V.

1.5K 183 29
                                    

Rindu yang sudah ditahan selama empat hari makin menjalar, menyalurkan rasa sakit yang teramat hebat di dada. Degup jantung bergemuruh kencang layaknya baru saja lari ribuan kilo meter. Tanpa terasa, air mata mulai menetes di pipi Ana. Sudah empat hari Jaehyun pergi ke Jepang, selama itu pula Ana merasakan sakitnya menahan rindu.

Di saat sedang gundah, Ana selalu pergi ke Sungai Han. Hanya tempat itu yang bisa membuatnya merasa tenang. Cuaca yang cukup mendung tidak membuat tempat itu sepi, justru makin banyak yang berdatangan.

"Queen."

Suara yang sangat tidak asing tiba-tiba terdengar di telinga Ana. Tangannya segera menghapus air mata di pipi dan menoleh ke sumber suara. Untuk kesekian kalinya, wanita itu bertemu Mingyu di Sungai Han.

"Oppa," sapa Ana balik.

"Cuaca sedang mendung, sebentar lagi akan turun hujan. Kenapa masih diam di sini?" tanya Mingyu setelah Ana mempersilakannya duduk.

"Masih ingin menikmati pemandangan di sini," jawab Ana. "Sepertinya kita cukup sering bertemu di sini. Oppa memang sering ke sini?"

Rasa penasaran tiba-tiba muncul di hati Ana sebab sudah lebih dari tiga kali dia bertemu dengan Mingyu di tempat itu.

Aku memang sering ke sini karena tahu kau sering ke sini, batin Mingyu. "Mungkin kebetulan saat kau di sini, aku pun ke sini."

Mingyu sangat pandai berbohong. Faktanya, setiap hari dia selalu dengan sengaja menyempatkan diri untuk mengunjungi Sungai Han untuk mencari keberadaan Ana. Terkadang, pria itu hanya menatap Ana dari kejauhan sebab tidak ingin membuat Ana tidak nyaman karena terlalu sering bertemu dengannya.

"Kenapa sering ke sini?"

"Jalan ke rumahku melewati sungai ini, jadi aku sesekali mampir." Lagi, Mingyu berbohong, padahal kenyataannya bukan seperti itu. "Kau sendiri kenapa sering ke tempat ini? Sungai Han dan apartemenmu berbeda arah dari kantormu."

"Aku suka tempat ini."

"Apa yang kau lakukan di sini?"

"Hanya duduk, melihat anak-anak yang berlarian, melihat aliran sungai yang tenang, dan menenangkan hati," jawab Ana sangat pelan saat mengucapkan kalimat terakhir.

Meski pelan, Mingyu masih bisa mendengar ucapan Ana. Pria itu sedikit tidak terima mendengar kalimat itu keluar dari bibir wanita yang dia cintai. Mingyu mencintai Ana? Ya, dia mencintai wanita itu dan entah sejak kapan perasaan itu muncul. Rasa itu tiba-tiba hadir tanpa permisi. Awalnya, Mingyu hanya menganggap itu sebagai kekaguman semata, tetapi makin hari, perasaan itu makin tak terbendung, membuatnya sadar jika dia mencintai wanita di sampingnya.

Ana sangat mencintai Jaehyun dan Mingyu sadar dia tidak akan bisa dengan mudah membuat Ana berpaling dari pria bodoh sejenis Jung Jaehyun yang tidak pernah mau mengakui perasaannya terhadap Ana. Selama ini, Mingyu selalu berusaha untuk membuat Ana melihat keberadaannya walau hanya sekilas. Pria itu selalu memanfaatkan kesempatan saat Jaehyun tidak ada untuk menemui Ana lebih sering.

"Huh? Hujan?" Ana menadahkan tangan dan mendongak, menatap langit yang secara perlahan menjatuhkan bulir air.

Hujan yang tiba-tiba deras membuat Mingyu terpaksa menarik tangan Ana dan menyeretnya berlari menuju sebuah toko yang berada tidak jauh dari tempat duduk mereka. Mereka berteduh di toko, sayangnya beberapa orang sudah terlebih dulu berada di sana, membuat keduanya harus berteduh di bagian paling pinggir.

"Oppa, aku masih kehujanan," tutur Ana seraya merapatkan badannya kepada Mingyu akibat aliran air yang jatuh dari talang mengenai bahu kirinya.

Melihat Ana yang hampir tidak terlindungi dari hujan, membuat Mingyu terpaksa menarik wanita itu dan memeluknya hingga membuat Ana terkejut karena perlakuannya yang tiba-tiba.

Unspoken TruthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang