Pagi yang sangat cerah membuat Ana merasa lebih segar. Semalam, dia sulit tidur akibat memikirkan Jaehyun yang hari ini mengajaknya bertemu kembali. Perasaan gelisah terus menemani sepanjang malam hingga membuatnya tidak bisa terlelap. Wanita itu terus merutuk sebab tubuhnya membutuhkan istirahat, tetapi rasa kantuk tidak kunjung datang. Butuh waktu lama bagi Ana sampai akhirnya bisa tidur. Wanita itu terlelap saat hari hampir pagi.
Suara denting lift terdengar bersamaan dengan suara Althan yang terdengar dari seberang telepon. Ana keluar dari lift, lalu berjalan menuju lobi hotel seraya bicara dengan anaknya.
"Mama mau pergi dulu sebentar. Kalian harus udah ada di hotel jam satu. Mama pergi sekarang," tutur Ana kepada Althan, lalu mematikan sambungan tanpa mendengar anaknya menjawab.
Ana mempercepat langkah kaki sebab jam sudah menunjukkan pukul sembilan. Sesuai janji tadi malam, Jaehyun akan menjemputnya pukul sembilan dan benar saja pria itu sudah ada di hotel, sedang duduk di sofa sambil memainkan ponsel.
"Sudah menunggu lama?"
Suara Ana membuat Jaehyun mendongak dan refleks tersenyum. Pria itu kemudian berdiri dan menggeleng pelan. "Sekitar lima belas menit."
"Kenapa datang lebih awal?"
"Aku tidak sabar ingin segera bertemu denganmu."
Senyum yang mengembang di wajah Jaehyun menular kepada Ana. Wanita itu ikut tersenyum disertai pipi yang terasa menghangat dan debar jantungnya seketika bekerja lebih cepat.
Berneda dengan kemarin, Ana merasa lebih nyaman bicara dengan Jaehyun sebab keduanya mengobrol menggunakan bahasa Korea. Kemarin, Ana merasa aneh sebab tidak terbiasa melihat Jaehyun bicara menggunakan bahasa Indonesia.
Keduanya kemudian berjalan menuju tempat parkir dan segera menaiki mobil Jaehyun. Ana tidak tahu ke mana pria itu akan membawanya sebab Jaehyun tidak mengatakan apa-apa, begitu pun dengannya, tidak berniat menanyakan tujuan pria itu.
"Bisa temani aku makan sebentar? Aku belum sarapan." Jaehyun membuka percakapan, tidak lama setelah keduanya menjauhi hotel.
Ana refleks menoleh dan menatap Jaehyun dengan dahi berkerut. "Sekarang sudah jam sembilan dan kau belum sarapan? Apa saja yang kau lakukan tadi pagi?"
Kedua sudut bibir Jaehyun terangkat dan dia menunjukkan cengiran kepada Ana. Gaya marah wanita itu ternyata tidak berubah sama sekali.
"Aku tidak bisa tidur semalaman karena terlalu bahagia bertemu denganmu," jawab Jaehyun seraya kembali memokuskan pandangan ke jalan yang sedang dilalui. "Aku baru bisa tidur jam lima pagi dan bangun jam delapan. Aku tidak sempat sarapan karena takut telat menjemputmu."
Ana pikir, hanya dia yang tidak bisa tidur, ternyata pria di sampingnya pun sama. Hanya saja, keduanya berada dalam keadaan yang berbeda. Jarhyun tidak bisa tidur karena terlalu bahagia bertemu Ana, sedangkan wanita itu bingung dengan keputusannya yang menerima ajakan Jaehyun untuk bertemu kembali.
"Cari tempat makan dulu," titah Ana ketus.
Tidak ada percakapan lagi antara dua insan itu sebab Jaehyun menepikan mobil di pinggir jalan tidak lama setelah Ana menyuruhnya mencari tempat makan. Pria itu membawa Ana ke sebuah kedai sederhana pinggir jalan yang dulu sering mereka kunjungi untuk sarapan di hari libur. Untuk kedua kalinya, Jaehyun membawa Ana ke tempat yang memiliki kenangan bagi keduanya.
Ana kemudian memasuki kedai dan duduk di salah satu kursi sambil menunggu Jaehyun memesan makanan. Ana memperhatikan sekeliling dan ingatannya lagi-lagi dibawa ke masa lalu. Tempat itu sudah banyak berubah, tetapi tidak dengan kenangannya.
Suara derit kursi yang ditarik membuat Ana mengalihkan perhatian kepada Jaehyun yang baru saja duduk. Pria itu duduk tepat di hadapannya dan langsung bertopang dagu sambil menatap Ana begitu dalam. Wanita itu tentu merasa malu ditatap seintens itu oleh Jaehyun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unspoken Truth
Fiksi PenggemarAnastasia series [0.0.1] Ana-Jaehyun Mature Content! ----- Mencintai seorang pria tampan yang menjadi incaran banyak wanita tidaklah mudah. Ana patut berbangga dri karena menjadi satu-satunya wanita yang dekat dengan Jung Jaehyun. Namun, menjadi wan...