°BAB 1: Senja di Yogyakarta

2.9K 292 13
                                    

📍|'🕊️...

' Senja di Yogyakarta

°

Jingga menyala kembali mewarnai langit Yogyakarta kala itu. Awan putih berderet-deret membentuk ion khusus dengan misi menghiasi langit. Langit tampak senang menerima semua itu karena ia menemukan seseorang. Senja namanya.

Senja, seseorang yang pasti ditemukan saat matahari kembali terbenam. Ia juga sering ditunggu-tunggu kehadirannya. Seperti saat ini.. dia sedang ditunggu oleh oknum bernama Sean.

"Gak pulang, Yan?" Seorang laki-laki dengan almamater merah yang meliliti tubuhnya lantas bertanya. Pasalnya, laki-laki bernama lengkap Satya Egara Andipati itu biasanya tak suka berdiam diri saat sore hari.

"Nanti," balas Sean seadanya.

Laki-laki tadi-- Hanafi Natraka-- lalu menyeret tas gendong miliknya. Tersenyum agak lebar hingga kedua matanya hampir terpejam kemudian berkata, "Gue duluan kalo gitu."

"Oke."

"Yaelah Yan, ngirit amat lo sama gue," celetuk Hanan, menggerutu.

"Terus gue harus ngapain? Teriak-teriak kayak orang gila? Lo mau gue disangka gila?"

"Ribet ngomong sama lo, mah. Mending balik gue. Assalamualaikum."

Sean terkekeh geli. "Waalaikumsalam."

Sepeninggalan Hanan tadi, Sean hanya dapat memandang senja yang kian memudar warnanya. Lucu sekali senja ini, datang membawa sejuta kebahagiaan lalu pergi membawa kekecewaan dalam satu waktu.

Sean memang tak 'sesuka' itu kepada senja. Sore ini, entahlah Sean merasa ingin melihat senja tanpa ingat bahwa ia memiliki banyak kesibukan yang menanti. Sekali saja... ia ingin lari dari rutinitas yang mengekangnya.

Netra Sean tanpa sengaja bertemu dengan logam berbentuk lingkaran di tangannya. Sudah hampir Maghrib. Bunda pasti sedang menunggu.

"Makan dulu gak ya?" monolognya sembari membereskan barang-barang di atas meja ruangan rohis yang tadi ia singgahi, berpikir sejenak, "ntar kalo gue nyungsep di jalan kan bahaya."

Dengan pertimbangan tersebut, sudah dapat dipastikan bahwa laki-laki Andipati itu akan singgah sejenak di rumah makan ataupun restoran.

"Kak Sean!" teriak seorang perempuan dari kejauhan. Ia tampak berlari mendekat.

"Apa?"

Gadis itu--Ribia Juanita Nareswara-- tampak memamerkan senyum manisnya. "Nebeng dong. Bapak masih tugas di luar kota," ujarnya, memohon.

Sean memandang Ribi yang datang dengan seragam acak-acakan usai berlari dari gedung sebelah. Ribi memang salah satu tetangga dekat Sean.

Semua orang juga tahu itu... kalau hanya ada Ribia seorang perempuan terdekat dengan Sean.

"Gue mau makan dulu entar. Gapapa?"

Mata Ribi kemudian bersinar-sinar.

"Tapi, gak ada kata traktiran. Duit gue abis buat iuran tugas kelompok. Kalo mau, pake duit lo sendiri," lanjutnya.

Ribi diam. Ia sedang menghitung uang jajannya minggu ini. Padahal tadi ia sudah sangat senang, mengingat Sean adalah orang yang gampang membantu orang lain.

Dan itu salah satu poin plus tersendiri yang Sean miliki.

"Deal!"

•∆•

Strange | кim seungminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang