XXI.

1.4K 142 45
                                    

Pagi yang cerah berbanding terbalik dengan hati Ana yang mendung. Berada di tengah hiruk-pikuk orang-orang yang sibuk dengan kegiatan paginya tidak lantas membuat wanita itu merasa senang. Kesepian seolah menjadi teman sehari-harinya meski berada di tengah keramaian. Berjalan di tengah-tengah orang pun terasa seperti sedang sendirian. Ana merasa jika tidak ada orang yang peduli terhadap keberadaannya dan kenyataannya memang seperti itu.

Tangan kanan Ana bergerak mengusap perutnya yang membuncit saat dirasa ada pergerakan. Usia kandungannya kini sudah memasuki lima bulan dan kedua anaknya selalu bergerak aktif di dalam perut.

"Kalian pasti nggak sabar pengen cepet-cepet ketemu kakek sama nenek, kan? Sebentar lagi kalian akan ketemu mereka. Maaf kalau selama perjalanan merasa nggak nyaman. Mama harap kalian bersabar."

Saat ini, Ana berada di dalam pesawat, sedang dalam perjalanan menuju Indonesia. Setelah meninggalkan Seoul, Ana tinggal di Busan selama beberapa waktu dan hari ini memutuskan untuk pulang ke negara kelahirannya. Banyak hal yang Ana pertimbangkan sebelum akhirnya memilih pulang ke Indonesia, salah satunya tidak yakin bisa membesarkan kedua anaknya di Korea. Di negara itu, dia tidak memiliki keluarga dan pastinya akan sedikit repot mengurus dua bayi sekaligus tanpa adanya bantuan. Meski Ana tidak yakin di Indonesia akan ada yang membantu mengurus anaknya nanti, setidaknya dia merasa nyaman berada di tanah kelahirannya.

Ana menatap keluar jendela, memperhatikan kota Seoul dari atas, tempat yang beberapa tahun terakhir ini dia tinggali. Perasaan sedih, bahagia, sedih, menyesal, kecewa, dan marah bercampur menjadi satu kala mengingat berbagai kenangan selama tinggal di sana. Di negara itu Ana menemukan cintanya, di negara itu pula dia dikecewakan oleh cintanya.

"Mingyu Oppa, terima kasih sudah menjagaku selama di sini. Kebaikanmu tidak akan pernah aku lupakan dan maaf karena aku tidak bisa membalasnya. Aku harap Oppa segera menemukan wanita yang tepat untuk mengisi hatimu," tutur Ana pelan.

Kenangan bersama Mingyu memang tidak banyak, tetapi hampir semua hal yang terjadi bersama pria itu berkesan di hati Ana. Segala bentuk perhatian yang Mingyu berikan membuat Ana merasa begitu disayangi dan dicintai, sayangnya dia tidak bisa membalas kebaikan Mingyu. Ana sadar, selama saling mengenal, justru dia yang paling banyak menorehkan luka di hati pria itu. Mingyu layaknya penyembuh bagi Ana, tetapi wanita itu justru menjadi alasan Mingyu sakit hati.

"Terima kasih sudah menghadirkan rasa cinta di hatiku, Jaehyun. meski akhirnya aku dikecewakan, kau akan tetap menjadi pria istimewa yang paling aku cintai. Semoga kehidupan bersama istri dan anakmu selalu diberi kebahagiaan. Juga, terima kasih sudah menghadirkan bayi kembar di hidupku."

Air mata menggenang di pelupuk mata disertai rasa sakit yang menghantam dada saat mengingat Jaehyun. Tidak akan mudah bagi Ana melupakan perasaan terhadap pria itu, terlebih dengan adanya dua bayi di perutnya akan selalu membuatnya mengingat Jaehyun. kehadiran mereka seolah menjadi hukuman bagi Ana, yang hingga kapan pun tidak akan pernah bisa melupakan Jaehyun. Namun, Ana tidak menyesali kehadiran kedua anaknya sebab hanya mereka yang menjadi penyemangat di saat tidak ada lagi yang peduli terhadapnya.

Rasanya begitu berat pergi dari Korea, terlebih tanpa pamit terlebih dulu kepada Jaehyun dan Mingyu. Banyak kenangan indah yang Ana lalui di sana, tetapi tidak sedikit pula kenangan pahit yang dia terima. Luka yang Jaehyun torehkan membuatnya terpaksa meninggalkan negara itu dengan perasaan yang hancur berkeping-keping dan sudah saatnya dia menyembuhkan luka itu.

Akhirnya, perjalanan selama hampir sepuluh jam membawa Ana mendarat di tanah kelahirannya. Suasana hangat kota Jakarta seolah menyambut kedatangannya dan pemandangan yang sangat dia rindukan itu sedikit demi sedikit membuat hatinya merasa bahagia. Berbeda saat masih di Korea, Ana justru merasa begitu senang berada di tengah-tengah lalu-lalang orang dan tidak merasa sendirian lagi.

Unspoken TruthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang