CL•3 | Jodoh Impian Anna

9.4K 684 28
                                    

Selamat datang di chapter 3(◍•ᴗ•◍)

Happy Reading ❤️

______

Setelah diberitahu oleh salah satu penjaga jika Veizy ingin berbicara dengannya, Danzel langsung menghampiri sepupunya itu.

"Ada apa?" Veizy menoleh saat mendengar suara Danzel. Ia tersenyum tipis seraya mendekati pria itu.

Cup

Danzel tak protes saat Veizy mengecup pipinya. Ia sudah menganggap gadis itu sudah seperti adiknya.

"Tidak ada apa-apa. Aku hanya merindukan pria dingin di depanku ini" ujar Veizy dengan senyuman lebar di wajahnya.

Tak ada tanggapan dari Danzel. Tersenyum tipis pun tidak. Dan Veizy memaklumi sifat pria di depannya ini. Mereka berdua berjalan di sepanjang koridor istana.

'Dia memang sangat dingin. Bahkan melebihi paman Kenzie yang katanya terkenal sangat dingin dulunya' Batin Veizy menahan senyum di wajahnya dengan mengulum bibirnya.

"Ck!" decak Danzel.

Pria itu memilih beranjak meninggalkan Veizy yang kini menatap punggungnya dengan tak percaya. Dengan langkah yang berusaha ia perlebar, Veizy menyamakan langkahnya dengan Danzel.

Hanya keheningan disepanjang langkah yang mereka lewati.

"Ummm... Dimana Daniel?" Tanya Veizy setelah mengumpulkan keberaniannya untuk mengeluarkan pertanyaan tersebut. Karena diam terus jadi ia merasa canggung.

"Manusia" ujar Danzel singkat. Untungnya Veizy mengerti ucapan singkat pria itu. Veizy mengernyit mengingat Daniel sering sekali ke dunia manusia.

'Apa dia menyukai seorang manusia sekarang? Hingga membuatnya betah di sana?'

"Ck!" Decak Veizy kesal karena pemikirannya sendiri.

"Daniel hanya menyukai bisnisnya" seru Danzel tiba-tiba.

Veizy menghembuskan nafasnya pelan. Yah... sudah menjadi rahasia umum jika Danzel selalu bisa membaca pikiran seseorang. Dalam keadaan apapun itu, bahkan tanpa menatap mata ataupun wajahnya, Danzel bisa membaca pikiran orang tersebut.

Hanya dua orang di dunia Ophelix yang tidak bisa ia baca pikirannya. Pertama, ayahnya sendiri lalu ibunya. Kalau itu, sangat wajar menurut Danzel. Kedua orang tuanya adalah yang terhebat di matanya. Karena itulah, ia menginginkan seorang Mate seperti Jesslyn. Ia tidak suka perempuan lemah.

"Kau selalu saja membaca pikiranku. Mungkin saja aku adalah Mate-mu" canda Veizy dengan pandangannya yang lurus ke depan.

"Ku harap begitu"

Veizy terkekeh pelan sebelum menoleh ke arah Danzel. Tak lupa juga mendongakkan kepalanya menatap Danzel yang lebih tinggi darinya. Karena tinggi Veizy yang hanya sebatas pundak Danzel. Untuk ukuran seorang perempuan, Viezy termasuk tinggi, tapi berdiri di samping Danzel ia jadi kelihatan lebih pendek.

"Kau melontarkan candaan tapi wajahmu sedatar tembok" sindir Veizy masih menatap wajah Danzel.

Di detik berikutnya, Veizy mengalihkan pandangannya saat matanya bertemu pandang dengan mata tajam abu-abu milik Danzel.

CURSED LORDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang