Part 6

474 22 0
                                    

Yudha

Aku terbangun karena bunyi alarm dari ponsel Adelia. Tetapi aku tidak melihatnya ketika aku membuka mata. Kemana Adelia, gumamku. Aku meraih ponselnya yang terletak di nakas sebelah tempat tidur, mematikan alarm.

Tepat ketika alarm itu mati, aku melihat wallpaper di ponselnya. Foto kami berdua ketika di Pantai Kuta, Bali. Dengan latar belakang sunset, Adelia merebahkan kepalanya di dadaku dan aku memeluknya. Kami sama-sama tersenyum lebar di foto itu. Foto itu diambil seminggu setelah aku dan Adelia menikah, sebelum kami pindah ke Medan. Aku memikirkan betapa bahagianya kami saat itu. Sekarang, kemana bahagia itu?

Aku kembali melihat sekeliling. Tidak ada Adelia. Lampu kamar mandi juga mati yang artinya Adelia tidak ada disana. Kemana ia?

Aku duduk di pinggir tempat tidur sambil memikirkan pertengkaran kami kemarin di rumah sakit. Kini, aku merasa bodoh karena tersulut emosi. Aku semakin malu karena ada Adil sebagai saksi dari pertengkaran itu. Melihat ekspresi wajahnya kemarin, aku merasa ia tidak segan memukulku jika sampai tanganku sukses melayang pada Adelia. Ah, so stupid, gumamku. Aku tidak bisa berhenti memikirkan kebodohanku sampai jam jagaku selesai kemarin. Aku memilih istirahat di rumah sakit sampai malam. Ketika aku sampai rumah, aku sudah melihat Adelia tidur. Ya, aku memang menghindari untuk berbicara dengan Adelia. Mungkin ini yang terbaik saat ini.

Ku gerakkan tubuhku dengan malas ke kamar mandi. Lebih baik aku segera untuk bersiap-siap bekerja. Mandi dan bersiap untuk berangkat. Aku tidak ingin menambah masalah dalam hidupku dengan terlambat.

Aku melihat Adelia sedang duduk bersama mama ketika aku turun dari kamar. Yang baru aku sadari, ternyata ia sudah siap dengan seragamnya. Ia masuk pagi juga hari ini? Bukannya libur? Gumamku.

"Sarapan dulu, mas" kata Adelia. Aku melihat ia tersenyum padaku sekilas. Ia mengambilkan nasi pada piringku.

"Adelia udah sarapan sama mama tadi. Adelia mau ambil ponsel dulu di kamar" katanya ketika aku hanya menatap piring yang di serahkannya. Setelah aku menerima piring itu, Adelia segera berlalu ke kamar. Aku kini melihat mama sedang sibuk dengan telepon yang tadi berdering. Oke, aku sarapan sendiri.

Adelia turun dari kamar ketika aku selesai sarapan. Aku memperhatikannya mengambil tasnya di atas sofa.

"Enggak libur hari ini?" kataku memecah diam selama beberapa saat tadi.

"Harusnya. Tapi tukaran besok baru libur. Soalnya besok kepala ruangan kan enggak masuk. Hari ini masuk biar bisa dinas sama kepala ruangan" jawabnya sambil membereskan barang-barangnya, tanpa melihat ke arahku.

"Berangkat sekarang?" tanyanya. Masih tidak menatapku. Oke, ini terlalu canggung untuk suami istri bukan? Tetapi aku hanya mengangguk dan meraih kunci mobil.

Kami berangkat setelah pamit dengan mama dan papa. Didalam mobil, aku dan Adelia hanya diam sampai di rumah sakit. Tidak satupun dari kami yang membuka percakapan.

"Duluan mas" kata Adelia ketika lift sudah sampai di lantai 2. Adelia melangkah keluar.

"Nanti, pulang bareng?" kataku sambil menahan pintu lift agar tetap terbuka. Adelia kembali berbalik menatapku. Tanpa kata-kata, ia hanya mengangguk dan kembali berjalan masuk keruang NICU. Adelia pun tidak terlihat lagi ketika pintu lift tertutup sempurna.

**

Aku kembali minta ditugaskan di IGD. Ternyata hari ini di IGD cukup sibuk, tidak seperti kemarin. Sialnya, ada pasien riwayat CKD dengan sesak berat. Setelah konsultasi, akhirnya di putuskan pasien akan di rawat di ICU. Aku pun yang membawa pasien itu langsung ke ICU.

Holding OnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang