III.

1.9K 201 69
                                    

Tidur nyenyak Ana seketika terusik saat sinar matahari menyorot langsung ke wajahnya. Rasa panas secara perlahan membuat wajahnya tidak nyaman dan dalam hati dia menggerundel sebab terbangun dengan cara yang sangat tidak menyenangkan. Biasanya, meski bangun sesiang apa pun, sinar matahari tidak akan masuk ke dalam kamar sebab wanita itu selalu menutup gorden dengan rapat. Namun, pagi ini justru sinar matahari itu mengganggu tidurnya.

Ana membuka mata secara perlahan dan keningnya kontan berkerut sebab silau oleh sinar matahari. Dia berdecak kesal seraya membalik badan untuk membelakangi matahari dan secara tiba-tiba matanya membola saat mendapati Jaehyun sedang berbaring di sampingnya dan memberikan sapaan berupa senyuman yang sangat menawan.

Kelopak mata Ana mengerjap berkali-kali sebab dia masih tidak percaya jika Jaehyun ada di hadapannya. Dia berusaha mengumpulkan nyawa dengan cepat agar bisa benar-benar yakin bahwa Jaehyun memang sedang bersamanya.

"Kau yang membuka gorden?" tanya Ana dengan suara parau.

Jaehyun mengangguk pelan seraya merapikan anak rambut Ana yang berantakan.

"Kapan ke sini?"

"Sekitar satu jam lalu. Aku menunggumu bangun, tetapi kau begitu lelap. Akhirnya aku membuka gorden supaya kau bangun," balas Jaehyun diakhiri kekehan.

Rasa kesal di hati Ana seketika sirna hanya karena melihat wajah Jaehyun. pria yang sudah cukup lama tidak menemuinya ternyata memang benar-benar ada di hadapannya. Ana kemudian beringsut mendekati Jaehyun dan memeluk pria itu dengan erat. Aroma maskulin yang Ana hirup membuat hatinya berdebar kencang disertai ribuan kupu-kupu yang terasa beterbangan di perut. Ana benar-benar merindukan Jaehyun dan rindunya kini terobati.

"Aku merindukanmu," ujar Jaehyun seraya balas memeluk Ana.

Kedua sudut bibir Ana makin mengembang. Rasa bahagia makin meluap dan bisa dipastikan hari ini akan menjadi hari paling indah sebab pagi harinya diawali dengan hal paling membahagiakan.

"Ana."

Kepala Ana mendongak dan tatapannya kembali beradu dengan Jaehyun. Sorot mata yang Jaehyun pancarkan selalu meneduhkan dan candu, layaknya obat penenang yang dibutuhkan saat hati risau. Ana masih tidak paham, mengapa bisa ada manusia setampan Jaehyun? Aura yang Jaehyun pancarkan pun begitu kuat hingga membuat siapa saja akan terpesona dan luluh dalam sekejap mata.

"Aku ingin mengajakmu keluar, tetapi aku mengantuk," lanjut Jaehyun.

Kening Ana berkerut dan tubuhnya secara perlahan didorong oleh Jaehyun agar melepas pelukan. "Sekarang masih pagi dan kau mengantuk? Apa yang kau lakukan semalam?" tanya Ana bingung.

"Aku baru pulang jam empat pagi dan baru tidur selama dua jam," jawab Jaehyun seraya mengubah posisi tidur. Jika tadi Ana yang memeluk Jaehyun, kali ini kebalikannya. Jaehyun beringsut mendekati Ana dan menenggelamkan wajah di dada wanita itu setelah menjadikan tangan kanan Ana sebagai bantal. Tangan Ana yang satu lagi pun dia angkat dan diarahkan ke kepalanya, meminta untuk diusap.

Denyut nyeri secara tiba-tiba menjalar di hati Ana. Pikirannya menerawang jauh, memikirkan apa yang Jaehyun lakukan sampai pria itu baru pulang pukul empat pagi.

"Apa yang kau lakukan semalaman?" Ana tidak ingin mendengar jawaban yang membuatnya sakit hati, tetapi pertanyaan itu secara tidak sengaja keluar dari mulutnya.

"Aku lembur. Pekerjaanku kemarin sangat banyak dan selama tiga hari selalu pulang larut malam."

Perasaan lega menghampiri hati Ana dan dia mengembuskan napas panjang sambil memejamkan mata. Ketakutan akan hal yang dia pikirkan ternyata tidak terjadi. Tuduhan tidak berdasar, yang beranggapan jika Jaehyun bermain dengan salah satu jalang di klub malam pun terbantahkan oleh ucapan pria itu.

Unspoken TruthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang