Part 3

637 36 2
                                    

Yudha

Berulang kali aku mencoba untuk menghubungi ponsel Adelia, tidak ada jawaban. Sejak 3 jam yang lalu hingga sekarang, mungkin sudah lebih 20 kali aku menelponnya.


"Bang, gimana tadi pasien yang di lantai 8?" tanya Dokter Leo. Aku menyimpan ponselku ke saku celana. Segera aku melaporkan tentang kondisi pasien terakhir, walaupun pikiranku masih pada Adelia. Selesai handover, aku segera kembali mencoba menghubungi Adelia. Nihil, masih juga tidak diangkat. Tidak ada cara lain, aku mencoba menghubungi rumah.


"Halo" aku mendengar suara Bi Murni, bibi yang mengurus rumah.


"Bi, ini saya Yudha. Bi, Adelia dimana ya? Ada dirumah Bi? Dari tadi saya hubungi enggak bisa" tanyaku sambil memasukkan barang-barangku ke tas.


"Oh itu mas Yudha. Mbak Adelia sepertinya sakit mas, belum bangun dan sarapan mas dari tadi" jawaban Bi Murni membuat jantungku berdengup dengan kencang. Adelia kenapa? Tadi malam sepertinya baik-baik saja.


"Makasi ya Bi. Ini saya segera pulang ya" kataku. Setelah mematikan panggilan itu, aku segera melangkahkan kaki keluar dan segera meninggalkan rumah sakit. Meskipun jarak rumah dan rumah sakit cukup jauh, aku tidak peduli jika nanti pinggangku akan sakit karena menggunakan ojek untuk pulang. Yang penting segera sampai dirumah.


Sesampainya dirumah, aku segera masuk ke kamar. Aku melihat Adelia masih tertidur. Aku melihat bubur di atas meja sebelah tempat tidur tinggal setengah, mungkin Adelia sempat terbangun dan sarapan. Aku mendekat pada Adelia, memegang lehernya, meraba apakah ia demam. Aku merasakan hangat. Adelia membuka matanya perlahan, terlihat terkejut ketika melihatku.


"Eh, Mas? Aduh jam berapa ini?" ia meraba tempat tidur, dan mengambil ponselnya.


"Mas, maaf aku ketiduran. Aku lupa jemput mas. Maaf..."aku menghentikan ketika ia mulai berniat untuk bangkit dari tempat tidur. Aku memegang pipinya.


"Enggak apa-apa, sayang. Mas masih bisa pulang sendiri. Kamu ini yang harusnya dikhawatirin, kenapa bisa hangat gini? Yang mana yang sakit?" kataku sambil tersenyum. Adelia kembali membalas senyumku.


"Kamu enggak bisa tidur ya tadi malam? Mata kamu merah gini? Demam lagi. Uda minum obat?" tanyaku lagi. Ia menggangguk.


"Yauda, istirahat ya. Mas mau mandi dulu." kataku sambil kembali menidurkan Adelia. Aku kembali menarik selimut untuknya, memberikan kecupan di dahinya. Lalu, aku segera turun ke dapur untuk mengantar mangkuk bubur Adelia yang di kamar tadi.


"Bapak sama ibu kemana, Bi?" tanyaku pada Bi Murni yang sedang mencuci sayuran. Aku merasakan rumah lebih sepi dari biasanya.


"Pergi ke Siantar, dari sebelum subuh tadi mas. Katanya ada teman bapak yang meninggal." jawab Bi Murni sambil menerima mangkuk yang kuberikan.


"Pulang hari ini juga, Bi?" tanyaku lagi.


Holding OnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang