XX.

1.3K 143 31
                                    

Setelah lebih dari seminggu tinggal di apartemen Ana, akhirnya Jaehyun memutuskan untuk pulang. Pria itu akhirnya ingat memiliki rumah sendiri dan istri. Namun, istrinya tidak pernah menanyakan keberadaannya. Veronica begitu tak acuh terhadap Jaehyun meski pria itu tidak pulang selama berhari-hari. Hal itu tentu saja karena Veronica juga jarang pulang ke rumah. Para pelayan dapat menghitung dengan jari berapa kali wanita itu tidur di rumah. Namun, Jaehyun tidak mempermasalahkan hal itu sebab dia sudah sangat lelah dengan memikirkan Ana.

Kasur berukuran besar yang terasa dingin seketika terasa di permukaan kulit saat Jaehyun membaringkan tubuh di atasnya. Kedua matanya menatap langit-langit kamar dengan pandangan menerawang. Kamar yang sudah sangat lama tidak dia tiduri itu terasa begitu asing dan tidak nyaman, sangat jauh berbeda dengan apartemen Ana yang jauh lebih kecil dibanding kamarnya.

Helaan napas panjang terdengar seiring Jaehyun yang bangun dari posisi tidurnya. Terlihat wajah pria itu begitu kusut karena lelah. Bukan hanya lelah fisik yang dirasakan, tetapi batin juga. Kesalahannya terhadap Ana yang membuatnya seperti itu, menyesal tiada henti dan terus-menerus memikirkan keberadaan wanita itu. Kepergian Ana membuat Jaehyun seperti orang yang hilang arah dan tujuan. Pria itu pun tidak pernah memikirkan diri sendiri. Berat badannya turun drastis dan penampilannya sangat tidak mencerminkan seorang Jung Jaehyun.

Jaehyun kembali menghela napas panjang, lalu berjalan menuju walk in closet. Dia hendak mengemas beberapa pakaian yang akan dibawa ke apartemen Ana. Pria itu memutuskan untuk tinggal di apartemen wanita itu sebab hanya di tempat itu dia bisa merasakan keberadaan Ana meski wanita itu sudah tidak ada.

Saat memasuki walk in closet, hal pertama yang Jaehyun lihat adalah sebuah botol obat yang tergeletak di lantai dan isinya berceceran. Pria itu berjalan mendekati obat itu, lalu meraihnya. Pikirnya, obat itu milik Veronica sebab dia tidak pernah mengeluarkan obat. Namun, ada yang sedikit mengganggu pikirannya, yaitu obat itu tergeletak jauh dari tempat penyimpanan obat, yang biasanya disimpan di meja rias.

Nama obat yang tertera di botol itu begitu asing bagi Jaehyun sebab dia memang tidak tahu jenis-jenis obat. Namun, hal itu justru membuatnya penasaran. Pria itu justru dengan segera membuka ponsel dan mencari nama obat itu di sebuah situs pencarian dan seketika raut wajahnya berubah mengeras setelah mengetahui kegunaan obat itu. Tanpa berpikir panjang, Jaehyun segera menghubungi Veronica untuk memastikan obat tersebut.

"Jaehyun," sapa Veronica langsung setelah panggilan Jaehyun diangkat. "Kau di mana? Kenapa tidak pernah pulang? Aku merindukanmu."

Jaehyun mendengkus sambil tersenyum miring setelah mendengar ucapan Veronica. Wanita itu pandai berakting dan mengatakan merindukannya, padahal selama seminggu kemarin tidak pernah menanyakan kabarnya sama sekali.

"Di mana?" tanya Jaehyun datar.

"Aku sedang dalam perjalanan pulang."

"Bagus. Aku tunggu di rumah."

"Kau ada di rumah?" Terdengar suara Veronica begitu antusias. "Sebentar lagi aku tiba di rumah. Aku tidak sabar ingin segera bertemu denganmu."

Jaehyun memutus sambungan sepihak, lalu berjalan keluar kamar. Sama seperti Veronica, pria itu pun tidak sabar ingin segera bertemu dengan istrinya. Bukan karena rindu yang ingin segera diobati, tetapi karena rasa penasaran yang harus segera dihilangkan.

Berselang setengah jam kemudian, Jaehyun yang sedang menunggu di ruang tamu mendengar suara deru mesin mobil di teras rumah. Dia beranjak dari kursi dan tidak lama kemudian muncul sosok Veronica. Raut wajah pria itu begitu datar, sangat bertolak belakang dengan ekspresi istrinya yang tampak semringah.

"Jaehyun, aku merindukanmu," tutur Veronica seraya berhambur memeluk suaminya. Senyum cerah terus wanita itu tunjukkan, tetapi sedikit pudar saat Jaehyun melepas paksa pelukan dan mendorong tubuhnya hingga mundur beberapa langkah.

Unspoken TruthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang