunggu dulu aku Wanitanya? Sejak kapan? Akan lebih baik aku diam saja.
"Mulai sekarang kerja sama kita aku putuskan, jangan mencoba untuk datang kepada kami" ucapnya membuat aku kaget, hanya demi aku ia memutuskan hubungan kerja dengan pria tua itu, apa aku sedang bermimpi.
TBC
![](https://img.wattpad.com/cover/202171787-288-k319433.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
📚My Mate Is Fake Nerd Girl📚
Manusia SerigalaSasa gadis Nerd adalah Mate dari Cristian, pria yang memiliki wajah bak pahatan dewa Yunani, berwajah Datar dan minim ekspresi, selalu bersikap dingin dengan orang-orang dan bahkan selalu di kejar oleh gadis-gadis cantik, apakah ia akan menerima Sas...