PART 13

3.3K 409 15
                                        

Aroma lavender begitu menyeruak dalam ruanga khusus milik Kim dilantai 18 itu, dengan sang pemilik yang kini tengah menatap kosong pada lautan lepas dan bersiap untuk melakukan penerbangan ke Seoul 60 menit lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aroma lavender begitu menyeruak dalam ruanga khusus milik Kim dilantai 18 itu, dengan sang pemilik yang kini tengah menatap kosong pada lautan lepas dan bersiap untuk melakukan penerbangan ke Seoul 60 menit lagi. Ia pun menatap foto yang terpanjang beserta gantungan pohon harapan mengenai Jungkook didalamnya.

Harinya yang hanya dilampiaskan untuk belajar dan belajar, mengabaikan ibu nya yang tak peduli padanya, dan juga mengabaikan betapa hidupnya begitu sepi sampai dirinya bertemu dengan Jungkook, yang menariknya dari kegelapan untuk menjemput cahaya sebelum Jungkook kembali menghilang dari kehidupannya.

Air mata itu kembali menetes dengan rambut yang ia tarik kebelakang, menghalau rambut coklat yang menutupi alisnya. Air mata menetes begitu saja, jatuh melewati sudut mata dan pelipisnya. Namun, ketukan pintu membangunkan lamunannya hingga ia pun segera bangkit, mungkin Paman Choi telah kembali.

Ia pun melangkahkan kakinya, dengan kemeja putih yang kini tampak kusut, membuka pintu hingga keningnya pun berkerut mendapati Jimin yang kini ada dihadapannya, dengan baju piyama dan jubah tidurnya. Hal itu membuat Taehyung memilih untuk keluar kamarnya hingga Jimin memundurkan langkahnya.

"Aku butuh waktumu satu menit—hanya satu menit" ucap Jimin yang menatap Taehyung tanpa emosi, mengetahui sikap sahabatnya yang mungkin akan menolak terlihat begitu jelas dari wajahnya yang tampak begitu berantakan dan putus asa.

"Aku sedang tidak ingin bicara—mungkin besok di –"

"Tentang Jungkook"

Taehyung menghentikan langkahnya setelah mendengar nama Jungkook diantara pembicaraan itu. Hingga, Taehyung pun berbalik dan menatap Jimin tanpa emosinya, melihat sahabatnya yang kini tampak begitu gusar dan ragu untuk berucap.

"Apa yang akan kau lakukan jika Jungkook sakit?"

Jimin berucap tanpa ragu dan begitu cepat, tak peduli walaupun Yoongi pun menyembunyikan hal itu darinya. Karena Jimin tahu, bagaimana Taehyung mencintai pemuda bermarga Jeon itu, mencari kesetiap daerah dan hanya mengunjungi tukang hotteok di Seoul dan Jeju, hingga Yoongi yang mengatakannya sendiri setelah cukup lama, bahwa Jungkook tinggal sendiri di Jeju.

"Mwo?"

Taehyung menatap Jimin dengan keningnya yang berkerut, bersama dengan kakinya yang kini melangkah mendekat pada pria Park yang tampaknya masih menunggu jawabanya, walaupun Taehyung yakin Jimin mengetahui jawabannya, bahwa Taehyung akan tetap mencintai pemuda itu.

"Yoongi hyung sudah memberitahu diagnosisnya pada Jungkook? Bukankah untuk mengatakannya padaku lebihdulu?" Tanya Taehyung yang kini menatap penuh kecewa dan putuh asa. Ia menyugarkan rambutnya dengan gerak tubuhnya yang kini begitu gusar, tak mampu membayangkan apa yang Yoongi katakana pada Jungkook.

"Dia berjanji lebih dulu pada Jungkook, Kim—dan aku tak sengaja menginjak berkas itu tadi pagi—Mungkin dia sengaja agar aku mengetahui—Dan setelah membacanya—Sungguh—"

MORE THAN BLUE [TAEKOOK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang