Extra Part

1.6K 128 25
                                    

Part ini panjang banget. Semoga kalian nggak bosen bacanya.

Selamat membaca ❤️


⚘️⚘️⚘️⚘️⚘️



Setelah lebih dari dua puluh tahun, akhirnya kedua kaki Ana kembali menginjak negara yang dulu sempat menjadi tempatnya menimba ilmu. Hari ini, wanita itu menghadiri wisuda salah satu anaknya di kampus yang sama dengannya dulu. Althan memilih kuliah di Korea karena ingin mengikuti jejak ibunya yang kuliah di luar negeri dan pilihannya jatuh di kampus yang sama dengan Ana. Tentu bukan perkara mudah bagi anak itu untuk bisa kuliah di luar negeri, khususnya Korea, sebab banyak rintangan yang harus dilalui, salah satunya izin dari Ana.

Rasa haru seketika menghampiri Ana saat melihat anaknya dari layar besar sedang berjalan ke depan dan berhadapan dengan rektor yang memindahkan tali toganya. Senyum bahagia terpancar di wajah anak itu dan seketika air mata menggenang di pelupuk mata Ana. Wanita itu bangga terhadap anaknya yang bisa menyelesaikan kuliah tepat waktu.

"Mama kenapa?"

Suara Alrik membuat Ana menoleh. Wanita itu tersenyum saat mendapati anaknya yang lain menatapnya dengan bingung, lalu menggeleng pelan seraya mengusap air mata yang luruh membasahi pipi. "Nggak kenapa-napa. Mama terharu dan bangga sama Althan. Akhirnya dia wisuda."

"Nanti pas aku wisuda, Mama bakalan nangis juga?"

"Emang kamu mau wisuda? Kuliah aja nggak bener, masih sering bolos," balas Ana, sengaja menyentil Alrik.

Memiliki dua anak kembar identik ternyata tidak menjamin sifatnya akan sama. Hal itu dialami oleh Ana, memiliki dua anak laki-laki dengan kepribadian yang bertolak berlakang. Alrik sedikit berbeda dengan Althan. Dalam urusan pendidikan, Althan merupakan anak yang rajin dan pintar, sedangkan Alrik kebalikannya. Alrik lebih malas dibanding kembarannya meski tingkat kepintaran mereka hampir sama. Juga, Alrik sedikit lebih nakal dibanding Althan.

"Mama nggak mau lihat aku wisuda?"

"Makanya kuliah yang bener, jangan sering bolos. Emang nggak bosen tiap semester ketemu dosen yang sama? Mama kasian sama dosen kamu, pasti gumoh lihat kamu sepanjang tahun."

Alrik berdecak kesal dan tidak menanggapi lagi ucapan ibunya. Dia sedikit kesal sebab diberi ceramah panjang lebar meski memang salahnya sendiri yang memancing ibunya mengeluarkan kalimat-kalimat bernada sentilan.

Acara wisuda akhirnya selesai dan sekarang para wisudawan diperbolehkan menemui keluarganya di depan aula. Ana dan Alrik menanti kedatangan Althan dengan senyum yang terus mengembang di wajah sambil matanya terus memperhatikan setiap wisudawan yang keluar dari tempat berlansungnya acara. Mereka tidak sabar bertemu dengan Althan dan ingin segera memberi ucapan selamat atas wisudanya.

"Mama!"

Lambaian tangan disertai panggilan dari Althan membuat senyum di wajah Ana makin mengembang. Rasa haru kembali menjalar di hati saat melihat anaknya menghampiri dan dengan segera berhambur memeluknya. Lagi, air mata menggenang di pelupuk mata dan kali ini Ana tidak bisa menahannya. Air matanya jatuh begitu deras sebab dia begitu bahagia dan bangga terhadap anaknya.

"Selamat, Sayang. Mama bangga sama kamu," tutur Ana seraya mengusap punggung Althan.

Althan melepas pelukan dan tersenyum saat mendapati ibunya menangis. Kedua tangannya kemudian menangkup pipi Ana dan mengusap air matanya menggunakan ibu jari. "Makasih, Ma. Ini juga berkat doa Mama.

"Selamat buat wisudanya," tutur Alrik, yang secara otomatis membuat kontak mata Ana dan Althan terputus.

Althan kemudian beralih menatap Alrik dan keduanya berpelukan. "Makasih. Lu nggak iri sama gue? Lu denger barusan Mama bilang bangga sama gue, kan?"

Unspoken TruthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang